Berbicara tentang malam itu, saat penyatuan dirinya bersama Sylvester terdapat banyak perubahan dalam tubuhnya yang tidak begitu signifikan tapi masih dapat ia rasa. Ia lebih sering melamun tanpa sebab, berbicara sendiri, bahkan menatap dirinya dicermin dengan waktu yang lama dan tak sampai disitu, kadang ketika dirinya terlelap ia merasa jiwanya sedang bersemayam di sebuah tempat yang sangat jauh dari tubuhnya. Disana ia merasakan kedamaian yang belum pernah dirasakan, dingin dan kemurnian yang belum terjamah. Tak banyak orang tau tentang tempat itu, bahkan ia berani bersumpah jika Sylvester pun tak akan tau.
Dan disinilah ia sekarang, di sebuah pondok kecil dekat sungai yang pernah ia jumpai dulu bersama Savarez, mengingat tentang Savarez ia sama sekali belum bertemu dengan pria itu, mungkin pria itu sudah pulang atau kemana ia juga tidak tau.
Lalu tak lama ia melamun, tiba-tiba semak belukar yang ada di samping pondok bergoyang, ia curiga lantas menghampirinya dan melihat sebuah kelinci keluar dari dalam semak kemudian berlari menuju hutan. Ia tersenyum, namun tak sampai sepuluh detik wajahnya sudah berubah kaku. Matanya menangkap sesosok mahluk tinggi yang sedang menghisap darah kelinci.
Mahluk itu belum menyadari keberadaannya, lantas ia memundurkan langkah perlahan, akan tetapi sangat disayangkan sebelah kakinya tak sengaja menginjak ranting kayu menimbulkan suara yang memancing mahluk itu menoleh.
Mata keduanya terkunci dalam satu moment yang berlangsung sekitar 5 detik, mahluk itu menyeringai sembari mengarahkan telunjuk kearah bibir mengisyaratkan agar tetap diam sebelum makhluk itu pergi. Victoria mengerti dan masih terdiam, entah karena ia heran mahluk itu tidak menghampirinya atau heran karena mahluk itu pergi setelah melihat dirinya. Mungkin itu bisa menjadi contoh perubahan selanjutnya.
Tak mau mempeributkan tentang itu, ia kembali menuju pondok dan melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Selang beberapa menit rasa kantuk mulai menghinggapinya. Sangat tak mungkin jika ia terlelap disini, akan sangat berbahaya mengingat jika ini adalah alam terbuka, bisa saja mahluk seperti tadi datang kembali dengan segerombolan geng dan membunuhnya disini. Membayangkan itu membuat bahunya bergidik ngeri.
Menuju jalan pulang, ia harus menyebrangi sungai dengan debit air yang lumayan. Gaunnya juga sudah basah sejak tadi, tetapi ia menghiraukannya dan sekarang ia telah berada di depan gerbang istana dengan seluruh penjaga yang langsung memberikan hormat.
Salah satu penjaga itu memanggil pengawal untuk mendampingi Victoria menuju kastil, ia tau memang inilah yang seharusnya karena tadi ketika dirinya pergi, ia meminta pengawal untuk tidak ikut lantaran ditakutkan bisa mengganggu privasinya. Pengawal pun menyetujui dan segera meninggalkan Victoria sendiri, namun saat Victoria kembali pengawal itu boleh mengawalnya lagi.
"Kalian boleh pergi, dan ingat jangan beri tau Sylvester jika aku pergi sendiri"
Pengawal itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan Victoria di ruang tengah. Belum sempat Victoria beranjak, Suara bariton yang begitu khas muncul dari belakang membuatnya begitu terkejut.
"Kau melanggar aturanku?"
Suara itu perlahan mendekat hingga ia bisa merasakan jika pemiliknya tepat berada di belakang. Tanpa sadar Victoria menggigit bibir menyadari kebodohan yang baru saja ia ucapkan.
"Apakah sulit hanya untuk mengikuti aturanku?"
Victoria tak menyaut, ia memainkan jari jarinya gugup.
"Berputarlah, aku ingin melihatmu"
Perlahan, Victoria memutar tubuhnya menghadap Sylvester dengan wajah yang menunduk. Ia sungguh tak berani menatap mata kelabu itu, terlalu takut baginya."Jangan seperti itu lagi, kau paham?"
Victoria segera mengangguk cepat. Ia menatap sebentar wajah Sylvester untuk melihat betapa tampannya pria itu ketika mengenakan pakaian seorang raja lalu ia kembali menunduk dan melanjutkan untuk mengaguminya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...