Vote!
Comment!Sylvester memandangi Victoria yang sedang latihan memanah dari kejauhan. Ia berniat untuk mendekat hanya sekedar berbincang dengan gadis itu karena dari semalam ia sama sekali tidak bertemu dengannya. Di saat gadis itu sudah selesai melesatkan panah yang terakhir barulah Sylvester beranjak, namun kata sial pantas terucap ketika Savarez lebih dulu sampai dibanding dirinya. Tak mau merusak suasana yang ada ia memutuskan pergi meninggalkan mereka dan berlalu menuju ruangan khusus yang digunakan untuk meminum wine.
Dengan berat hati ia melangkah sembari matanya terus memperhatikan Savarez yang sedang bercengkrama sampai dirinya tak sadar jika sepasang kaki datang menghampiri.
"Sepertinya ada yang sedang cemburu pagi ini"
Segera ia melirik sumber suara itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Allishia. Ia hanya diam bergeming, terlalu malas menanggapi wanita yang ada di sampingnya ini.
"Ingin meminum wine? Aku bisa menemanimu"
Tawarnya berusaha menarik perhatian Sylvester yang sama sekali tidak tertarik. "Aku bisa meninumnya sendiri bahkan tanpa dirimu. Jangan membuat rasa wineku hambar saat wajahmu masih terlihat di mataku" dan ia pun berlalu meninggalkan Allishia sendiri.
*
Rasanya seperti di tikam seribu pisau pada hatinya, entah mengapa yang dikatakan Allishia tadi terbayang oleh pikirannya. 'Cemburu' satu kata yang tak pernah ia rasakan dan baru kali ini ia merasakannya. Benarkah ia cenburu? Mungkin memang benar hanya saja ia tidak mau mengakui.
"Sylvester" lagi dan lagi suara yang tadi ia hindarkan kini terdengar kembali. Ia tak mau menoleh ataupun melihat wanita dengan suara itu. Ia butuh sendiri dan bisakah wanita itu pergi?
"Apa yang kau mau dariku lagi? Perjanjian kita sudah selesai Allishia" Ia menyesap winenya perlahan.
"Ah benar sekali. Sayang sekali kalau begitu padahal semalam adalah malam yang indah untuk kita berdua. Tenanglah aku kemari hanya ingin memberitahu jika keberangkatanmu di percepat satu jam. Kau masih punya waktu 20 menit untuk bersiap. Tinggalkan winemu dan bersiaplah"
Lalu wanita itu melempar bungkusan hitam kearahnya dan dengan sigap ia menangkap. Dilihat sebuah kalung berbandul batu yang akan dipasangkan untuk belatinya nanti. Ia hanya menaikan sebelah alis lalu menutup kembali bungkusan itu."Victoria menunggumu di luar"
Seketika kalimat tadi berhasil menarik perhatiannya membuat ia bersegara keluar, namun saat kakinya melangkah melewati Allishia tiba-tiba lengannya dicekal membuat dirinya berhenti. Mata mereka saling bertatap dan tak lama Allishia mencium bibir Sylvester, ia memegang pinggang Allishia mencoba untuk melepaskan tautan bibir mereka namun wanita itu terus mencecapnya hingga terdengar deheman yang tak jauh dari sini. Keduanya terkejut dan saling menoleh melihat Savarez serta Victoria yang sedang menonton aksi mereka. Langsung saja Sylvester mendorong tubuh Allishia menyingkir dan berjalan menuju kedua mahluk itu.
Sylvester menatap Victoria yang sudah memalingkan mata saat ia masih berjalan tadi, "kau cantik memakai gaun ini" sembari menyentuh dagu Victoria yang tak lama gadis itu pun menepis.
"Sebaiknya kita berangkat sekarang, aku benar benar muak" akhirnya Victoria berlalu lebih dulu disusul dengan Sylvester dan kini yang tersisa hanyalah Savarez beserta Allishia.
"Victoria!"
Gadis itu sudah menaiki kereta kuda bersama Sylvester yang mengikutinya. "Aku tidak mencium allishia" ujar Sylvester berusaha menjelaskan.
Sungguh! Ia Sama sekali tidak peduli dan tak akan pernah peduli lagi. Ia hanya muak dan tak ingin bersanding bersama Sylvester di dalam kereta ini. Rasanya ia ingin menunggangi kuda sendiri atau bergabung dengan Savarez di belakang. "Bisakah kau diam dan memulai perjalanan? Dari pada membuang buang waktu untuk mencoba mengajakku berbicara yang tak akan menanggapimu lebih baik kau suruh kusir itu melajukan keretanya" balas Victoria menohok. Sylvester menghela napas sebelum menyuruh kusir itu melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...