Hari demi hari berlalu Victoria menjalankan aktivitasnya seorang diri. Tak ada yang peduli dan itu membuat dirinya merasa seperti saat papa meninggalkannya dulu. Sekitar 3 bulan lalu, papa pergi.
Di dalam rumah kecil sederhana ia menunggu kepulangan papa dan terus menunggu, namun yang di tunggu tak kunjung datang. Dengan perut yang begitu lapar ia beranikan diri mencari papa. Menyusuri hutan, mengikuti aliran sungai, hingga bermalam di antara goa goa, ia lakukan. Makanannya pun didapatkan hanya dengan memanjat pohon ketapang, mencari berry disemak belukar dan membakar umbi umbian, tetapi selama pencarian itu papa sama sekali tidak ditemukan dan ia harus menjalani kehidupan seorang diri.
Kini perasaan itu ia dapatkan kembali, sendiri, tanpa seorang pun peduli dan ia harus bisa menerimannya, karena inilah takdirnya. Ia pikir merubah takdir itu gampang, namun nyatanya alam semesta pun tidak memihak.
Setelah ia merenung cukup lama terlintas di pikirannya tentang Beatrise. Wanita vampire itu, apakah ia masih hidup sampai sekarang? Ia ingin sekali bertemu, mengobrol bersama dan meramal dirinya beberapa menit kedepan. Apakah bisa? Tentu saja, jika dirinya memang berniat.
Kemudian, ia berlari mencari tudung hitam dan pergi keluar mengendap-endap ke arah penjara. Disini ia melihat terdapat dua penjaga yang sedang mengobrol di samping pintu utama. Bagus, inilah kesempatan. Dengan perlahan ia mulai menyelinap memasuki pintu utama dan beberapa pintu lainnya hingga tepatlah ia sekarang berada di dalam ruangan yang terdapat banyak sekali sel. Ia berjalan menuju sel yang ia ingat dulu dengan mengandalkan cahaya lampu pijar serta beberapa lilin terpajang.
"Beatrise!"
Panggilnya dengan suara yang tidak begitu keras, tetapi makhluk yang ada di sel samping sudah menggeram pelan sembari memamerkan kuku panjang memegang jeruji besi. Melihat itu Victoria segera berlari menjauh, "Beatrise. It's me Victoria!"Suasana semakin suram, tak ada yang menyaut kecuali suara geraman mengerikan dan tiba-tiba lengannya ditarik paksa oleh salah satu tangan yang terdapat di dalam jeruji besi.
"Ahh!" Victoria menyentak tangan tersebut hingga terlepas dari lengannya.
"Victoria"
"Beatrise, is that you?"
Sesorang yang berada dalam sel itu mulai memajukan diri dan akhirnya Victoria tau jika seseorang itu adalah Beatrise, lantas Victoria tersenyum singkat.
"aku ingin pergi Victoria, aku ingin pergi" Sergah Beatrise tanpa babibu. jemarinya ikut mencengkram jeruji sangat kuat melampiaskan perasaanya. Victoria melihat kulit pucat bak mayat itu begitu kontras dengan jeruji hitam legam, "aku.. Aku tau, tapi aku tidak tau bagaimana caranya" Kemudian Victoria melepas tudung hitam miliknya memperlihatkan rambut yang terurai panjang.
"Aku selalu meramal diriku sendiri. Tapi hasilnya tetap sama, selalu terkurung disini"
Victoria turut prihatin. Ia memegang kedua tangan Beatrise berusaha menenangkan wanita vampire itu."Victoria"
Gadis itu mendongak dan menatap dalam mata Beatrise yang berubah serius. "kau tau malam ini akan terjadi apa?"Victoria menggeleng "memangnya apa?"
"purnama merah yang terjadi setiap 1000 tahun sekali. Masa istimewa bagi werewolf yang memiliki darah murni keturunan kerajaan karena kekuatan mereka akan bertambah maksimal, tetapi itu bisa menjadi berbahaya dan kau harus pergi sekarang juga!" Beatrise terlihat bersungguh sungguh dengan ucapannya dan itu membuat Victoria menganga tidak percaya.
Ia mengerti apa yang Beatrise khawatirkan tetapi ia juga tidak punya pilihan lain selain bertahan. "aku tidak akan pergi Beatrise, Sylvester adalah takdirku"
Beatrise menggeleng, ia tak suka dengan jawaban Victoria. Ini sangat berbahaya, malam ini akan menjadi malam yang tak pernah Beatrise lupa. Malam dimana terjadi penyatuan antara mereka dan malam ini juga, kaum hybrid tertawa lebar karena sebentar lagi tak akan lama munculah pangeran yang ditunggu. Ini tidak boleh terjadi, ia harus bertindak.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...