P A I N F U L : 27

1.7K 396 72
                                    

be a good readers, please 










Guanlin

Gue tau, gue adalah sebego-begonya orang, yang udah menyakiti dua  cewek sekaligus. Yang sebenarnya mereka nggak tau apa-apa. Mau ngatain gue sok ganteng? Sayangnya gue emang ganteng. 

Hhhh! Akhirnya setelah berpikir panjang, gue memutuskan untuk memilih Karin. Kenapa? Karena gue sadar, kalau gue beneran cinta Rachel, seharusnya gue nggak pernah melirik Karin. 

Karin, cewek itu selalu ada saat gue bahkan nggak bisa selalu ada untuk dia. Saat gue bahkan nggak bisa kasih kejelasan untuk dia. Karin, dia tetap di tempatnya dan menyambut gue dengan tangan terbuka saat gue butuh dia.

Gue tau pasti sakit banget rasanya.

Karin juga satu-satunya cewek yang mau-maunya mencetin jerawat gue dan bersihin muka berminyak gue tanpa jijik sama sekali. Rachel emang ngerawat gue, sih. Kadang suka maskeran bareng. Tapi mungkin karena tumbuh sebagai tuan putri, Rachel hidup dengan rapi. Dia selalu melarang gue meluk dia kalau habis basket. Katanya keringetan, banyak kuman.

Sedangkan Karin malah sering ngerapihin rambut gue yang lepek kena keringat.

Rachel juga nggak pernah break the rules. Hidupnya seperti sudah tertata sedemikian rupa. Dia hanya perlu melakukannya dengan baik. Ibaratnya, dari kecil dia selalu berjalan di jalan berbunga. Itu yang gue tau.

Sementara yang gue lihat, Karin lebih bebas dan mandiri.

Mereka sangat bertolak belakang. Gue sendiri bingung, Karin sama sekali tidak seperti Rachel. Begitupun Rachel. Gue nggak pernah mencari Rachel di diri Karin, ataupun sebaliknya. Dengan sangat sadar, gue tau mereka dua orang yang berbeda. Tapi kenapa gue bisa menghianati Rachel dan malah jatuh cinta pada Karin?

Dan pertanyaan itu terjawab seiring bersamanya gue sama Karin.

 Gue jenuh. Pacaran sama Rachel rasanya flat, nggak ada tantangannya. Walaupun gue sayang banget sama dia. Dan itu salah satu alasan kenapa gue nggak ninggalin dia sampai sekarang.

I love her.

Sialnya, i love Karin too.

Kalau sama Karin, rasanya gue yang disayang. Karin manja, tapi lebih dewasa. Dia lebih pengertian daripada gue. Mungkin karena kalau sama Rachel seringnya gue yang manjain, jadi kalau sama Karin, gue yang manja.

Gue juga butuh dimanja, butuh diperhatikan. Dan semuanya gue dapat pas sama Karin.

Karin's deserve to be happy. Karin punya Jeno, yang gue tau perjuangannya mati-matian dapetin Karin. Tapi gue memilih menjadi egois yang nggak mau melepas cewek itu begitu saja.

Toh Karin nggak cinta Jeno. Dia cintanya sama gue.

Gue yakin banget. Sebelumnya. Sebelum hari itu Karin tanya, gue pilih dia atau Rachel?

What the hell! Gue sama sekali nggak pernah mikirin jawaban dari pertanyaan itu.

I hurt her again. Sampai rasanya gue takut kalau nanti Karin ninggalin gue gimana? Kalau nanti Jeno berhasil bikin Karin luluh? Karena kadang rasa sakit tanpa sadar membuat orang tersebut menjauh. Gue nggak rela. Gue nggak mau.

Iya, gue memang sejahat itu.

"Lin," Gue tersadar dari lamunan gue, saat Karin menepuk bahu gue pelan.

"Kamu ngelamun?" Kayaknya tanpa sadar gue liatin Karin sampai ngelamun.

Gue menggeleng pelan. "Liatin kamu. Cantik banget sih." Bisa gue lihat semburat di merah di pipi Karin.

P A I N F U L ✘ [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang