Waktu makan malam sedang berlangsung, namun Sylvester serta Victoria belum juga menyat dari kasurnya. mereka masih asik berbaring dan berbincang ringan di dalam pelukan.
"Tiba-tiba perutku menjadi lapar Vester"
Victoria meremas perutnya yang sudah berdemo minta di isi. Padahal baru sore tadi ia makan, namun rasanya seperti tidak makan selama 400 tahun."Kau ingin makan bersama Allishia?"
Tawar sylvester membuat gadis itu langsung menggelengkan kepala. Melihat wajahnya saja muak apalagi makan bersama, yang ada makanannya sama sekali tidak tertelan."Kalau begitu, kau mau aku membawakannya kemari?" Segera Victoria mengangguk dengan senyum sumringah yang terlukis dibibir. Lagi pula dirinya benar-benar malas untuk beranjak.
"Baiklah" kemudian Sylvester bangkit dari kasur dan mencium perut Victoria sekilas, "I love you baby" Victoria tertawa kecil melihat aksi Sylvester yang begitu lucu. Ia mengusap rahang sylvester perlahan merasakan bulu-bulu halus yang semakin melebat disana, "sebaiknya kau mencukurnya Vester" pria itu hanya mengangkat sebelah alis lalu mencubit hidung Victoria gemas.
"Vester, aku serius"
Tak ada tanggapan, pria itu malah mengarahkan bibirnya kearah pipi Victoria mengecupnya singkat."Bukankah aku tambah tampan jika berewokan seperti ini?" gadis itu menggeleng lalu memberikan cengiran.
"Kau ini" kemudian ia mengarahkan bibirnya pada bibir Victoria hingga sebuah ciuman hangat yang selama ini didambakannya terjadi sudah. Sylvester melumat pelan bibir Victoria merasakan kelembutan milik gadisnya, ia tak berniat untuk mengganti ciuman hangat ini menjadi liar, rasanya begitu nikmat dan penuh cinta. Lalu ylvester melepas tautan bibir mereka membuat Victoria bertanya, "ada apa?"
Gadis itu masih menginginkan kecupan Sylvester pada bibirnya, ia merindukan pria itu, sungguh. "Aku ingin mengambil makan untukmu, sayang" lantas pria itu bangun dari posisi tengkurapnya tadi, "kita akan lanjutkan nanti" lalu pergi meninggalkan gadis itu yang masih merajuk.
Tak butuh waktu lama Sylvester sudah sampai di ruang makan yang hanya tersisa Savarez disana. Pria itu sengaja melewati waktu makan demi menemani Victoria di kamar, padahal sudah berulang kali ketukan memanggilnya keluar, namun hanya ia hiraukan.
"Akhirnya kau lapar juga, kupikir sedang diet" Savarez melirik Sylvester yang tengah menyendokan mash potato kedalam mangkok. Pria itu terlihat tak mengindahkan.
"Bisakah duduk sebentar? Aku ingin membicarakan sesuatu" imbuhnya lagi membuat Sylvester menatapnya. Raut wajah savarez berubah serius.
"penting atau tidak?"
Walaupun wajahnya serius namun adiknya itu kadang membicarakan hal yang tidak penting."Sangat penting"
Merasa tertarik, Sylvester lantas beralih untuk duduk disampingnya, "jangan lama-lama, Victoria menungguku" Savarez hanya mengangguk kemudian mulai membuka pembicaraan mengenai pelaku yang meracuni Alejandro.
"Pelakunya sudah ditemukan"
Seketika Sylvester merubah posisinya semakin mendekat, raut wajahnya pun sangat sulit untuk ditebak."Siapa pelakunya?"
"Pelayan yang biasa menata makanan dimeja"
Sylvester terdiam sebentar, ia mencerna perkataan Savarez lalu menunjuk makanan yang ada dimeja. "Makanan ini beracun tidak?"
Lawan bicaranya hanya mengangkat bahu memberi jawaban 'tidak tau' jikapun itu beracun, seharusnya ia sudah mati dari tadi. "Semoga saja tidak" Imbuhnya.
Sylvester mengangguk dan kembali menyendokan mash potatonya.
"Dimana pelakunya?"
Butuh beberapa waktu menunggu Savarez menjawab, pria itu menuangkan air putih kedalam gelas lalu meneguknya cepat, "Sedang Allishia tangani"
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...