"Ayinguesukasamalo."
Dengan mata terpejam, laki-laki berambut kecoklatan itu mengatakan kalimat tadi dengan satu kali tarikan nafas.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Alzeno memberanikan diri membuka mata. Dari balik bulu matanya dia bisa melihat Karin berdiri memandanganya dengan kedua bola mata hitamnya. Gadis yang baru saja dia nyatakan perasaannya. Gadis yang berhasil membuatnya terjaga semalaman hanya untuk mempersiapkan diri mengatakan kalimat tadi.
Meski akhirnya kacau karena sungguh, ini bukan seperti apa yang dia rencanakan semalam. Kalimat yang sudah dia hafalkan semalaman buyar begitu saja. Berantakan.
"Gue suka sama lo, Yin," ulangnya sekali lagi. Kali ini sambil menatap Karin mantap. Menegaskan kalau dia serius dan apa apa yang dia katakan barusan bukan bualan belaka.
"Lo mau nggak jadi cewek gue?"
Pemuda bermata sipit itu mengusap tengkuknya gugup, was-was menanti jawaban dari gadis di hadapannya itu.
Jeno sudah lupa diri. Perasaan yang dipendamnya selama satu semester ini tidak lagi bisa dia bendung. Perasaannya menggila, hari ini di jam mata pelajaran yang kosong dia membawa Karin ke rooftop sekolah mereka dan menyatakan perasaannya di sana.
Sementara itu Karin yang pasrah saat tangan kanannya digenggam Jeno malah tampak meragu. "Eung, Jen. Gue--" Tangannya yang bebas menggamit ujung roknya hingga kusut. Ini terlalu tiba-tiba. Dia tau Jeno suka sama dia, tapi nggak menyangka juga kalau dia bakal ditembak secepat ini.
"Gue--"
Karin menggantung ucapannya sekali lagi, membuat Jeno menahan nafasnya gugup. Pemuda itu merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih kencang, dia bahkan lebih gugup daripara waktu pengumuman penerimaan inti tim futsal sekolah mereka.
"Gue--" Karin menggigit bibir bawahnya, otaknya berpikir cepat mencari kalimat yang pas tapi akhirnya yang keluar dari mulutnya cuma, "Sorry, Jen."
Wajahnya kelihatan bersalah. Karin tau cepat atau lambat Jeno akan menyatakan perasaannya, dia sudah curiga saat Jeno tiba-tiba membawanya ke rooftop sekolah di jam kosong begini. Karin tau, bahkan satu sekolah pun tau Jeno menyukainya. Alzeno, cowok yang selalu ngotot mau nganterin dia pulang padahal rumah mereka nggak searah, cowok yang rela dihukum waktu upacara karena ngasih topinya ke Karin, cowok yang rela pulang sore demi nungguin Karin selesai latihan cheers, cowok yang rela berjubal di kantin sekolah demi beliin Karin Batagor kesukaannya.
Alzeno, cowok itu suka Karin, tapi sayangnya Karin nggak bisa membalas perasaan cowok itu. Karena dia sudah terlanjur memberikan hatinya untuk laki-laki lain.
Jeno mengangguk kecil, "Nggak papa, gue ngerti." Jeno membubuhkan senyum di akhir kalimatnya. Mencoba membuat Karin tidak terlalu merasa terbebani dengan ucapannya tadi. Meski perasaan kecewa masih menusuknya tajam dan meski jauh di dalam lubuk hatinya dia sudah menebak Karin akan menjawab begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]
Teen FictionMencintai dan Dicintai adalah manusiawi. Tapi apa yang terjadi jika kalian dicintai sekaligus mencintai dua orang yang berbeda dalam waktu yang sama? Sama seperti Karin yang diharuskan memilih antara Jeno, laki-laki yang secara terang-terangan menga...