"Hai Sylvester dan siapa namamu gadis cantik?" Fartelius membuka tangannya memberi sambutan kepada Sylvester dan juga kepada Victoria. Sontak gadis itu ketakutan lalu bersembunyi di balik tubuh Sylvester yang terlihat tenang tetapi ia tau jika pria itu sedang menahan emosinya.
"Tutup mulut kotormu Fartelius" tanpa diduga Savarez menyahut pertanyaan Fartelius dengan kuku yang sudah berubah tajam. Ia teramat sangat membenci makhluk durjana itu.
"Wowowo.. tenang dulu buddy, aku hampir lupa denganmu. Savarez benar begitu bukan namamu?" Fartelius tersenyum kecil seolah mengejeknya. Savarez semakin menggeram, ia mengetatkan rahang sembari memperhatikan gerak gerik Fartelius, alih-alih jika makhluk hybrid itu menyerangnya.
"Sudah lama kita tidak bertemu, apa kau tidak merindukanku? Oh ya, untuk kau gadis kecil aku lupa menanyakan ini kepadamu, apa kau sudah mengandung pangeran dambaanku?" Ia melangkah pelan mendekati Victoria, namun para prajurit segera menghadangnya. "Apakah kalian tidak bisa bermain santai?" Merasa terganggu adanya prajurit, Fartelius kembali mundur. Ia memainkan jenggotnya sembari menunggu Sylvester membalas. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk bermain-main.
"Bahkan aku tidak sudi berbincang denganmu" Sylvester menatap lekat Fartelius yang terkekeh. Tidak ada yang lucu disini bahkan suasana malah bertambah mencekam.
"Sylvester.. Sylvester.. kau memang pemimpin terpayah yang pernah kukenal setelah Robertson. Kalian berdua sama saja, sama sama pecundang lemah" kekehan Fartelius semakin mengeras, Sylvester yang mendengar itu begitu geram. Ia pun segera berlari ke arah Fartelius lalu mencekiknya kuat, "jangan pernah menyebut nama ayahku, bajingan!"
Fartelius yang merasa terancam, lantas memaksa kedua tangan Sylvester dengan kekuatan penuh untuk melepas cekikan itu. Sylvester menggeram, ia memamerkan taring-taringnya ingin segera mengoyak leher Fartelius, namun naas perutnya lebih dulu ditendang hingga ia mental kebelakang. Kekuatan hybrid tidak bisa disepelekan begitu saja, sontak Victoria berteriak dan berlari mengampiri Sylvester untuk membantunya berdiri.
"Cukup! Apa mau kalian?!" Gadis itu menatap Fartelius dengan wajah merah padam, dadanya ikut bergemuruh naik turun, lantas Ia melihat Fertelius yang menyeringai ke arahnya, benar-benar wajah menakutkan dan menjijikan yang pernah ia lihat.
"Beri tau aku jika kau hamil gadis cantik, karena aku sangat membutuhkan anak itu dan juga aku akan senang hati merawat bayi itu karena Sylvester tidak akan mau menerimanya.. hahaha" Mendengar perkataan Fertelius membuat Sylvester murka, berani-beraninya hybrid itu berkata seenak jidat kepada istrinya?
"She's never ever pregnant, asshole!" Tak mau mendengar omong kosong lagi lantas Sylvester langsung beralih menonjok wajah suram Fartelius hingga sudut bibirnya berdarah. Fartelius mengusap sudut bibirnya perlahan "How dare you!" Lalu membalas perlakuan Sylvester dengan mencakar bahu kirinya, "Aarghh!" Segera Sylvester menjauh.
Melihat kakaknya yang sudah terluka dan bersimbah darah membuat Savarez geram, sontak ia merubah bentuk tubuhnya menjadi werewolf lalu menendang Fartelius hingga jatuh tersungkur. Para pengikut Fartelius juga tidak tinggal diam, mereka ikut merubah bentuk tubuhnya dan menyerang Savarez begitu pun sebaliknya dan perang pun dimulai.
"Sylvester!"
Victoria segera menarik Sylvester menjauh, ia tidak mau jika Sylvester semakin terluka oleh hybrid."Vester are you okay?" Suaranya bergetar, Ia melihat luka sylvester yang menganga. "Oh my god, lukamu" dan langsung meneteskan ramuan pereda nyeri yang sudah ia ambil di dalam tas.
"I'm.. okay Victoria I'm okay" Sylvester memegang tangan kecil Victoria lalu menciuminya. "Jangan panik, kita akan selamat"
"Tapi aku tidak mau seperti ini Vester" Victoria menatap dalam mata Sylvester dan menangis, ia tak kuat melihat Sylvester bersimbah darah seperti ini, ia tidak sanggup melihat Sylvester terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...