P A I N F U L : 40

1.8K 445 82
                                    

siders buang jauh-jauh

be a good readers, please



"Mas, kok ngelamun?"

"Huh?" Jeno tersentak saat seseorang menyentuh lengannya. Dia menatap Bunda, Ayah dan Lami yang ternyata tengah kompak menatapnya.

"Ngelamunin apa sih pagi-pagi gini, sampe nasi gorengnya cuma diaduk-aduk," kata Bunda merujuk pada piring nasi goreng Jeno yang masih utuh. Sama sekali belum satu suap pun masuk ke mulut Jeno.

"Nggak ngelamun kok, Bun," kilah Jeno. Setelahnya dia menyuap nasi goreng buatan Bundanya. Dia harus segera menghabiskan sarapannya dan bergegas ke rumah Karin.

Karin.

Gadis yang membuat Jeno tidak bisa tidur semalaman. Gadis yang membuat Jeno takut memejamkan matanya. Takut kalau nanti dia bangun, kenyataan pahit menghantamnya. Jeno takut kalau yang kemarin itu cuma mimpi.

Ingatan Jeno kembali pada sore dua hari yang lalu di Rumah Sakit. Jeno berpikir bahwa dia dia masih bermimpi. Karena yang Karin katakan dua hari yang lalu hanya akan terwujud dalam mimpinya.

Jeno tidak pernah menyangka dia akan mendapat kesempatan itu.

Walau dia tahu yang Karin katakan bukan dari hatinya.

Kadang seseorang perlu berbohong untuk membuat orang lain senang.

Dan Jeno memang sesenang itu walau tahu yang Karin katakan tidak 100% benar.

Hari ini adalah hari pertama dia bertemu dengan Karin setelah status mereka berubah.

Karin's officially being his girlfriend.

Saat mendengar Karin sakit kemarin, Jeno sudah berniat menjenguknya sepulang sekolah. Bahkan dia sudah menghentikan motornya di depan  rumah Karin.

Tapi entah kenapa, kakinya begitu sulit digerakkan. Jeno tidak mampu melangkahkan kakinya masuk. Tangannya tidak mampu mengetuk pintu yang sudah berada di hadapannya.

Alhasil, dia pulang dengan tangan hampa.

Sehampa perasaannya saat Karin bilang mau jadi pacarnya.

Jeno masih menerka mengapa perasaannya terasa kosong walau tidak dipungkiri jantungnya berdetak sangat cepat waktu itu.

kriet

Suara gerbang terbuka membuat Jeno reflek menegakkan badannya.

Untung dia datang lima menit lebih awal. Jadi dia masih punya waktu untuk mengatur detak jantungnya lebih dulu.

Untuk beberapa saat, Jeno merasa takut dia salah rumah. "Ini gue beneran berhenti di rumah Karin, 'kan?" pikirnya.

Karena gadis yang sedang berjalan kearahnya itu tampak berbeda. Bukan gadis berambut panjang kecoklatan yang Jeno kenal.

Dan sialnya, jantung yang lima menit lalu coba dia tenangkan, kembali berdetak dengan sangat cepat saat sosok itu mengulas senyum untuknya.

"H-hai, maaf ya lo nunggu lama." Suara yang sangat familiar itu berhasil meyakinkan Jeno bahwa gadis yang berdiri di depannya adalah  orang yang sama dengan yang selalu membuatnya sulit tidur. Yang selalu berhasil membuatnya tidak sabar menunggu hari esok hanya untuk bertemu dengannya lagi.

"H-hai?" sapa Jeno canggung. "Gue juga baru sampe, kok," bohongnya. Jenomenggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Sial! Kenapa gue jadi begini, sih! Ini lagi jantung nggak bisa selow dikit apa?!" dumalnya dalam hati. Dia takut Karin bisa mendengar detak jantungnya yang menggila dari jarak sedekat ini.

P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang