part 17

3.5K 222 3
                                    

"Apa kau sudah meminum ramuan yang aku berikan?" Sylvester menggeser tubuhnya mendekati Victoria yang sedang melumuri kakinya dengan garam mandi.

"Ramuan apa itu?"

"Pencegah kehamilan, apa kau meminumnya?"

Ternyata ramuan mematikan itu adalah ramuan pencegah kehamilan, pantas saja Sylvester terus-terusan mencekokinya. Batinnya dalam hati, lantas Victoria pun mengangguk, ia berbohong. Ternyata Sylvester benar-benar tidak ingin memiliki keturunan.

"Gadis pintar" Sylvester mengusap puncuk kepala Victoria lalu beralih ke bagian punggungnya, merasa risih Victoria langsung menepis tangan Sylvester. "Jangan sentuh aku" Sylvester tergelak, ia menyelipkan kembali tangannya kedalam jubah sembari memperhatikan Victoria yang masih asik dengan aktivitasnya.

"Siapa yang mengajarimu memanah?"

Perlu menunggu beberapa detik untuk gadis itu menjawab.

"Papa"
Lantas Sylvester mengangguk. Ia bisa melihat jika papa Victoria adalah seorang manusia yang tangguh, keras kepala dan tidak mudah menyerah, itulah yang ia lihat dari kepribadian Victoria. Meski gadis itu sedikit pemarah dan cengeng, namun tekad yang ada di dalam dadanya benar-benar bulat untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

"Tadi aku bertemu vampire di dalam hutan" Gadis itu melirik Sylvester sekilas, terlihat pria itu merubah mimik wajahnya.

"Kau membiarkannya pergi?"

"Untuk apa aku membawanya kemari? Dia sedang mencari kakaknya yang kau tahan di penjara" Victoria beralih mengusap scrub pada salah satu tangannya. Mendengar itu membuat Sylvester mengetatkan rahang. "Bahkan kau sempat berbincang dengan seorang vampire"

"Aku hanya bertanya untuk apa ia kemari" Elaknya masih dengan posisi yang sama, ia tidak tau jika Sylvester sangat tidak suka mengetahui hal itu.

"Sial Victoria! Mengapa kau selalu pergi tanpa pengawal?! Tidak bisakah hanya sekedar mengikuti aturanku? Mengapa kau selalu menjadi pembangkang?!" ia meremas pinggiran kursi hingga jari-jarinya memutih. Ia begitu benci dengan vampire.

"Aku bisa membela diri dengan panah, tak akan terjadi apa apa jika ada senjata.."

"Tapi ada satu hal yang membuatku heran, mengapa vampire tidak langsung menyerangku? Padahal aku hanya seorang manusia, dia bisa saja menyerangku tadi" Timpalnya lagi yang sedikit penasaran akan hal itu. Mengingat tingkah laku Ben tadi, ia sempat meragukan apakah vampire memang seberbahaya itu? Dan Beatrise, jika memang wanita itu berbahaya sudah pasti ia tidak akan mengajak Victoria mengobrol di penjara dulu.  Ah entahlah, mungkin hanya taktik.

"Huft.. kau adalah ratu Syrion, vampire sudah mengetahui itu sebelum dirimu datang. Ia tidak mau mengambil resiko dengan membunuhmu karena akan ada peperangan yang terjadi lagi nanti. Jumlah kaum vampire sudah tidak banyak lagi, Victoria. Mereka kalah dalam perang" jelas Sylvester sembari menormalkan emosinya. Victoria hanya mengangguk menyauti.

"Ngomong-ngomong wanita yang ada di penjara di sebelah selku waktu itu, dia adalah putri kerajaan dari kaum vampire. Vampire yang kutemui di hutan tadi sedang mencarinya" Ungkap Victoria. Sylvester kembali melirik gadis itu dengan tatapan tak percaya. Lagi dan lagi gadis itu berbincang dengan vampire? Sungguh diluar nalar.

"Berapa kali kau berbincang dengan vampire, Victoria?! Kau tidak tau aku sangat membenci mereka!" Sylvester murka. Ia tak peduli dengan ucapan gadis itu barusan, lantas ia melempar kursi yang dipegangnya ke arah lain membuat Victoria terkejut dan langsung menatap Sylvester heran. Mengapa pria ini mudah sekali terpancing emosinya?

"Jika terjadi lagi hal seperti ini, aku tak segan segan untuk mengurungmu didalam kastil seumur hidup!" Matanya menyulut tajam kearah Victoria yang mulai berdiri menyesuaikan posisi. Gadis itu melawan tatapan mata Sylvester yang berubah hitam.

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang