P A I N F U L : 28

1.8K 401 46
                                    

Be a good readers, please 














"Mas! Ini sepatunya mau dibuang atau gimana?" Gue yang baru aja memejamkan mata, buru-buru bangun. Turun dari kasur dan lari terbirit ke ruang tamu. Udah ada Bunda di sana. Berkacak pinggang dengan satu tangan menenteng sepatu gue. 

"Maaf, Bun. Tadi mau Mas taruh di rak sepatu tapi lupa." Gue berusaha senyum semanis mungkin biar nggak kena omelan Bunda. 

Bunda tuh suka marah-marah kalau ada barang yang nggak rapi di rumah. Dan gue sering kena marah karena sering banget naruh sepatu atau tas sembarangan.

"Itu telinga kalau nggak nempel juga lupa ditaruh mana." Hehe. Suka bener ih Si Bunda. 

"Jangan marah-marah, Bunda. Nanti cepet tua." Gue mencium pipi Bunda sebelum bergegegas kembali ke kamar.

"Kamu nggak makan dulu?" teriak Bunda waktu gue sampai di depan pintu kamar. "Nggak Bun! Nanti aja!" 

Brakk! 

Gue membanting diri ke kasur lalu bersembunyi dibalik selimut. Gue melirik keluar jendela. Di luar sana hujan deras.

Sekarang gue mengerti kenapa Lami suka sekali mengurung diri di kamar saat hujan begini. Tiduran sambil dengerin musik atau nonton drama. 

Ternyata suasananya seenak ini.

Hujan. Hujan selalu mengingatkan gue tentang Karin. Si penggila hujan, padahal kehujanan dikit aja bisa sakit. 

Lagu The Way You Look at Me milik Christian Bautista berganti dengan One Call Away milik Charlie puth. Gue diem. Gue dengerin lagu itu baik-baik.

i'm only one call away

i'll be there to save the day 

superman got nothing on me 

i'm only one call away 

Sial! Kok rasanya lagu ini pas banget sama gue? One Call Away. Iya, gue cuma one call away-nya Ayin, 'kan? Yang selalu siap ketika Ayin minta tolong dijemput. Yang selalu siap nganter dia kemana-mana. Yang rela nungguin dia di perpus berjam-jam padahal gue nggak terlalu suka perpus. 

Sometimes, someone comes into our life unexpectedly, takes our heart by surprise, and change our life forever.

Itu yang gue rasakan setelah bertemu Ayin. Gue nggak pernah lagi melirik cewek selain Karin sampai sekarang. Gimana mau ngelirik yang lain? Ngejar Karin aja nggak dapat-dapat. 

Rasanya seperti dunia gue cuma berputar pada cewek bermata hazel itu. Kemanapun gue menatap, yang terlihat cuma Karin.

Sekarang cuma satu yang gue pegang. Harapan. Entah gimana akhirnya nanti, gue nggak akan berhenti berharap kalau suatu saat nanti Karin akan balas perasaan gue juga. 

Bunda selalu bilang "Kerja keras nggak akan menghianati hasil," kalau gue cerita tentang Ayin ke Bunda. Dan gue percaya itu. 

Ngomongin Karin, gue jadi kangen kan. Hujan begini kesayangan gue lagi ngapain, ya? 

Gue ambil hape gue lalu gue unlock. Kedua sudut bibir gue tertarik saat melihat foto Karin  yang gue jadikan wallpaper. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang