"Apa yang kau lakukan kepada gadisku?"
Sylvester mengetatkan rahang mengintimidasi Allishia yang sedang menatapnya penuh tanya.
Terlihat wanita itu lumayan kaget mendengar pertanyaan Sylvester yang tak terduga."Aku tidak melakukan apapun, kita hanya berbicara" dan wanita itu menyangkal, ia sungguh terkejut bagaimana Sylvester bisa tau jika dirinya menemui Victoria?
"Jika sesuatu terjadi padanya aku tak segan-segan melukaimu Allish"
Allishia hanya mengangkat kedua bahu dengan senyum kecil penuh kepalsuan. Ia harus terlihat senatural mungkin tanpa membuat curiga.
"Kau tau kau bermain-main dengan siapa?" Sylvester masih tak puas mengancam wanita itu, ia masih menaruh curiga kepada Allishia karena memang dia-lah si pengganggu utama.
"Aku tau-"
Saat Allishia ingin melanjutkan perkataannya lagi, tiba-tiba sudut matanya menangkap bayangan seorang gadis dari samping, sontak ia menoleh dan mendapati Victoria yang sedang berdiri di ambang pintu menatap mereka berdua. "Sejak kapan kau berada disitu?"
Sylvester pun ikut menoleh, namun Victoria lebih dulu menghindar dan berlari ke arah ruang perpustakaan. Ia tidak ingin mengganggu kedua insan yang sedang berbicara mengenai dirinya, untuk apa? Ia juga tidak peduli.
"Selamat pagi nona Victoria"
Savarez menyapa, pria itu selalu terlihat di dalam perpustakan. Apakah ia menyukai buku? Atau memang ia penjaga perpustakaan? Entahlah Victoria tidak tau dan tidak perlu tau.
"Apakah ada buku yang bisa kubaca untuk menghilangkan stress, Savarez?" Ujarnya sembari mencari tempat duduk yang menurutnya paling tepat, setelah dapat dibagian tengah nomor 4 dari bangku ujung lantas Victoria beralih menuangkan teh camomile yang ada di meja ke dalam cangkir dan menyeruputnya perlahan, aroma camomile langsung membuat pikirannya tenang.
"Tentu saja"
Balas Savarez kemudian beranjak pergi ke arah selatan mencari buku bergambar yang berisikan lelucon jenaka."Kelihatannya kau begitu sedih ada apa?"
Lalu ia meletakan buku yang sudah diambil ke hadapan Victoria. Dengan semangat palsu gadis itu pun meraih bukunya dan membuka halaman pertama."Tidak ada yang terjadi"
Jawabnya tanpa menoleh sedikit pun, ia masih fokus dengan buku yang dibaca."Ratu Allishia sedang kemari, apa kau tau itu?" imbuhnya lagi.
"Aku tidak tau. Dari tadi aku tidak keluar ruang perpustakaan. Apakah dia mencariku?"
Victoria menggeleng pelan, "dia sedang berbicara kepada Sylvester. Seharusnya aku tidak mendengar pembicaraan itu"
Merasa tertarik, Savarez ikut menuangkan teh camomile lalu menyesapnya. "Pembicaraan mengenai apa?" ia memperhatikan raut wajah Victoria yang berubah serius.
"Diriku"
"Mengapa aku tidak dibebaskan?"Savarez mengerutkan kening tidak mengerti, "apa maksudmu?" Ia sungguh tidak tau pembahasan apa yang gadis itu ingin bahas.
"Aku terperangkap disini"
Seketika Savarez terdiam sejenak, ia mengerti apa yang gadis itu maksud. "Kau tidak terperangkap, kau memang ditakdirkan untuknya"
Lantas Victoria menatap savarez tak suka.
"Aku tidak percaya dengan itu. Aku bisa merubah takdirku sendiri""Cobalah jika kau bisa. Sylvester tidak akan membiarkanmu pergi, lagi pula apa yang kau khawatirkan?" Savarez menyesap sekali lagi tehnya.
"Allishia"
Sontak Savarez pun terbatuk. "My Queen?"
Gadis itu menjawab hanya dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...