Itu diatas ada foto lysander untuk matanya kalian anggap saja warna violet wkwk✌
~SYLVESTER~
"Mama"
Panggil seorang anak laki-laki yang kini sudah tumbuh menjadi balita. Lysander O'pry, tak disangka perkembangannya begitu pesat bahkan Victoria sendiri baru dua tahun merawat anak itu. Lantas Victoria tersenyum lebar ketika melihat Lysander berjalan cepat sembari membawa mawar putih ditangannya.
"Mama lihatlah tanganku beldalah"
Victoria langsung berganti mimik cemas, ia segera mengambil mawar tersebut dan meletakannya di samping meja, setelah itu meraih tangan Lysander untuk mengecek kondisi jarinya. Dilihat beberapa duri tertancap disana, pasti duri mawar, Victoria pun mengeluarkan duri itu dan membalut luka Lysander menggunakan kain yang ia sobek dari pakaiannya.
"Sudah"
kini luka yang ada di tangan Lysander tertutup sempurna.
"Kau tak perlu membawakan mama bunga, sayang. Tapi terimakasih yaa.. lain kali kau harus berhati hati"
Victoria menyungging senyum kembali sambil mengusap pipi gempal Lysander. Ia begitu gemas dengan anaknya itu karena semakin hari tingkahnya semakin lucu. Padahal dulu saat Lysander masih bayi, anak itu selalu menangis jika tak bersanding dengannya meski hanya ditinggal sebentar, namun sekarang anak itu sudah berani berpergian tanpanya asalkan bersama paman Sam.
"Dimana paman Sam? Kau pulang sendiri?" Lyasander mengangguk, "paman menyuluhku untuk pulang duluan. Katanya ia ingin belbulu bison" lantas Victoria ikut mengangguk. Jauh sekali paman Sam berburu, pantas saja ia tidak mengajak Lysander, biasanya pria itu tidak pernah absen untuk selalu mengajaknya.
"Sini duduklah, mama ingin menanyaimu sesuatu" lalu Victoria menarik tangan Lysander untuk duduk di pangkuannya. Pertama-tama Victoria mengusap rambut Lysander, menyisiri rambut coklat keemasan itu kemudian menciumnya perlahan. Ia perlu mempersiapkan diri sebelum menceritakan kisahnya dulu.
"Apa kau tak ingin menanyai keberadaan papamu sayang?"
Lysander terdiam sejenak, "apa itu papa?" Wajah polosnya menatap kedua mata Victoria bergantian. Sontak wanita itu terkejut, apakah dirinya tak pernah memperkenalkan kepada anaknya mengenai papa? Sungguh ia merutuki dirinya sendiri.
"Apakah mama tidak pernah memberitahumu?" Anak itu menggeleng, Victoria menghela napas berat lalu tersenyum singkat. "Baiklah, mama akan menceritakannya" dan flashback pun dimulai.
"Dulu saat mama masih mengandungmu mama adalah seorang manusia. Di dalam darahmu mengalir dua percampuran antara manusia dengan werewolf, maka dari itu tak mudah bagi mama untuk mengandung dan menjagamu seorang diri. Setiap hari mama selalu di dampingi oleh pria yang begitu mencintai kita, itulah sosok yang harus kau sebut papa"
Lysander langsung memasang wajah bingung, "papa?" Baru kali ini ia mendengar kata papa, biasanya hanya paman Sam dan mama tidak ada papa. Lantas dimana pria yang bernama papa itu? Mengapa tidak bersanding dengannya disini? "Dimana papa sekalang ma?"
Hal itu membuat Victoria bersedih, ia menunduk sembari memegang cincin indah yang bertengger di jari manisnya. Cicin emas putih bertahta berlian yang pernah Sylvester berikan saat dirinya menikah dulu. Seketika matanya berkaca-kaca, ingin sekali rasanya menangis, ia begitu merindukan pria itu.
"Kisah ini dimulai ketika kelahiranmu terjadi, banyak orang yang ingin memperebutkanmu karena kau begitu spesial. Ada kekuatan besar yang ada di dalam dirimu sayang, sehingga saat itu kau berhasil diculik. Mama tidak bisa menjagamu, namun papa ialah orang yang berhasil menolongmu waktu itu, akan tetapi karena papa hanya berdua bersama adiknya jadi ada sedikit kendala yang dialami. Singkat cerita, mama akhirnya berhasil pulih dari ketidakberdayaan dengan tubuh baru, kekuatan baru serta kehidupan baru dan siap membantu papa untuk menyelamatkanmu. Mama berangkat kesana dengan membawa tiga ribu pasukan berkuda yang siap berperang dan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...