"Cie, sweet banget sih Jeno." Somi mengintip isi loker Karin. Seperti biasa, selalu ada minuman isotonik dingin di sana. Dan kali ini ditambah sebatang cokelat. "Tiap lo latian pasti dikasih minum gitu," tambah Somi.
Dia iri. Haechannya ngga semanis itu.
Karin meringis pelan. Ngga kebayang gimana ekspresi Somi kalau tau yang selama ini ngasih dia minum itu Guanlin. Bukan Jeno kayak yang dia kira.
"Lo balik sama siapa?" Tanya cewek itu lagi.
"Jeno?" jawab Karin ngga yakin. Cowok itu ngajak pulang bareng tadi. Soalnya Jeno juga ada latihan futsal.
"Lo belum ganti baju. Mau gue tungguin?" Karin menggeleng. "Duluan aja," katanya. Somi mengangguk kemudian berlalu dari locker room lebih dulu.
"Hey," Karin terperanjat saat seseorang menepuk pundaknya. Dia berbalik. Ternyata Guanlin.
"Kaget tau," dumal Karin. Guanlin terkekeh pelan. "Kok kamu ke sini? Emang anak-anak lain udah pulang?" Karin memperhatikan sekitar. Udah sepi, sih. Tapi dia takut aja kalau ada yang liat mereka berdua.
"Uda, nggak usah takut," kata Guanlin yang bikin Karin tenang seketika. Karin mengeluarkan botol pocari sweat dan silverqueen bar dari lokernya. "Makasih ya," katanya sambil senyum.
Guanlin mengangguk. Tangannya terulur menyentuh pipi Karin. "Jerawat siapa, nih?" katanya sambil tertawa pelan.
Karin cemberut lalu menepis tangan Guanlin. Dia udah hampir lupa sama jerawat di pipinya yang annoying banget. Udah di tengah pipi, merah, sakit lagi. Padahal dia jarang banget jerawatan walau mau masuk periode bulanannya sekalipun. Makanya pipinya mulus bak poselen.
"Aku yang kangen kok kamu yang jerawatan, ya?" kata Guanlin. Sementara Karin diam.
Nahan salting.
"Tiap hari ketemu juga. Ngapain kangen."
"Kangen yang kayak gini." Guanlin menarik Karin ke dalam pelukannya.
Sejak mereka ngedate di Bianglala dua minggu lalu, mereka ngga pernah jalan lagi. Paling ya Cuma gini, curi-curi waktu.
Habis pulang latihan eskul. Atau pas istirahat di atap sekolah.
Pun ngga sering.
"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Guanlin tanpa melepas pelukannya.
Karin diam sebentar sebelum menjawab, "Sama Jeno."
Karin dapat merasakan badan Guanlin menegang. Tapi dengan cepat cowok itu dapat mengendalikan diri.
"Dia jemput?" Guanlin menjauhkan wajahnya, tapi tidak melepas pelukan mereka.
Karin menggeleng. "Dia habis latihan futsal," jawabnya.
"Padahal aku mau ngajak kamu pulang bareng," lirih Guanlin.
Karin merapikan rambut Guanlin dengan jari lentiknya. "Kamu 'kan harus jemput Rachel," katanya yang membuat hati Guanlin tertohok. Hari ini Rabu, dan Ayin tau jadwalnya harus jemput Rachel di tempat lesnya.
"Dah, ganteng," kata Karin sambil mengakhiri kegiatannya.
Ekspresi Guanlin sulit dijelaskan. Dia seneng mau ketemu Rachel, tapi dia juga sedih mau ninggalin Ayin.
"Senyum, dong." Karin menarik kedua sudut bibir Guanlin membentuk senyum ringan.
Guanlin melirik jam tangannya. Udah hampir waktunya jemput Rachel. "Kamu hati-hati ya pulangnya. Suruh Jeno jangan ngebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]
JugendliteraturMencintai dan Dicintai adalah manusiawi. Tapi apa yang terjadi jika kalian dicintai sekaligus mencintai dua orang yang berbeda dalam waktu yang sama? Sama seperti Karin yang diharuskan memilih antara Jeno, laki-laki yang secara terang-terangan menga...