part 9

4.3K 298 12
                                    

"mengapa kau berubah semenjak dia datang?"

Sylvester terdiam. Ia sempat melirik ke arah Allishia yang berjalan mendekat kemudian beralih kembali menyesap wine yang ada di tangannya. Tak banyak yang tau jika hubungan antara Sylvester dan Allishia merenggang akibat adanya Victoria, tapi keduanya cukup merasakan perbedaan itu.

"aku tak tau dia datang atau aku yang menghampiri, tapi saat itu aku berniat ingin memangsanya, hanya saja aku lupa caranya memangsa" Kekehan kecil ia sematkan di ujung kalimat membuat Allishia memutar bola mata kesal, ia sedang tidak berselera dengan humor Sylvester kali ini.

"aku serius Vester, lagi pula apa yang kau sukai? Ia hanya seorang manusia!"

"memang dia seorang manusia, tetapi takdirku-lah yang menentukan jika dia adalah pasanganku"

Allishia mendengus, "bahkan dulu kau tidak pernah mengatakan itu kepadaku. Kau juga tidak mau menandaiku. Mengapa harus gadis itu? Ia masih bau kencur, Vester!"

"lalu bagaimana? Kau ingin aku memiliki dua pasangan, begitu? Kau taulah kita tidak bisa merubah takdir yang telah ditetapkan dewa" lalu Sylvester meletakan kembali gelas wine-nya dan merubah posisi menjadi bersandar.

"cih.. apakah aku harus membunuhnya supaya takdirmu berpindah kepadaku?" balas Allishia seraya menyatukan kedua tangannya didada.

Sylvester memberikan senyum simpul sebelum ia menjawab, "tidak segampang itu, Ratuku. Aku sudah menandainya dan aku akan tetap setia kepadanya walau ia telah tiada"

Lantas hal itu membuat allishia merengut kesal, "kau tidak mencintaiku lagi?!" Sylvester hanya diam membungkam. Memang sejak kemunculan gadis itu dihadapan Sylvester rasa cinta dan sukanya kepada Allishia perlahan memudar, dan yah ia mengakui jika memang sudah tidak mencintai Allishia lagi.

"aargh! Sudah kuduga kau memang lebih memilihnya dari pada aku!" Tak mendapatkan jawaban tangan Allishia langsung menggebrak meja kayu menimpahkan segala kekesalannya. Tidak! Sylvester harus memilihnya bukan gadis ingusan itu! Bahkan secara fisik dialah yang lebih unggul dari pada gadis itu. Gadis itu benar-benar tidak ada apa-apanya dibanding dirinya. Bahkan tubuhnya saja lebih montok dia dari pada gadis itu.

"tentu saja, aku masih membutuhkanmu Allishia"

"apa yang kau butuhkan dariku? Semua sudah kuberikan? Apalagi? Oh atau jangan jangan kau masih membutuhkan kalung itu? Tidak akan Sylvester kau tau tidak akan pernah kuberikan sebelum gadis sialan itu enyah dari kastilmu" Allishia mengangkat dagunya menantang Sylvester yang mulai naik pitam.

"Kau menantangku?! Aku sudah berbaik hati kepadamu tadi!"

"Ya! Memang aku menantangmu! Mau apa kau?!"

Sylvester semakin tersulut emosi dan mulai menunjukan kuku-kuku tajamnya yang mengilap. "Apa luka dipunggungmu sudah mengering Allishia sehingga kau menginginkannya lagi? Ha?"

"kau memang seorang lycan penge.. Aahh!"

Belum sempat Allishia melanjutkan perkataanya, Sylvester lebih dulu memberikan cakaran sebagai peringatan. Wanita itu segera memegang lengannya yang terkoyak mengakibatkan darah segar berhamburan melumuri gaun putih.

"sialan kau!"
Ia menggeram menahan sakit sekaligus amarah yang memuncak. Dirinya tidak boleh ikut terpancing emosi atau nanti ia akan menghancurkan kastilnya sendiri.

"Hanya peringatan Allishia, untuk menutup mulut kotormu!" tukasnya sembari melontarkan seringgaian khas meremehkan. "jaga bicaramu dan jadilah ratu yang bijaksana. Bukan begitu?" imbuhnya lagi dengan membenarkan jas yang ia kenakan lalu beranjak pergi.

Wajah Allishia memerah, amarahnya akan segera meledak ketika menatap punggung Sylvester yang mulai menjauh dari jangkauannya. Pria itu adalah iblis yang harus ia musnahkan, tapi tunggu, bukan pria itu melainkan gadis sialan itu yang harus ia musnahkan.

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang