Suasana pagi ini sama sekali tidak membuat Victoria bersemangat, malah semakin memperburuk keadaan yang semalam tercipta diantara mereka. Ia tau jika semalam Sylvester tidak tidur bersamanya dan ia juga berusaha untuk tidak mempedulikan hal itu.
Cukup lama tertidur ternyata ia baru sadar jika bermalas-malasan di atas kasur adalah kenikmatan yang tiada tara dan itulah yang ia lakukan sekarang, bergulung di dalam selimut, menutup wajah dengan bantal dan memejamkan mata rapat-rapat, namun tak sampai lama seperti itu, ada saja yang mengusiknya.
"Ratu Victoria, sarapan sudah tersedia di meja makan. Anda ingin makan disana atau saya bawakan kemari Ratu?"
Lantas Victoria membuka bantal yang menutup wajahnya, "aku sedang tidak bernafsu untuk makan" kemudian menutupnya kembali.
"Tapi Ratu, Raja Sylvester pasti akan marah mendengar itu" Pelayan tersebut masih terus membujuk Victoria. Ia tau, jika Victoria sampai melewatkan waktu makannya Raja Sylvester pasti tidak segan-segan akan menghukum mereka.
"Bilang saja kepada Sylvester, aku sudah makan" ujarnya dengan suara yang tidak begitu jelas karena wajahnya masih tertutup.
"Bagaimana ratu? Suara anda tidak begitu jelas"
Sontak Victoria mengangkat kepala dan memperhatikan pelayan yang sedang berdiri di depannya. "Bilang saja pada Sylvester aku sudah makan"
"Tapi ratu, "
Belum sempat pelayan itu melanjutkan, Victoria lebih dulu memotong, "baiklah aku akan kesana" Ia mendengus dan mulai memaksakan diri untuk keluar dari gulungan selimut lalu beranjak menuju meja makan.
Disana ia melihat banyak sekali makanan serta buah-buahan yang tertata rapih di atas meja. Untuk apa makanan sebanyak ini? memangnya aku sanggup memakan semua? Sungguh pelayan yang aneh. Segera ia menepis gumamanya itu dan menarik kursi yang paling dekat dengannya. Ia mulai menyendokan bubur kentang kedalam piring lalu menaburkan sedikit lada dan daun bawang keatas bubur.
Pelayan yang tadi menemaninnya datang kembali bersama segelas cairan kuning, "Raja Sylvester menyuruh saya untuk menyeduh ramuan ini dan anda harus meminumnya, ratu"
"Apa itu?" Ia masih asik dengan bubur kentangnya tanpa mempedulikan pelayan itu.
"Ramuan yang mulia ratu, akan tetapi saya tidak tau ramuan apa karena Raja Sylvester tidak memberitahu"Jelas pelayan itu kemudian menyodorkan gelas yang dipegangnya. Victoria sedikit ragu, ia memperhatikan wajah pelayan itu sejenak lalu mengambilnya perlahan.
Kebetulan ia juga merasa sedikit haus, akhirnya ia mulai meminum cairan itu, namun saat cairan itu menyentuh lidahnya seketika rasa pahit menyebar keseluruh rongga mulut. Sial ramuan kematian ini lagi, sebenarnya apa ini?
"Huek" Rasa yang benar-benar sulit untuk di toleransi. "Kenapa Sylvester terus memberiku ramuan ini lagi? Apakah Raja tak berperasaan itu tidak tau jika rasa ramuan ini sangat mengkhawatirkan? Sungguh tak beradab" Celoteh Victoria panjang lebar.
"Aku tidak bisa meminumnya, jika kau terus memaksaku kau saja yang meminumnya!" Pekik Victoria kepada pelayan yang sudah siap membujuknya, kemudian ia menggeser gelas itu kesamping dan menyeka mulutnya dengan kain. Pelayan tadi lalu terdiam dan memungut gelas bekas muntahan victoria untuk menggantinya dengan air putih. Victoria menegak air itu hingga habis kemudian menyelesaikan acara makannya dan berlalu menuju kamar kembali.
Ia memutuskan untuk tidur walaupun tidak seberapa mengantuk, entah apa yang harus ia kerjakan disini tapi sepertinya tidak ada. Ia rindu saat dirinya di rumah dulu, pasti papa selalu membawanya ke hutan untuk memanah rusa dan diambil kulit serta tanduknya sebagai kebutuhan sekunder mereka. Oh ya, mengapa tidak terlintas dibenaknya untuk memanah saja? Ohh tidak rasa malas sungguh mendominasinya..
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...