be a good readers, please
Senin sore setelah pulang sekolah, Karin melipir ngemall buat cuci mata. Sendirian banget. Somi lagi di nikahan saudaranya di Bandung dari kemarin, Guanlin basket, Jeno nggak tau kemana.
Sekalian Karin pengen me time, sih. Udah lama gitu nggak jalan sendirian. Enak, nggak ada yang nyuruh cepet-cepet, bebas mau masuk kemana aja.
Sekarang dia baru aja keluar dari toko sepatu dengan sebuah paper bag yang menggantung di tangannya.
Mumpung kemarin baru dapat jatah bulanan dari Papa dan jatah belanja dari Mamanya.
Dia dan Bang Jihoon memang rutih dikasih uang setiap bulan buat belanja baju, sepatu atau nyalon sendiri. Karena katanya, biar bagaimanapun mereka harus pandai rawat diri.
Karin melangkahkan kakinya masuk ke Gramedia. Tempat yang harus dia datangi kalau kemari.
Dia suka baca buku. Dia suka bau buku baru. Dia betah berjam-jam keliling di tempat itu daripada berjam-jam main di Funworld.
Dia melihat buku bercover hijau yang menarik perhatiannya. Tanpa menunggu lama, tangannya terulur untuk meraih buku di rak yang cukup tinggi itu.
"Eh?" Karin reflek menoleh saat ada tangan lain meraih buku yang sama dengan yang dia ambil.
Dan sontak matanya membulat melihat orang yang berdiri di sebelahya.
"Ayin, 'kan?" Rachel tersenyum ramah. "Sorry, gue pernah denger temen lo panggil Ayin, nggak papa 'kan gue panggil lo gitu?" Kata Rachel saat tidak ada reaksi dari Karin.
Dia takut Karin tidak nyaman karena sikap sok akrabnya barusan. Dia takut nama itu panggilan dari teman-teman akrabnya. Sementara dia hanya orang asing yang baru bertemu beberapa kali.
"Eh, iya nggak papa." Karin mencoba menetralkan ekspresinya. "Please Yin, ini cuma Rachel. Bukan malaikat maut. Nggak usah takut," batinnya pada diri sendiri.
"Lo sendirian?" Tanya Karin. Rachel mengangguk. "Kalo lo? Cowok lo yang waktu itu mana?"
Dahi Karin mengerut. Cowoknya? Jeno maksudnya?
"Jeno? Dia--bukan cowok gue. Cuma temen aja kok."
"Iya? Yah, sayang dong. Kalian cocok banget padahal."
Karin menyunggingkan senyum kakunya. Cocok katanya? Nggak, Jeno baik, dia jahat. Dimana letak kecocokannya?
Tapi Rachel nggak bohong. Pertama dia lihat Karin dan Jeno mereka kelihatan cocok. Rachel langsung bisa melihat tatapan memuja Jeno saat mereka bertemu di tempat futsal beberapa waktu lalu.
Terlalu sering berada di lingkungan pertemanan palsu membuat Rachel bisa melihat mana orang tulus mana orang munafik seperti teman-temannya.
Dan Karin, dia bisa melihat Karin orang yang tulus. Itu yang membuatnya ingin berteman dengan gadis itu.
"Lo suka baca buku juga?" Karin mengangguk kaku. Dia merasa sedikit tidak nyaman berbicara sedekat ini dengan Rachel.
"Gue juga sih, tapi kadang doang kalo ada waktu luang." Rachel sering diam-diam membaca novel atau buku yang dia suka disela-sela belajarnya. Dia akan kembali menyembunyikan buku tersebut jika Mamanya tiba-tiba masuk ke kamarnya.
Rachel punya box besar berisi buku-buku novel yang dia sembunyikan dibawah kolong tempat tidurnya.
Mamanya tidak suka dia membaca buku seperti itu. Kataya tidak berguna.
"Mau beli ini?"
"Iya," jawab Karin. Dia melirik rak buku di depannya. "Lo juga?" Tanyanya. Soalnya buku itu cuma tinggal satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]
Teen FictionMencintai dan Dicintai adalah manusiawi. Tapi apa yang terjadi jika kalian dicintai sekaligus mencintai dua orang yang berbeda dalam waktu yang sama? Sama seperti Karin yang diharuskan memilih antara Jeno, laki-laki yang secara terang-terangan menga...