Kalian pasti pernah kan, sayang sama orang, sayang banget sampai dikatain bego lah, bodoh lah, terima aja. Karena katanya, cinta itu buta. Tidak peduli se-toxic apa hubungan kalian, pasti selalu ada saja jalan untuk saling memaklumi dan memaafkan kesalahan mereka.
Termasuk Karin. Tidak peduli dia dibilang bodoh oleh banyak orang, Karin has a thousand ways to forgive Guanlin. No matter how deep Guanlin's hurt her. Why? Because she loves him.
Happiness is a choice. And Karin choise Guanlin as her happiness.
Maka dari itu, Karin sedang mempertimbangkan permintaan maaf Guanlin kali ini. Tadi sore Guanlin ke rumahnya tiba-tiba. Memohon pada Karin untuk jangan mendiaminya lagi. Karin yang kaget dengan kedatangan Guanlin yang tiba-tiba, tidak bisa berbuat apa-apa saat Guanlin memeluknya begitu erat.
Dan yang membuat Karin lebih terkejut adalah ucapan Guanlin. Dia bilang, "Aku pilih kamu, Yin." Merujuk pada pertanyaan Karin beberapa waktu lalu di depan mini market.
Karin belum merespon. Otaknya terasa sangat lamban untuk berpikir. Tapi saat itu Karin tahu, kalau keinginannya melepas Guanlin yang sudah dia pikirkan jauh-jauh hari menguap begitu saja.
Dia kembali goyah.
"Woy! Ngelamun aja lo." Somi menepuk bahu Karin hingga gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Kantin nggak?" tawarnya.
Karin melirik bangku Jeno. Cowok itu duduk membelakanginya sambil menyumpal telinganya dengan earphone hitam yang selalu Jeno bawa kemana-mana.
Karin merasa aneh dengan sikap Jeno hari ini. Cowok itu tidak terlalu banyak bicara seperti biasanya.
"Gue nyusul, deh," kata Karin akhirnya.
Mengerti, Somi bergegas keluar dari kelas.
Karin menutup buku paketnya, lalu berjalan menghampiri Jeno. Entah kenapa dia gugup.
"Jeno, kantin nggak?" Tanyanya sambil menepuk bahu Jeno pelan.
Jeno menoleh. "Nggak. Nggak laper," jawabnya tanpa menatap Karin.
Karin itu peka. Dia tahu apa yang sedang dirasakan orang di sekitarnya.
Dan kali ini, dia cukup tahu kalau mood Jeno sedang tidak baik.
"Kena--," ucapan Karin terpotong saat Jeno berbalik membelakanginya lagi.
Karin menggigit bibir bawahnya. Jeno kenapa? Kemarin perasaan baik-baik aja.
Apa dia punya salah? Pikir Karin.
Sampai pulang sekolahpun, Jeno masih kelihatan bad mood. Tadi waktu pelajaran kosong juga Jeno sempat bentak Haechan karena ngusilin dia terus. Padahal biasanya nggak papa.
"Jeno, lo balik sama siapa?" Tanya Karin basa-basi. Bukannya pengen ditebengin, sih. Karin cuma pengen tahu Jeno kenapa. Pengen Jeno cerita kenapa bad mood seharian ini.
"Gue jemput Lami. Sorry nggak bisa nganter lo," jawabnya kemudian pergi begitu saja.
Karin menatap punggung Jeno yang menjauh.
"Mungkin Jeno lagi badmood," Batinnya.
.
.
.
Guanlin menatap paper bag berwarna pastel di tangannya. Bibirnya tidak berhenti menyunggingkan senyum mengingat dia akan bertemu dengan Karin sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]
Teen FictionMencintai dan Dicintai adalah manusiawi. Tapi apa yang terjadi jika kalian dicintai sekaligus mencintai dua orang yang berbeda dalam waktu yang sama? Sama seperti Karin yang diharuskan memilih antara Jeno, laki-laki yang secara terang-terangan menga...