0 %

13.5K 1.1K 47
                                    

"REVISI KEMBALI!"

Dan kertas-kertas itu terbuang kembali tepat di depan wajah karyawannya. Iqbaal kembali menatap kembali komputernya dengan kacamata putihnya.

"Kamu direkrut ke perusahaan ini bukan untuk dilempar-lempar, 'kan?" ucap Iqbaal dengan suaranya terdengar berat.

Karyawan laki-laki itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, "iya, Pak."

Iqbaal kembali menatap karyawan laki-laki itu dengan tajam, "ya, terus itu kenapa jumlahnya pada salah? Kamu lupa cara menghitung atau kamu sebenarnya menyogok saat masuk sekolah?" sindiran Iqbaal kali ini lebih frontal.

Karyawan laki-laki itu semakin menundukkan kepalanya, ia tidak berani untuk menjawab. Iqbaal menyandarkan tubuh tegapnya di sandaran kursi kebesarannya.

"Kamu hari ini harus revisi semuanya, jangan pulang sebelum itu sampai ke meja saya. Ngerti?"

"Baik, Pak."

"Udah, sana keluar!" usir Iqbaal.

Karyawan laki-laki itu pun keluar dari ruangan Iqbaal dengan sopan. Iqbaal hanya menggelengkan kepalanya sembari fokus kembali ke komputernya.

**

"Gue mau resign aja deh dari perusahaan ini. Sumpah, gue udah nggak tahan lagi." Karyawan laki-laki itu tampak lelah dengan cobaan yang sekarang dialaminya.

Reni yang ada di kubikel sebelah Aldo – Karyawan laki-laki itu- menepuk bahu Aldo dengan lembut. "Lo bahkan belum satu tahun di sini, Do," balas Reni dengan nada prihatinnya.

Aldo menegakkan kepalanya dengan rambutnya berantakan, ia menyipitkan kedua matanya menatap gadis cantik yang tengah meminum kopi itu. "Woi! (Namakamu)! Jangan pura-pura nggak tau lo! Urus tuh suami lo! Bikin gedeg aja dari tadi. Kalau kalian punya masalah di rumah, jangan bawa ke kantor bisa, 'kan?" omel Aldo dengan penuh semangat.

(Namakamu) meletakkan gelas kopinya ke meja kerjanya, ia menatap tajam Aldo. " Gue siram larva gunung merapi, hangus dah lo! He is on period," balas (Namakamu) dengan sengit.

Aldo memutar kedua bola matanya dengan malas, Reni terbahak-bahak.

"Kualat lo bilangin suami sendiri," sahut Reni dengan tawanya yang terdengar lucu.

(Namakamu) hanya meminum kembali kopinya sembari memeriksa e-mail yang masuk untuk tugas tambahannya yang diberi 'Bos yang Maha Kuasa.' Di dalam perusahaan ini apalagi divis-nya yang selalu sedia terhubung oleh 'Bos yang Maha Kuasa' itu selalu memberi tugasnya melalui e-mail, kenapa? Mereka tidak tahu, yang mereka tahu adalah setiap tahun baru mereka mendapatkan bonus.

Baru saja, (Namakamu) meletakkan gelas kopinya di atas meja kerjanya, suara telepon khusus mejanya memekik. (Namakamu) mengangkat ganggang telepon itu dengan mood paginya.

"Halo, ini (Namakamu) Livandra divisi C." (Namakamu) menjawabnya sembari mengeluarkan makanan kecil dari laci-lacinya.

"Masuk ke dalam ruangan gue," sahut orang di ujung sana.

(Namakamu) dengan santainya merapikan camilan-camilannya di atas meja kerjanya. "Iya, sebentar ya, Pak."

"Gue maunya sekarang!"

"Saya maunya nanti."

"Gue di sini bos, jadi lo harus nurut sama gue."

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas. "Bodo amat, Pak."

"Mama mau nginap di rumah."

(Namakamu) membolakan kedua matanya, ia menutup telepon itu dengan keras sehingga membuat teman sekerjanya bertanya, (Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia pun sedikit berlari ke arah ruangan Iqbaal.

Tanpa ketuk maupun salam, ia membuka pintu ruangan Iqbaal. Iqbaal terlihat mondar-mandir di ruangan kerjanya. (Namakamu) menutup pintu ruangan kerja Iqbaal dengan napasnya yang terburu-buru.

"Terus, kita harus tidur sama?" tanya (Namakamu) tidak terima.

Iqbaal memberhentikan dari aksi mondar-mandirnya, " gue juga malas kali kalau tidur sama lo, tapi mau gimana lagi?" balas Iqbaal dengan menggigit kukunya.

(Namakamu) berdecak kesal," ada urusan apa, sih? Perasaan datang mulu,"omel (Namakamu).

Iqbaal menatap (Namakamu) dengan tidak suka, " terserah nyokap gue lah," balas Iqbaal tidak terima.

"Nyokap lo ya mertua gue. Selo aja kali, nggak perlu sensi banget," gerutu (Namakamu).

Iqbaal kembali berdecak, "ya udah, kita tetap satu kamar tapi lo tidur di lantai."

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, " oke, gue tidur di lantai. Kemudian paginya gue aduin ke Mama tentang tingkah laku putra tertuanya tega membuat perempuan tidur di lantai. Sip?"

"Pengadu!"

"Nama juga cewek."

Iqbaal bersedekap dada menatap (Namakamu), " gue punya kasur cadangan, lo tidur di sana."

"Gue maunya lo yang tidur di sana atau gue resign! Bye!" Dan (Namakamu) pergi meninggalkan Iqbaal yang memanggil namanya dengan kesal.

(Namakamu) tersenyum manis keluar dari ruangan Iqbaal, kali ini dia menang.

"(Namakamu) baru dapat jatah nih, senang banget mukanya."

"Iya, berapa ronde, (Namakamu)?"

Seketika senyum itu hilang sendirinya.

**

Bersambung

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang