"Sal, lo mau ke mana?"
Salsha mulai mengancing tasnya, lalu ia sandangkan ke bahunya, ia melihat Alwan yang baru saja keluar dari kamarnya itu memandangnya bingung. "Gue mau ke aparatemen Iqbaal, gue mau ketemu Mama Iqbaal," ucap Salsha dengan cepat, ia pun beranjak berjalan ke arah pintu utama rumahnya itu.
Alwan yang melihat Salsha pergi tanpa pengawasan darinya pun segera berlari ke arah Salsha, "gue ikut," sahut Alwan yang dengan cepat mengambil kunci mobil Salsha dari tangan Salsha. Salsha yang terkejut karena tiba-tiba Alwan mengambil kuncinya, ia melihat Alwan sudah berjalan di depannya.
"Gue nggak mungkin biarin lo pergi sendiri, nanti gue kena marah sama orang tua lo."
Salsha hanya tersenyum mendengar ucapan Alwan itu, ia pun mengikuti langkah kaki Alwan menuju mobil.
**
Mama Iqbaal melihat kedua anaknya, Iqbaal dan (Namakamu) yang duduk di bersebrangan dengannya. Ia melihat kedua anaknya itu menatapnya dengan sedih, walau si Iqbaal tidak terlalu menampakkannya. "Kalian harus merencanakan bulan madu untuk itu," ucap Mama Iqbaal dengan suara lembutnya.
Mami (Namakamu) menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Mama Iqbaal. (Namakamu) yang mendengar kata bulan madu membuatnya meremas kedua tangannya, "kenapa harus bulan madu, Ma? Memang di sini nggak bisa?" tanya (Namakamu) dengan gelisah.
Mama Iqbaal tersenyum kepada (Namakamu), "bisa, Nak. Cuma Mama lihat dari awal kalian menikah hingga sekarang, kalian belum ada merencanakan bulan madu kalian. Mama lihat juga dari hari ke hari selalu sibuk dengan pekerjaan, Mama kasihan juga dengan anak-anak Mama ini yang belum pernah liburan. Betulkan, Mi?" jawab Mama Iqbaal dengan lembutnya.
Mami (Namakamu) menganggukkan kepalanya, "betul kata Mama, (Namakamu). Kalian butuh refreshing juga, kalau nanti di sini kalian buat anak – yang ada waktu lagi buat anak, kalian malah bahas pekerjaan. Jadi, kurang menikmati momen-momen itu," lanjut Mami (Namakamu) dengan penjelasan yang sangat jelas.
Iqbaal yang mendengar itu pun hanya menundukkan kepalanya menatap meja sedangkan (Namakamu) merasa kurang nyaman dengan pembahasan ini.
"Kami diskusikan dulu tentang itu, Mama sama Mami nggak perlu pikirin lagi tentang ini. Biar nanti Iqbaal sama (Namakamu) yang ngurusnya," sahut Iqbaal dengan pelan.
Mama Iqbaal tersenyum dengan manisnya, begitupun dengan Mami (Namakamu) yang sudah menggoyang-goyangkan kakinya karena terlampau bahagia. Tak lama setelah pembicaraan itu tengah berlangsung, terdengar suara ketukan dari luar membuat mereka serentak menghentikan pembicaraan mengenai anak.
TOK
TOK
TOK
(Namakamu) menatap Iqbaal,"lo datangi tamu tanpa—"
Seketika Iqbaal menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gue bahkan nggak tahu siapa di luar. Gue nggak ada bikin janji," sela Iqbaal dengan cepat namun seperti berbisik.
(Namakamu) hanya melirik Iqbaal dengan sengit, Iqbaal pun hanya berdecak kecil saat (Namakamu) mulai menatapnya tidak suka.
"Lho? Kok diam aja, sih? Itu bukain, ada tamu kok malah diam," tegur Mami (Namakamu). Iqbaal menghembuskan napasnya dengan pelan kemudian berdiri untuk membuka pintu utamanya.
(Namakamu) hanya menatap punggung Iqbaal dengan malas sembari bersedekap dada.
Tak butuh waktu yang lama, Iqbaal membuka pintu apartemennya. Ia terkejut melihat Salsha dan Alwan lah yang menjadi perdebatan singkatnya dengan (Namakamu) tadi adalah seorang tamu tanpa diundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Little Family
FanfictionCover by : @-Ventum "Gue punya teka-teki buat lo." Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Apa?" "Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersenyum manis, "karna lo bego!" "Lo yang bego! Malah ngatain gue. "