25%

8K 1K 157
                                    

(Namakamu) mengusap pipinya yang kebas akibat tamparan Salsha yang sangat kuat itu, ia merasakan sakit saat ia menggerakkan bibirnya ke sisi lain, (Namakamu) menatap kesal ke arah pantai yang sepi itu, lalu melirik ke arah kamar mandi wanita itu, Salsha belum keluar dari sana, tetapi jika dia keluar maka tak segan-segan ia menampar wajah itu bolak-balik.

(Namakamu) kembali berjalan dengan sedikit pincang, ia mengusap pipinya yang sangat kebas itu. Ia akan kembali ke penginapannya, tetapi langkah kakinya terhenti saat melihat Alwan keluar dari kamar mandi pria itu dengan rambut basahnya yang terlihat acak-acakkan, celana kain pantainya yang pendek, dan kemeja pantainya yang berwarna biru langit. Alwan melihat (Namakamu) juga menatapnya.

(Namakamu) memberikan senyuman menyapanya kepada Alwan, Alwan tidak membalasnya, ia sedang marah pada (Namakamu) saat ia melihat senyuman itu, ia mengingat kejadian di dalam air itu. Ia juga tersenyum kepada Iqbaal.

Alwan mengalihkan tatapannya ke arah lain, ia memasukkan kedua tangannya yang kekar itu ke dalam saku celana pantainya, ia tengah menahan amarah.

"Alwan," panggil (Namakamu) dengan sedikit kuat.

Alwan pun mulai berjalan meninggalkan (Namakamu), ia sedang tidak ingin berurusan dengan perempuan itu.

(Namakamu) mengernyitkan dahinya saat melihat Alwan pergi begitu saja tanpa menyahut panggilannya, apa mungkin dia tidak dengar?

(Namakamu) mencoba mengejar Alwan dengan sebisa yang bisa ia tahan rasa sakit itu. "Alwan!" panggil (Namakamu) kembali.

Alwan kembali menulikan pendengarannya, ia tidak ingin bertemu dengan (Namakamu).

"WOI, WAN!" teriak (Namakamu) dengan keras. Alwan tetap tidak mau mendengarkannya. Ia terus berjalan pergi menjauh dari (Namakamu).

(Namakamu) pun sudah tidak sanggup lagi mengejar Alwan, ia menyerah karena rasa sakitnya kembali kambuh. (Namakamu) menatap punggung tegap itu dengan heran, ada apa dengan Alwan?

"ALWAN, LO KENAPA?!" teriak (Namakamu) dari kejauhan dan reaksi Alwan hanya pergi semakin menjauh darinya.

(Namakamu) menghela napasnya dengan pelan saat punggung tegap itu semakin jauh. "Gue sedih tau kalau lo gini, Wan," gumam (Namakamu) dengan sedihnya.

**

Salsha melihat Alwan yang baru akan memasuki kamarnya, Salsha dengan segera menghampiri Alwan dengan kedua airmatanya yang mengalir, ia menarik salah satu lengan Alwan dengan cepat, Alwan yang tersentak saat ditarik itu pun seketika menatap ke arah orang yang menarik tangannya.

Ia terkejut melihat Salsha yang begitu berantakan. "Sal, lo—"

"INI SEMUA KARENA LO! KALAU LO MAU BANTU GUE BUAT DAPATIN IQBAAL, GUE NGGAK AKAN SESEDIH INI! INI SEMUA KARENA LO, WAN!" bentak Salsha dengan tangisannya yang sudah tidak bisa lagi ia tahan-tahan lagi.

Alwan melihat Salsha menangis histeris di hadapannya untuk pertama kalinya, ia tidak sanggup melihat sahabatnya seperti ini. "Sal.. gue udah bilang dari awal kalau dia bukan milik lo lagi. Dia punya kehidupan yang baru," ucap Alwan dengan tatapan sedihnya ke arah Salsha.

Salsha menghentakkan tangan Alwan yang ada di lengannya, "GUE YANG MENDERITA, ALWAN! GUE YANG MENDERITA! YANG SAKIT ITU GUE BUKAN DIA! TAPI GUE! GUE MAU AKHIRI HIDUP GUE SEKARANG! GUE NGGAK MAU HIDUP KALAU BUKAN IQBAAL YANG JADI PASANGAN HIDUP GUE! GUE MAU IQBAAL!" bentak Salsha sembari menunjukkan sebilah silet yang dikeluarkan Salsha dari genggamannya.

Salsha menunjukkan nadi tangannya, Alwan membolakan kedua matanya saat melihat Salsha ingin mengiris nadinya.

"SALSHA! LO GILA?! LEPASIN SILET ITU!" teriak Alwan yang mencoba menghentikan aksi gila Salsha.

"UNTUK APA LAGI GUE HIDUP KALAU LO DAN IQBAAL NGGAK ADA LAGI DI SISI GUE! UNTUK APA LAGI?!" pekik Salsha histeris, ia mencoba memberontak dari tangan Alwan yang menghentikannya.

Tetapi Alwan yang lebih kuat dari Salsha, tidak memberikan kesempatan sedikit pun ke Salsha untuk melukai dirinya. Alwan merasakan luka di lengannya saat Salsha memberontak siletnya diambil. Namun, Alwan membiarkannya, lebih baik ia yang terluka daripada Salsha.

Silet itu pun berakhir jatuh ke dalam sela-sela jembatan itu, Alwan menarik Salsha ke dalam pelukannya,Salsha menangis histeris di dalam pelukkan Alwan. "Gue mau Iqbaal, Wan.. gue hanya mau dia," isak Salsha di dalam pelukkan Alwan.

Alwan mengusap punggung Salsha dengan lembut. "Gue akan turutin, apapun itu.. gue akan turutin. Jangan sakiti diri lo lagi, Sal..gue nggak mau lo terluka," bisik Alwan dengan napasnya yang terengah-engah.

Salsha terisak namun tersenyum kecil saat mendengar pernyataan Alwan. "Well, gue nggak sendiri sekarang," batin Salsha.

**

Iqbaal yang lebih dahulu membersihkan dirinya setelah bemandi di pantai bersama (Namakamu) membuatnya berpikir untuk berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum kembali ke penginapannya bersama istrinya.

Ia melihat-lihat banyak souvenir yang dijual di sini,beraneka ragam souvenir dijual. Ada berbentuk gantungan kunci, topi, lukisan, bunga, tas, boneka, dan banyak jenisnya. Iqbaal tersenyum saat pelayan di sana menyambutnya dengan ramah. Iqbaal tertarik dengan salah satu souvenir yang tersedia di sana.

Ia melihat sebuah kalung yang begitu menarik perhatiannya, Iqbaal sedikit membungkukkan badannya yang tinggi itu untuk melihat kalung itu. Iqbaal mengingat dirinya tidak pernah memberi hadiah pernikahan untuk (Namakamu), Iqbaal pun menegakkan badannya kembali dan menatap penjaga kalung itu.

" I want to see this necklace. Could you show me?" ucap Iqbaal dengan suara beratnya sembari menunjukkan kalung tersebut.

Penjaga kalung itu pun menganggukkan kepalanya dengan senyumannya, ia pun mulai mengambil kalung pilihan Iqbaal kemudian memberikannya kepada Iqbaal. Iqbaal tersenyum saat melihat begitu cantiknya kalung ini jika dilihat semakin dekat, ia melihat lambang kalung itu layaknya lambang kuno.

"This is our best product, Sir.This necklace has a message that is to tie a couple so their relationship will last long." Penjaga itu pun menjelaskannya dengan senang hati saat melihat Iqbaal terpukau dengan lambang kalung itu.

Iqbaal yang mendengar itu membuatnya semakin tersenyum bahagia, dengan bahagia ia memberikan kalung itu kepada penjaga itu. "Really? If it's like that, then I'll take it. Please pack it as beauty as possible."

Penjaga kalung itu tersenyum ramah, "of course, Sir."

Iqbaal merasakan sesuatu di dalam hatinya berontak untuk cepat-cepat memberikan hadiah itu kepada (Namakamu), entah kenapa ini membuatnya sangat bahagia. Ia menatap di luar jendela itu sebuah pemandangan pantai biru yang menyejukkan hatinya.

**

Bersambung


P.S : VOTE MINIMAL 100 KOMENTAR MINIMAL 100. MALAM INI LANJUT.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang