P A I N F U L : 41

1.8K 366 62
                                    

Sometimes,
Hate doesn't mean Hate
Love doesn't mean Love
Sometimes,
Hate means Love
And Love means
Good Bye

P a i n f u l

Guanlin

"Lo nggak tidur semalem Lin? Gila mata lo udah kayak mata panda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo nggak tidur semalem Lin? Gila mata lo udah kayak mata panda." Gue tidak menanggapi ucapan Hyunjin barusan. Rasanya gue nggak punya banyak tenaga hari ini.

Semalam gue nggak tidur. Nggak bisa tidur lebih tepatnya.

Semakin gue memejamkan mata, semakin kepala gue muter-muter rasanya.

"Kantin lah. Nggak makan satu jam lagi bisa mati lo." Akhirnya gue mengikuti Hyunjin ke kantin. Walau sebenarnya gue nggak selera makan sama sekali.

Kantin sangat ramai saat kita berdua sampai. Paling malas kalau ramai begini sih.

"Lo cari tempat duduk aja. Gue yang pesen."

Gue langsung berjalan ke area tengah untuk cari tempat duduk setelah mengatakan pesanan gue tadi ke Hyunjin.

Gila kantin rame banget. Mau jalan aja susah.

"Misi permisi permisi." Gue reflek mundur saat salah satu ibu kantin lewat membawa nampan yang isinya penuh.

Gue sih nggak jadi ketabrak, malah jadi nabrak orang di belakang gue. Lumayan keras kayaknya sampai gue merasa orang itu terpental.

Gue reflek berbalik untuk mengucapkan maaf. "Sorry," kata gue.

Dan ya, seperti yang kalian tahu, yang gue tabrak adalah Karin.

Gue berharap waktu berhenti saat itu juga.

Karin. Dia kelihatan berbeda. Kalau ditanya tipe ideal gue seperti apa, pasti yang pertama gue jawab adalah 'cewek dengan rambut panjang sepunggung.'

Tapi sepertinya kali ini jawaban gue akan berubah. Gue nggak pernah tahu kalau cewek berambut pendek di atas bahu akan kelihatan secantik ini.

She looks cute with those hair and glasses.

"Iya nggak papa," katanya sambil memegangi lengannya yang tadi nabrak gue.

Dia menatap gue sekilas.

Ada satu hal yang gue sadari tapi gue selalu menyangkalnya. Tatapan Karin. Dibalik tatapan lembutnya gue tau dia menyimpan luka.

Luka yang disebabkan oleh gue.

Gue nggak tahu hatinya terbuat dari apa. Sampai akhirpun dia nggak pernah protes. Karin nggak pernah protes atau menuntut gue untuk selalu ada buat dia.

Bahkan sampai gue masuk ke ruang inap Rachel waktu itu.

Kadang gue berharap Karin akan menahan gue. Gue mau sekali aja Karin minta gue untuk tetap bersamanya. Biar gue nggak terus-terusan plin plan. Biar gue nggak terus-terusan jadi brengsek.

P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang