(masih) siders tolong jauh-jauh
Guanlin berjalan memasuki kamarnya dengan langkah lesu. Menaruh asal tasnya di sofa, melepas bomber hitam yang dipakainya, yang kemudian bernasib sama dengan tasnya. Teronggok tidak berdaya.
Dia merebahkan diri di kasur empuk bersprei tokoh kartun Cars favoritnya. Tangannya terangkat memijat pelipisnya pelan. Rasa laparnya sudah tidak lagi dirasa. Dia pulang dan sendirian di rumah sebesar ini. Tidak ada sambutan hangat seorang ibu yang menyuruh anak laki-lakinya makan malam setelah pulang bermain.
Guanlin jadi merindukan masa saat dia kecil. Mamanya benar-benar memberinya semua. Kasih sayang, perhatian. Dan itu berubah saat dirinya menginjak masa sekolah menengah. Papa menganggapnya sudah besar dan melarang Mama memanjakannya. Katanya Guanlin harus belajar mandiri, karena dia laki-laki yang nantinya akan diberi tanggung jawab besar dari Sang Ayah.
Guanlin menghela nafas pelan. Jadi dewasa itu tidak enak. Kadang dia berpikir, bahkan orang dewasa saja membutuhkan kasih sayang dan perhatian, kenapa dia yang masih remaja tidak boleh mendapatkan itu?
Akhir-akhir ini hidupnya semakin rumit. Pikirannya terbagi. Terlebih Rachel. Setelah melihat bekas sayatan di pergelangan tangan dan menemukan rokok di balkon kamar cewek itu, Guanlin jadi semakin khawatir. Dia takut kalau Rachel melakukan hal bahaya yang tidak dia duga.
"Aku kira aku yang paling kenal kamu, Chel." Guanlin bergumam sambil menatap figura foto Rachel di atas meja belajarnya. "Aku bakal merasa bersalah banget kalau sampai kamu kenapa-napa." Guanlin takut kalau yang dia kenal bukan Rachel yang sebenarnya. Melainkan hanya image cewek itu yang dia gunakan sebagai topeng. Termasuk di depan Guanlin.
Guanlin meraih pigura putih tersebut. Kemudian dia tarik sesuatu dari belakang foto itu. Foto Karin yang dia ambil dari dompet cewek itu. Dia simpan dibalik foto Rachel.
Dia pandangi senyum Karin lamat-lamat. Manis. Dia jadi ingat pertama kali melihat Karin dulu.
Hari itu di pensi sekolah, Guanlin me-notice keberadaan Karin diantara kumpulan anak padus yang tampil sebagai pengisi acara. Karin berdiri di baris kedua bagian tengah. Mudah sekali menemukan keberadaannya.
Guanlin semakin terpukau saat mendengar suara merdu Karin bernyanyi seorang diri.
Saat itu, dia merasa bahwa love at the first sight itu nyata.
Kedua kalinya, dia benar-benar bertatap muka dengan Karin sore hari setelah latihan basket. Dia melihat seorang gadis yang masih mengenakan seragam cheers sekolah berjalan di lorong sekolah. Seorang diri dan jalannya pincang.
Guanlin sama sekali tidak menyangka bahwa itu Karin. Dan akhirnya sore itu berakhir dengan Guanlin mengantar Karin pulang untuk pertama kali. Kaki Karin keseleo saat latihan cheers.
Sore itu juga, untuk pertama kali Guanlin berbicara dengan Karin secara langsung.
Dan seperti kebanyakan kisah romansa lainnya, mereka mulai dekat. Terlalu dekat sampai hubungan tidak sehat itu dimulai. Semuanya mengalir begitu saja.
'If you love two person at same times, choose the second. Because if you love the first one, you wouldn't have fallen for the second.'
Guanlin ingat salah satu quotes itu. Katanya dia harus memilih yang kedua, karena kalau dia mencintai yang pertama, dia tidak akan mencintai yang ke dua.
Jadi, sebenarnya Guanlin cinta Rachel atau tidak?
Guanlin mulai bimbang. Dia mengingat pertanyaan Karin sore tadi. Dia melihat gurat kecewa di wajah Karin saat dirinya tidak bisa menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]
Novela JuvenilMencintai dan Dicintai adalah manusiawi. Tapi apa yang terjadi jika kalian dicintai sekaligus mencintai dua orang yang berbeda dalam waktu yang sama? Sama seperti Karin yang diharuskan memilih antara Jeno, laki-laki yang secara terang-terangan menga...