Sudah hampir memasuki 4 bulan usia kandungan Victoria sekarang (dalam hitungan manusia, tetapi janinya sudah seperti usia 7 bulan). Gadis itu terlihat tidak begitu sehat, tubuhnya mulai ringkih dan kakinya sempat tidak bisa digerakan, tetapi itu bukanlah alasan jika dirinya harus menyerah, ia harus tetap fokus pada tujuan utama yaitu ingin melahirkan anak ini dalam keadaan sehat dan normal walaupun nyawanya mungkin akan menjadi taruhan. Victoria sadar jika dirinya tidak sekuat wanita bangsa imortal, tetapi ia percaya jika dirinya sangatlah hebat dan ia bangga jika anaknya nanti tau bahwa ibunya adalah seorang manusia hebat. Banyak orang yang mendukungnya sampai garis final dan ia tidak boleh patah semangat.
"Sayang.."
Suaminya itu mengusap peluh Victoria di dahi. Berulang kali gadis itu menarik napas dan menghembuskannya perlahan ketika merasa sesuatu menghentak perut. Kali ini ia tidak bohong, kekuatan anak itu begitu kuat dan akan terus bertambah kuat. Ia merasa perutnya sangat kram, bukan kram lagi bahkan seakan ingin meledak. Orang-orang disekitar Victoria juga tak henti untuk terus mengompres air hangat pada perutnya untuk mengurangi tendangan yang dibuat oleh bayinya.
"Victoria, bersabarlah. Kau harus kuat"
Victoria tak menjawab, gadis itu merintih hebat, ia tak bohong jika kehamilan ini sangatlah menyakitkan. Hingga tibalah pada menit selanjutnya tubuhnya sudah kembali normal, dahinya tidak lagi mengernyit dan bibirnya sudah bisa tersenyum. Lantas Victoria memegang salah satu tangan pelayan yang tengah mengompres perutnya lalu mengalihkannya kesamping. "sudah, perutku tidak sakit lagi" pelayan tersebut mengangguk patuh kemudian membereskan alat kompresannya tadi.
"Kau yakin?"
Sylvester mengusap perut Victoria memastikan jika tidak ada lagi kendala disana."Ya.. memangnya aku terlihat begitu mengerikan ya?"
Pria itu tersenyum tipis, "aku khawatir dengan keadaanmu, sayang" Victoria hanya tertawa kecil mendengarnya.
"Apa kau ingin sesuatu?"
Victoria menautkan kedua alis mencoba untuk berpikir. Sesuatu? Apa yang sedang ia inginkan sekarang? Hmm.. sepertinya berjalan-jalan terdengar menyenangkan. Lagi pula dirinya begitu penat, butuh sedikit refreshing mungkin.
"Aku ingin ke danau, bolehkah?"
Sylvester kembali tersenyum dengan senyum manis semanis madu. "Apa yang tidak boleh untukmu, Ratu?"
Kemudian ia mencoba untuk mengangkat Victoria dan memindahkannya ke atas kursi roda. Gadis itu tak menolak karena memang inilah yang harus ia lakukan, walaupun dirinya sangat ingin berjalan kaki.
"Tubuhmu ringan sekali Victoria"
"Benarkah?" Balasnya sembari membenarkan posisi.
"Makanlah yang banyak tubuhmu juga butuh nutrsi" gadis itu mengangguk cepat, ya memang seharusnya ia makan banyak, namun tubuhnya sendiri lah yang menolak. Lalu Sylvester mendorong kursi roda tersebut menuju danau yang Victoria inginkan. Danau dengan hamparan taman di pinggirnya, benar-benar menyejukan. Setelah sampai disana Victoria seketika tersenyum sumringah tatkala melihat sebuah pohon jeruk di dekat danau sudah berbuah, "Vester! Lihatlah jeruknya banyak sekali"
Gadis itu menyuruh Sylvester untuk mendorong kursi rodanya kesana, ia sangat ingin memetik jeruk langsung dari pohonnya karena memang pohon jeruk itu tak seberapa tinggi. "Tapi itu sangat curam Victoria, pohonnya dekat sekali dengan danau"
"Tak apa Vester, kau bisa menjagaku kan?" Ia masih bersikeras mempertahankan keinginannya. Mau tak mau pria itu menyetujui dan mulai mendorong kursi roda hingga sampailah mereka sekarang dibawah pohon jeruk yang diatasnya langsung terdapat buah berwarna orange, segera Victoria memetiknya dan mengupas kulit buah jeruk tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...