part 19 (Victoria)

3K 174 3
                                    

Di sini aku berada di sebuah kastil emas dengan pilar tinggi yang membentang dari timur hingga barat.Di setiap pilarnya terdapat patung kepala serigala dengan mulut mengaga dan di dalam mulutnya terdapat sebuah lilin. Sedari tadi kepalaku terus menengadah memperhatikan relief relief yang terukir pada dinding kastil tersebut, begitu rumit dan memukau. Hingga pinggangku di tarik seseorang dan barulah kepalaku kembali normal.

"Berjalanlah dengan benar" bisiknya membuatku segera menoleh mendapati wajah datar menatapku. ia melajukan langkahnya cepat sekali sehingga menyulitkanku untuk menyamai langkahannya. Beberapa kali gaun yang kupakai terinjak dan tak sekali aku mendengar bunyi robekan. Sudahlah, aku bisa membelinya lagi.

Aku mendesah ketika kakiku berhenti di penghujung jalan yang mulai berganti dengan anak tangga. Kulirik bagian atas tangga itu dan tak lupa untuk menghintungnya cepat, 18 anak tangga menungguku di depan mata. Baiklah i'm ready for this.

"Hei! Mengapa kau sangat lama?" aku tak mengubris, biarkan saja lelaki itu memakiku. Apakah ia tidak tau jika gaun yang kugunakan ini sangat berat dan menyulitkan kakiku untuk berpijak? Daripada ia terus memperhatikanku dengan kedua tangan sombongnya yang terlipat di dada, lebih baik ia menggendongku supaya lebih cepat sampai ke atas sana.

"Apa kau tidak bisa mempercepat langkahmu? Kau benar-benar lemah" sumpah demi apapun, rasanya aku ingin menyobek mulut kejinya itu. Bisakah ia diam sebentar? Atau lebih baik membantuku dari pada menyerocos jahat seperti itu?

"Lebih baik kau gunakan tanganmu untuk hal yang berguna seperti menggendongku dari pada mulut kejimu itu terus memaki" sindirku yang membuatnya tertawa terbahak bahak. Sungguh, tidak ada yang lucu, aku sama sekali sedang tidak melucu dan tidak ada yang perlu dilucukan.

"Mengapa kau tidak bilang dari tadi? Kemari Yang Mulia Ratu, saya bantu" sahutnya dengan nada yang masih terdengar menjengkelkan. Lantas ia menyodorkan tangan dan langsung kutepis kasar. Terlalu telat untuk memberikan bantuan yang bahkan aku sudah sampai di atas bersamanya. Kulirik tajam wajahnya yang sedang menahan tawa dan segera kupalingkan lagi. Aku merasa muak dengan sikapnya sekarang. Menyebalkan.

Tak seberapa lama dari percakapan menyebalkan itu, beberapa orang keluar dari dalam kastil yang kupastikan itu adalah pengawal dan tak lama dari itu juga aku melihat Savarez serta Allishia sedang berjalan menghampiri kami. Savarez menghampiriku dan Allishia menghampiri Sylvester. Sekilas aku melihat gelagat Allishia yang hendak mencium Sylvester namun pria itu lebih dulu menolak dan perhatianku kembali terambil oleh Savarez yang sedang mencium puncuk tanganku. Entah mengapa aku sedikit merasa sakit melihat tadi dan mungkin akan bertambah sakit lagi jika Sylvester menerima ciuman Allishia. Huft sudahlah mungkin itu adalah sebuah tradisi.

"Selamat datang Victoria. Ini pertama kalinya bagimu kemari, bukan?" Allishia beralih menyapaku, aku membalasnya dengan senyuman. Aku akui jika ia terlihat sangat cantik kali ini, bahkan aku sempat berkecil hati ketika melihatnya berjalan. Begitu anggun dan mempesona sangat berbeda denganku yang bar-bar dan tidak menarik.

"Pasti kedatangan kalian kemari bukanlah untuk mengunjungiku, kan?" wajahnya berpaling berganti menatap Sylvester sekilas lalu berbalik, "Ikut aku" ujarnya sembari berjalan memimpin kami. Dari belakang aku bisa melihat lekukan tubuhnya di balik gaun tipis berbahan sutera yang membuatku menelan ludah. Kulihat Sylvester yang ada di sampingku ikut menatap tubuh Allishia, segera aku menarik tangannya supaya perhatiannya teralih.

Allishia menuntun kami menuju ruang makan yang di sana sudah terdapat beberapa tetua sedang menikmati makanannya. Sampai tubuh kami berhenti dan barulah para tetua itu menyambut kami dengan berdiri.

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang