part 35

2.2K 143 26
                                    

"Pagi ini aku harus pulang Vicky, maafkan aku tidak bisa menemanimu" Sylvester menggenggam erat tangan Victoria sembari mengusap perutnya perlahan. Wajah gadis itu terlihat begitu sedih dan tidak terima atas kepulangan Sylvester yang begitu cepat. Tidak kah bisa Sylvester menemaninya sehari lagi? Atau dua hari, tiga hari? Dirinya begitu kesepian jika tidak ada Sylvester walaupun sudah ada pelayan serta tabib, namun seperti ada yang kurang. Rasanya ia ingin ikut Sylvester untuk kembali pulang ke kastil.

"Kenapa cepat sekali?" Ia membalas usapan tangan Sylvester sembari menatap mata pria itu yang seolah berkata 'mengertilah Victoria'

"Urusanku masih banyak sayang, aku pasti akan segera menemuimu" balasnya tak lupa dengan ciuman singkat pada perut gadisnya.

"Huftt.. baiklah" Victoria pun hanya bisa menghela napas pasrah. Raut wajahnya berubah sedih dengan tatapan yang sangat sendu. Benar-benar berat melepaskan kepergian Sylvester dari jangkauannya, biasanya pria itu yang selalu ada tapi sekarang malah kebalikannya. "Jangan lama lama, berjanjilah"

Sylvester menarik garis bibir membentuk senyuman, "aku berjanji sayang" kemudian mengecup lembut pipi Victoria bergantian. "Aku pergi dulu ya" lantas Victoria mengangguk pelan nyaris tak terlihat lalu menatap punggung Sylvester yang mulai menghilang dari pintu. Baru beberapa detik kepergiannya sudah membuat Victoria gelisah, apakah ini yang dinamakan rindu?

Kemudian tak lama, Laila masuk kedalam kamar sembari membawa makanan kesukaan Victoria yaitu mash potato dan tak lupa dengan daging panggang di sampingnya. "Permisi Ratu sudah waktunya anda sarapan"

Victoria hanya mengangguk menyambut kedatangan Laila. Tak ada semangat yang terpancar dari raut wajahnya bahkan untuk makan pun ia sama sekali tak berselera. "Tapi aku sedang tak ingin, Laila"

"Ratu.. anda harus makan"
Rayunya begitu lembut. Victoria hanya bergeming sembari memperhatikan Laila yang menata sebagaian makanan diatas meja dan sisanya wanita itu yang memegang. Sebuah mangkok berisi mash potato sangat menggiurkan, namun tidak membangkitkan selera mulai Laila aduk lalu mengarahkannya kepada Victoria yang masih terdiam tanpa membuka mulut.

"Ratu.. makanlah, ini demi bayi anda" mendengar penuturan pelayan itu, Victoria lantas berpikir memang ada benarnya juga. Ia tidak boleh egois karena bukan hanya dirinya yang makan namun bayinya. Akhirnya ia mulai membuka mulut dan memakan mash potato itu dengan terpaksa. Walaupun begitu tak bisa dipungkiri jika dirinya juga sangatlah lapar, ia pun mengunyah mash potato itu sangat cepat sampai-sampai hanya sekitar 5 menit saja makanannya sudah habis tak tersisa kemudian dilanjut dengan daging panggang sebagai penutup.

"Aku ingin berjalan-jalan diluar, Laila. Bisakah kau membantuku?"

Pelayan itu tersenyum dan mulai membereskan semua, "dengan senang hati, Ratu" lalu memindahkan Victoria keatas kursi roda.

"Victoria"

"Ah.. ya.. Rat-eh.. Victoria. Saya tidak terbiasa memanggil nama anda.. maafkan saya" pelayan itu meringis merasa tak enak dengan suasana sekarang. Memanggil nama seorang Ratu adalah hal yang tak lazim jadi ia tidak terbiasa oleh itu.

"Tak apa.. aku hanya suka jika dipanggil nama saja" kemudian Laila mengangguk.

***

Sudah beberapa menit mereka berjalan-jalan tiba-tiba Hana datang dengan membawa jambu biji di tangannya. "Yang mulia Ratu" ia memanggil Victoria lalu menghampirinya dan menyerahkan jambu biji itu kepada Victoria. "Aku menemukan ini tadi.. sepertinya bisa dimakan" Victoria tersenyum sembari mengambil jambu biji itu. "Ini memanglah bisa dimakan" lalu menggigit bagian jambunya dan membuang bagian bijinya.

"Lama sekali kau pergi, apa yang kau cari dari tadi?"

Laila ikut bertanya. Sudah dua jam Hana pergi meninggalkan rumah dan mereka berdua tidak tau apa yang tabib itu cari.

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang