P A I N F U L : 12

2.1K 387 39
                                    





"Pagi, cantik," sapa Jeno saat Karin membuka gerbang rumahnya.

Cowok itu tersenyum lebar. Setelah berhasil memaksa Karin agar mau dia jemput pagi ini.

Biasanya Karin berangkat sama Bang Jihoon. Atau diantar Mama. Atau nge-grab kalau terpaksa.

Nggak jarang Jeno ngajak dia berangka bareng. Dan nggak jarang juga Karin tolak.

Dia nggak enak. Udah nyakitin Jeno, terus manfaatin juga.

Dia sadar dia udah jadi orang jahat.

"Besok gue berangkat sendiri aja," kata Karin.

"Kenapa sih, nggak mau banget berangkat bareng gue?" tanya Jeno dengan nada kecewa.

Karin gelagapan. "Bukan gitu, kasian aja lo jadi muter jauh," kilahnya.

"Buat lo mah gue rela, Yin." Jeno menatap Karin dalam.

Dan kali ini rasanya Karin jadi salting.

"Eung--itu dasi lo, nggak bisa pake yang bener?" Karin melihat dasi Jeno dipasang asal.

Tangannya terulur melepas ikatannya lalu dia ikat ulang.

Kebiasaan. Jeno emang nggak bisa ngikat dasi dengan benar.

Jeno menatap wajah Karin yang tepat berada di depannya.

Dia menarik kedua sudut bibirnya.

Karin makin cantik dilihat dari jarak sedekat ini.

Jeno berharap Karin tidak mendengar detak jantungnya yang menggila saat ini.

"Yin," pantaunya.

Yang Karin jawab dengan deheman pelan.

"Jadi pacar gue, yuk!" Ucapan Jeno barusan otomatis membuat gerakan tangan Karin terhenti.

Sudah satu bulan terakhir sejak dia mendengar kalimat itu lagi.

Karin membuang pandangannya ke segala arah.

Mencoba untuk tidak menatap mata Jeno yang tengah menatapnya saat ini.

"Loh, kalian belum berangkat?" mereka sontak menoleh.

Dan dalam hati Karin berterima kasih pada Bang Jihoon yang sudah menyelamatkannya dari pertanyaan Jeno tadi. 

"I-ini mau berangkat, bang." Karin menyambar helm cadangan Jeno lalu memakainya.

Jeno tersenyum samar. Lalu dia memakai helmnya dan menstater motor besarnya.

"Pegangan jangan?" goda Jeno.

Karin memutar bola matanya malas. Lalu dia menggamit ujung jaket yang dipakai Jeno.

"Mode ngebut, nih," katanya lagi.

"Buruan deh, Jen. Gue turun nih!" ancam Karin. Jeno tertawa pelan sebelum menarik gas motornya dalam-dalam.

Membuat Karin reflek melingkarkan kedua lengannya di pinggang Jeno.

"JENO SIALAN!" umpat Karin yang membuat Jeno tertawa semakin lebar dibalik helm fullface nya.

.

.

.

"Ayin." Jeno menyenggol lengan Karin pelan. Tapi cewek itu nggak menoleh sama sekali.

"Yin," pantaunya lagi.

"Apaan sih!" jawab Karin jutek.

Somi yang merasa dirinya nggak mau ikut campur urusan rumah tangga bapak Jeno dan Ibu Ayin itu mundur teratur.

P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang