"Ada sesuatu yang aneh di dalam tubuh gadisku" Sylvester menatap Savarez yang seketika ikut menatapnya juga. Pria itu mengerutkan kening heran tak mengerti apa yang sedang saudaranya bahas.
"Apa maksudmu?"
"Aku juga tidak tau apa yang terjadi, tetapi seperti ada yang menyedot seluruh energi Victoria begitupula denganku ketika memberikannya energi tadi"
Savarez semakin mengerutkan keningnya dan berpindah posisi supaya lebih dekat. "Bagaimana keadaanya sekarang?" ia terlihat begitu khawatir, takut hal buruk terjadi kepada Victoria. Gadis itu hanyalah seorang manusia, tanpa kekuatan ataupun pelindung dan itu bisa mengancam jiwanya jika sesuatu terjadi.
"Dia masih terlelap di dalam pondok, sebagian tenagaku sudahku berikan kepadanya. Mungkin sebentar lagi dia akan sadar" jelas Sylvester sembari melipat kedua tangan ke arah dada. Ia berpaling menatap hamparan salju dengan pikiran yang masih terpusat kepada gadis itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Victoria tak pernah seperti itu.
"Vester" tiba-tiba suara yang pemiliknya sedari tadi ia bicarakan terdengar tidak jauh dari tempatnya bersinggah. Sylvester juga Savarez segera menoleh melihat Victoria yang sedang berdiri di ambang pintu. Wajah gadis itu tidak sepucat tadi dan tubuhnya pun tidak selemas tadi, gadis itu sedikit bertenaga dan ia sangat bersyukur masih bisa melihatnya.
"Di dalam tidak sedingin di luar" gadis itu mulai merapatkan jubah lantas melangkah maju mendekati Sylvester. Dilihat raut wajah pria itu berbinar sembari membuka tangan menawarkan pelukan. Tak mau menolak, Victoria segera menempelkan badan kedalam dekapan. "Bagaimana keadaanmu?"
"Seperti yang kau lihat, tapi aku sedikit lapar" ia mendongak menatap Sylvester dari bawah. Bulu bulu halus mulai bermunculan di sekitar rahangnya, ia mengusap bulu itu membuat Sylvester menunduk.
"Apa yang kau inginkan yang mulia ratu?" Tersemat nada humor di ujung kalimat. Ia hapal sangat hapal jika nada Sylvester seperti itu berarti sedang menggodanya. Victoria pun tersenyum sembari menunjuk babi guling yang terpagang di tengah perapian membuat Sylvester segera mengangkat sebelah alis, "kau yakin?"
Tak perlu menjawab gadis itu sudah berlari menuju babi guling yang terdapat Savarez tengah memutar kayu penusuk babi disana.
"Savarez iriskan aku satu"
Pintanya membuat Savarez terkejut memandang Victoria tak percaya. Apakah gadis ini yakin dengan permintaanya?"Tapi, bukankah kau tak menyukai daging.."
Victoria tak menanggapi, tak disangka ia justru mengambil pisau yang ada depannya kemudian memotong sendiri daging itu lantas memakanya tanpa beban, begitu lahap. Ia melakukan itu berulang kali hingga Savarez menegur dan barulah ia berhenti. "Kau begitu aneh apa yang terjadi padamu?"
Savarez menahan lengan gadis itu sembari menatap wajahnya yang memerah seperti menahan sesuatu. Tak lama, gadis itu berlari membuat Savarez serta Sylvester ikut mengejar dan berhenti di salah satu pohon lalu gadis itu memuntahkan seluruh isi perutnya disana.
"Apa yang terjadi padamu Victoria?"
Sylvester memijit pelan tengkuk Victoria sampai selesai ia muntah. "Perutku benar benar tak enak" balas gadis itu sembari menatap sayu mata Sylvester.
"Kau sakit" sahut Savarez yang ada di belakang tubuhnya. Victoria menggeleng pelan lalu beranjak pergi dan tak sampai beberapa langkah ia menjerit kuat seakan bertemu dengan malaikat pencabut nyawa. Berbondong-bondong kedua pria tadi menghampiri Victoria dan bertanya "ada apa?" Victoria tak menjawab, ia sontak menunjuk salah satu pohon yang terdapat mayat prajurit dengan panah menancap di kedua tangan.
"Aku.. aku bisa merasakan mereka datang. Mereka disekitar kita"
Sylvester dan Savarez serentak mengangguk. Benar kata Victoria, kaum Hybrid sudah berada di sini dan mereka semua harus segera melanjutkan perjalanan sebelum kaum Hybrid lebih dulu mendapatkan petanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...