Part 29

2.2K 177 22
                                    

"Selamat datang di Arion my Queen" Savarez membuka pintu kereta sembari menyambut Victoria yang sejak tadi hanya termenung. Wajahnya yang sudah terlipat semakin terlipat lagi ketika melihat Sylvester berbincang dengan Allishia di depan pintu kastil. Rasanya ingin sekali ia masuk kembali kedalam kereta dan pulang menuju Syrion atau menangis di depan mereka menunjukan rasa sakit hati yang sedang ia alami sekarang. Persetan dengan Allishia juga Sylvester! Kedua makhluk itu benar-benar membuat dirinya muak. Jika bukan karena kematian tetua yang ada disini ia sama sekali tidak sudi menginjak tanah Arion lagi.

"Oh.. Victoria, kau sudah sampai rupanya" ujar Allishia memberi sambutan yang bahkan tidak terdengar seperti sambutan melainkan cemoohan yang membuat kupingnya panas.
"Kau terlihat lebih kurus dan.." Lanjutnya sambil mengamati Victoria dari atas hingga ke bawah.

Victoria pun tersenyum miring, ia merasa sedikit terganggu dengan sikap wanita itu, namun ia mencoba untuk terlihat formal dan tidak membuang-buang waktu. "lebih cantik darimu bukan?" Sahutnya membuat Allishia menganjurkan bibir tidak suka.

Sekilas ia melihat Sylvester yang ikut menatapnya tanpa berkedip, ia tidak peduli lalu berpaling dan masuk kedalam menuju kursi yang sudah tersusun memanjang. Ia memilih tempat bagian belakang, namun pelayan yang menyusun tempat duduk menyuruhnya untuk berpindah ke depan karena ia adalah Ratu. Dengan lembut Victoria menolak, akan tetapi pelayan tersebut tetap bersikeras sehingga dengan sangat terpaksa Victoria berjalan ke depan bersanding bersama Allishia disamping.

"Eh"
"Aromamu berbeda"

Bisik Allishia membuka percakapan yang hanya dihiraukan oleh Victoria.

"Kau lebih nikmat dari sebelumnya, bagaimana jika aku memakanmu nanti?"

Merasa agak terganggu dengan kalimat terakhir wanita itu, Victoria segera menjauh tiga jengkal darinya. "Kau memang tercipta sebagai monster kau tau dan aku sangat menyesal menikah dengan monster juga" umpatnya penuh kekesalan membuat Allishia tertawa. "Jika kau menyesal, pergilah dari sini haha"

Gadis itu mendengus kesal dan tak menanggapi. Untuk apa ia menghabiskan waktu menanggapi wanita sialan yang ada disampingnya ini? Lebih baik ia fokus memperhatikan pidato yang sama sekali tidak bisa tercerna di dalam otak. Entah mengapa otaknya sangat tidak bisa diajak berkompromi dan terus memikirkan hal tadi. Ah sial, sepertinya ia butuh udara segar. Lantas dirinya pun bangkit meninggalkan acara yang bahkan baru dimulai.

Saat dirinya berjalan keluar, matanya sempat bertemu Sylvester yang hanya memperhatikannya tanpa mengucap sepatah kata pun, lagi-lagi Ia tidak peduli dan terus berjalan menuju koridor depan. Disini cukup ramai, ia memilih koridor lain di lantai dua yang lumayan sepi. Tubuhnya pun bersandar pada railing balkon sembari memperhatikan orang orang yang sedang berkabung di bawah. Ia cukup heran, mengapa Allishia tidak terlihat sedih atas kematian tetuanya? Yah.. mungkin karena Allishia bukan dari keturunan mereka. Lagi pula wanita itu tidak memiliki hati jadi mana bisa ia menangis tersedu-sedu?

Berbicara mengenai Allishia, ia heran sebenarnya apa yang wanita itu inginkan?Walaupun ia tau Sylvester lah yang  diinginkan, tetapi bukankah mereka pernah bersama? Lantas mengapa berpisah? Maksudku apa yang membuat mereka berpisah? Karena mereka bukan jodoh. Yah.. mungkin memang benar jika berjodoh maka disatukan dan jika tidak berjodoh maka dipisahkan, tapi mengapa Allishia terus mengusahakan dirinya berjodoh dengan Sylvester? Sudahlah. Wanita itu memang gila. Padahal dulu ia sangat respect kepada Allishia, namun karena wanita itu semakin menjadi dan mengusiknya siapa yang tidak risih juga?

Semakin lama dirinya memikirkan tentang Allishia semakin gila dibuatnya. Ia harus menyudahi pikiran negative itu dan harus berpikir positive untuk ke depan. Lihatlah! Ia sedang mengandung seorang bayi werewolf, sangat menarik bukan? Hatinya tertawa melihat betapa hebat dirinya sekarang. Dulu ia hanyalah seorang remaja tangguh yang hidup sendiri di dalam hutan lebat tanpa seorang pun yang menemani, namun sekarang ia semakin tangguh lagi. Tangguh dalam hal perasaan maupun fisik walaupun raganya semakin lemah tetapi jiwanya harus kuat. Ya! Dirinya harus menjadi strong woman.

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang