9%

6.7K 890 41
                                    

Tanpa perlu acara pernikahan melebihi raja Dubai, akhirnya Iqbaal dan (Namakamu) menjadi sepasang suami- istri yang terlihat serasi. Disuruh berdiri, mereka berdiri, disuruh senyum, mereka tersenyum, disuruh ciuman, (Namakamu) menendang penghulung.

Tapi, itu semua tidaklah menjadi masalah yang besar bagi kedua orang tuanya.Mereka terlampau bahagia saat anak-anak mereka bersatu dalam menjalani rumah tangga.

Kini tanpa terasa, pernikahan itu sudah berjalan 2 Minggu. Belum ada keluhan dari kedua pihak mengenai kekerasan rumah tangga, yang dikhawatirkan di sini adalah (Namakamu) yang melakukan kekerasan rumah tangga itu. Tapi, Tuhan sepertinya lebih memberkati pernikahan kedua pasangan ini dengan senyuman dan tanpa ada embel-embel kekerasan rumah tangga.

"Aduh... anak Mama udah pulang. Selamat datang, Sayang," sambut Mama Iqbaal dengan girangnya.

(Namakamu) yang baru membuka pintu rumahnya itu pun tersenyum terpaksa, ia hanya berjalan ke arah mertuanya untuk menyalim. "Lama nunggu, Ma?" tanya (Namakamu) dengan sopan.

Mama Iqbaal pun menggelengkan kepalanya dengan senyuman manisnya, "nggak kok, Sayang. Baru 3 jam Mama menunggu."

(Namakamu) pun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sindiran halus dari sang perempuan untuk perempuan, jadi pengin makan.

"Oh iya, suami kamu mana? Kalian pulang sama-sama, kan?" tanya Mama Iqbaal yang menarik (Namakamu) untuk duduk di sampingnya. (Namakamu) pun mengikutinya dengan canggung, karena belum terbiasa.

"Sama kok, Ma. Dia lagi masukin mobilnya ke garasi, Ma," balas (Namakamu) dengan ramah.

Mama Iqbaal menganggukkan kepalanya. Tak perlu waktu yang lama, Iqbaal datang dengan jas yang ia bawa-bawa di tangannya. Iqbaal melihat Mamanya telah duduk di ruang tamu mereka. Iqbaal tersenyum singkat, ia berjalan untuk menyalim Mamanya.

"Udah bikin anak, Bang?"

(Namakamu) mematung, Iqbaal berhenti dari langkah kakinya.

Mama Iqbaal melihat kedua anaknya ini tidak meresponnya, "kok diam?" tanya Mama Iqbaal dengan heran.

Iqbaal menatap Mamanya dengan kernyitan di dahinya,"Ma, itu urusan pribadi Iqbaal. Kenapa harus ditanya-tanya, sih?" protes Iqbaal yang mengurungkan niatnya untuk menyalim Mamanya. Ia mengambil posisi di sofa tunggal.

Mama Iqbaal menatap (Namakamu) yang diam, "Mama salah ya, (Namakamu)?" tanya Mama Iqbaal kepada (Namakamu) mencari pembelaan dari menantunya.

"Iya, Ma," jawab (Namakamu) dengan cengiran kecilnya.

Mama Iqbaal pun tersenyum menanggapi jawaban jujur dari menantunya. "Ya, sih memang Mama salah. Ya udah, kalian bersih-bersih dulu nanti kita makan malam bersama. Mama bawa makanan untuk kalian," ucap Mama Iqbaal dengan lembut.

"Butuh—"

"Ah.. sudah, tidak perlu, Sayang. Mama nggak perlu dibantu," sela Mama Iqbaal dengan senyumannya.

(Namakamu) sebenarnya mau bilang, 'butuh beli gas untuk manasin makanannya.' Tetapi sudah disela mertuanya. (Namakamu) pun hanya diam.

Iqbaal hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Mamanya, lalu ia berdiri dari duduknya. Iqbaal akan ke kamar tidur untuk istirahat sebentar sebelum makan malam.

"Ma, Iqbaal mau ke kamar dulu,ya." Iqbaal meminta izin dengan rambutnya yang ia berantaki dengan pelan.

Mamanya hanya mengibaskan tangan seakan mengusir, Iqbaal hanya bisa menghembuskan napasnya dengan lelah melihat Mamanya kemudian dia pun pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang