Iqbaal menatap punggung mungil (Namakamu) yang memasuki apartemen itu dengan riangan kecilnya. Iqbaalh bahkan melihat (Namakamu) melompat kecil untuk menggambarkan kebahagiannya pada hari Minggu siang ini.
Iqbaal memasuki apartemen itu dengan tatapannya masih mengarah kepada (Namakamu). Iqbaal hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan melihat kebahagiaan (Namakamu), ia beranjak ke kamarnya, ia butuh mendinginkan diri di dalam kamarnya.
(Namakamu) yang tengah membuka kulkas pun melihat Iqbaal yang mulai menaikki tangga itu. "Lo mau gue buatkan jus jeruk?" tanya (Namakamu) dengan sedikit rasa bersalahnya kepada Iqbaal. Ia hanya bermaksud untuk membalas dendam karena telah mengganggu hobinya mendengarkan musik yang bervolume keras.
Iqbaal memberhentikan langkahnya di undakkan tangganya. Ia memutar badannya menghadap (Namakamu) yang mengeluarkan kotak jus itu. (Namakamu) terlihat kasihan juga dengan Iqbaal yang ia kerjai itu. Dia hanya buat teh dengan garam, selebihnya air panas.
Iqbaal kembali turun dari tangga menuju dapur, (Namakamu) yang melihat itu seketika tahu apa maksudnya. Ia pun mengambil gelas dua, menuangkan jus itu dengan baik. Iqbaal melihat (Namakamu) menyimpan kembali kotak jus itu ke dalam kulkas, ia duduk di kursi bar dapurnya.
(Namakamu) menyerahkan gelas itu kepada Iqbaal, Iqbaal menerimanya. "Makasih," ucap Iqbaal dengan suara beratnya.
(Namakamu) tersenyum membalasnya, ia pun meminum jus itu.
Iqbaal pun tersenyum tanpa ia sadari sembari meminum jus itu.
**
"Ayah," panggil Mama Iqbaal dengan lembut.
Suaminya yang menonton bola di dalam kamar tersebut pun mengalihkan pandangannya kepada istrinya yang berada di dalam pelukannya ini, ia mengusap punggung istrinya dengan lembut. "Kenapa, Sayang?" sahut suaminya dengan pelan.
Kayla mengusap piyama tidur Arsen dengan pelan, Arsen melihat istrinya itu dengan usapannya yang tidak ia hentikan. "Aku pengin banget punya cucu dari mereka, Yah. Aku kepengin banget gendong bayi dari mereka, tapi itu pasti susah banget, ya?" curhat Kayla dengan tangannya mulai memainkan kancing piyama Arsen.
Arsen merapikan anak-anak rambut yang menutupi dahi istrinya ini, apapun akan ia lakukan demi kebahagia istrinya, tapi yang satu ini susah untuk dirinya juga. Putra kesayangannya juga membutuhkan sesuatu yang benar-benar siap untuk memiliki seorang anak.
"Sayang, Iqbaal dan (Namakamu) itu menikah karena kita. Mereka nikah bukan karena saling cinta, ya walaupun Ayah doain agar mereka tumbuh rasa cinta, tapi itu butuh proses. Biarkan mereka beradaptasi dengan sekeliling mereka, apapun nanti ke depannya itu adalah yang terbaik untuk mereka. Kita di sini hanya berdoa, menegur jika mereka salah, dan memberi kepercayaan kita kepada mereka. Iqbaal, anak Ayah itu pasti bisa melakukannya dengan baik, dia anak kita yang kita cintai, kan?" bisik Arsen dengan lembut kepada istrinya.
Kayla menganggukkan kepalanya, ia menelusupkan wajahnya di dada bidang Arsen, memeluk suaminya dengan erat, Arsen pun membalas pelukkan istrinya dengan sayang. "Pasti akan ada waktunya, Sayang. Sabar, ya?" bisik suaminya dengan sayang.
"Iya, Yah," balas Kayla dengan pelan. 'Tapi dicoba dulu nggak apa-apa kali, ya? Hehehe... ,'batin Kayla dengan tawanya.
**
Alwan membawa koper Salsha dengan kacamata hitamnya yang terlihat cocok dipakainya, Salsha yang berada di depan Alwan pun terlihat menunggu Alwan datang. "Gue mau ke tempat Iqbaal langsung, gue mau tau—"
"Istirahat dulu, Sal. Lo baru sampai di Indonesia, dan lo butuh istirahat. Gue nggak mau ya diomelin sama orang tua lo kalau lo jatuh sakit," potong Alwan dengan cepat.
Salsha yang mendengar itu hanya menghela napasnya dengan pelan, ia harus mengikuti itu atau dirinya akan ditarik kembali ke London. "Ya udah, kita ke mobil," ucap Salsha dengan pelan.
Alwan menunjuk ke arah mobil mewah yang telah membuka pintu mobil itu, Salsha mengikutinya bersama Alwan di belakangnya.
**
"Pas pulang kerja nanti, kita singgah ke supermarket. Masa bahan-bahan makanan nggak ada lagi," ucap (Namakamu) yang mulai memasang seatbelt-nya.
Iqbaal pun memasang seatbelt-nya, lalu mulai menyalakan mesin mobilnya," iya, ingatin aja nanti," balas Iqbaal yang mulai menjalankan mobilnya.
(Namakamu) pun mulai ber-make up dengan cermin kecil yang selalu ia bawa-bawa, ia mengikat rambutnya dengan sembarangan, lalu mulai mengeluarkan alat-alat make up-nya. Ia tersenyum melihat wajahnya yang menurutnya cantik.
"Ternyata gue cantik juga hahaha...." (Namakamu) memuji dirinya sendiri sembari memulai memakai pelembab paginya.
Iqbaal yang mendengar itu pun menggelengkan kepalanya," jangan sampai jatuhin serbuk-serbuk make up lo di mobil gue, gue malas bersihinnya," ucap Iqbaal memperingati (Namakamu) yang masih mengolesi pelembabnya ke seluruh wajahnya.
(Namakamu) melirik Iqbaal dengan sengit,"bisa nggak sih kalau bukan urusan lo, lo diam aja? Gue merasakan setiap lo buka mulut, penginnya minta dibantai aja. Jadi, sebelum jiwa membunuh gue keluar, lo diam," balas (Namakamu) yang tidak terima dengan ucapan Iqbaal.
Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Ini mobil gue,ya, gue harus angkat bicara dong. Kecuali ini mobil lo, ya itu terserah lo. Mau lo jungkir balik kek, mau lo lompat tali kek, mau lo mondar-mandir dalam mobil kek, ya terserah lo. Tapi ini mobil gue, ya, gue punya aturan sendirilah, emang lo aja yang punya aturan," tentang Iqbaal dengan sekilas melirik (Namakamu).
(Namakamu) sebenarnya ingin sekali menendang pria di sampingnya ini dengan sepatu hak tingginya, tapi itu membuatnya akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. (Namakamu) dengan sedikit keras menutup pelembabnya, memasukinya ke dalam tas kecil khusus make up-nya, lalu cerminnya. "Puas?!" tanya (Namakamu) dengan geram.
Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan pelan, ia memutar stir mobilnya dengan pelan. (Namakamu) bersedekap dada, ia melihat mobil memasuki kawasan lampu lalu lintas. Ia mendengar Iqbaal bersiul pelan.
(Namakamu) terpikir sesuatu, ia tersenyum smrik. Membuka kancing tas kecil make up-nya, ia mengeluarkan salah satu lipstiknya yang berwarna terang. Ia membuka seatbelt-nya dengan cepat. Iqbaal masih bersiul santai menunggu lampu hijau.
(Namakamu) mulai memakai lipstiknya dengan tebal, ia mengolesinya beberapa kali, lalu ia memiringkan tubuhnya menghadap Iqbaal yang masih bersiul,"Baal," panggil (Namakamu) sedikit lembut.
Iqbaal pun akhirnya melihat (Namakamu) namun seketika wajahnya ditarik ke arah (Namakamu), Iqbaal terkejut saat (Namakamu) mencium bibirnya dengan cepat. Iqbaal membolakan kedua matanya saat merasakan bibir lembut itu menciumnya dengan tiba-tiba.
Tanpa disadari oleh Iqbaal dan (Namakamu), seorang tukang sayur keliling yang berada di samping mobil mereka seketika terkejut melihat adegan di dalam mobil mewah itu. Tukang sayur itu menggelengkan kepalanya melihat itu. "Astagfirullahalazim, romantis sekali mereka."
Iqbaal mengerjapkan kedua matanya mematung, (Namakamu) tersenyum manis dengan lipstiknya yang sedikit berantakan. "Ciuman pagi dari cewek cantik," bisik (Namakamu) tepat di depan wajah Iqbaal.
Iqbaal masih merasakan bibirnya dicium tanpa aba-aba, ia terpaku. (Namakamu) tersenyum smrik saat akhirnya ia melihat Iqbaal terlihat memakai lipstiknya.
TIN
TIN
TIN
Klakson mobil di belakang telah protes saat mobil Iqbaal belum juga maju, Iqbaal tersadar seketika, ia pun mulai menjalankan mobilnya dengan menelan salivahnya. (Namakamu) menyandarkan kepalanya di salah satu tangannya yang berada di dekat jendela mobil itu.
Iqbaal melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, udara di sekitar mobilnya mulai panas padahal mesin pendingin masih menyala. Ia membasahi bibir bawahnya, ia merasakan tubuhnya panas.
(Namakamu) hanya tersenyum dengan senangnya karna pembalasan dendamnya.
**
Bersambung
P.S : HARI INI LANJUT. VOTE MINIMAL 100, DAN KOMENTAR 20 LEBIH . SIP!
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Little Family
FanfictionCover by : @-Ventum "Gue punya teka-teki buat lo." Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Apa?" "Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersenyum manis, "karna lo bego!" "Lo yang bego! Malah ngatain gue. "