32%

9.6K 1.1K 118
                                    

Iqbaal merasakan napas teratur (Namakamu) di dalam pelukannya, ia bahagia.. sangat bahagia pada akhirnya, (Namakamu) mengetahui dirinya mencintainya sejak pertama kali mereka bertemu. Iqbaal kembali mengecup dahi istrinya dengan sayang, ia akan membiarkan (Namakamu) tidur, ia kasihan melihat istrinya yang kelelahan mengurusnya. Iqbaal dengan pelan mengambil kalung yang sempat dilepaskan (Namakamu) waktu itu, dengan pelan, Iqbaal mulai memasangkan kembali kalung itu di leher (Namakamu).

Ia tersenyum melihat kalung itu kembali melingkar di leher (Namakamu), dan memang seharusnya seperti itu.

Iqbaal mengusap punggung istrinya dengan lembut, ia sangat menyayangi (Namakamu). (Namakamu) sedikit bergerak, wajahnya menelusupkan ke dada bidang Iqbaal. Iqbaal kembali tersenyum bahagia, cinta pertamanya ada di dalam dekapannya.

Ia bersyukur dengan takdir ini,takdir yang diberikan Tuhan kepadanya. Ini adalah takdir terindah di dalam kehidupannya. Ia dapat memiliki (Namakamu) untuk selamanya. Padahal dulu, ia bahkan tidak berani bermimpi sama sekali untuk menjadi (Namakamu) sebagai pendampingnya.

Ya, sama sekali tidak berani bermimpi.

Iqbaal yang hendak menyusul (Namakamu) ke alam mimpi, tiba-tiba saja suara ponselnya menghentikan niatnya. (Namakamu) bahkan membuka kedua matanya saat suara ponsel Iqbaal begitu nyaring itu, Iqbaal mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya.

'Salsha.'

Iqbaal membisukan panggilan itu terlebih dahulu, lalu kembali meletakkannya ke nakas itu. Ia memeluk (Namakamu) kembali, (Namakamu) kembali merasakan kehangatan pelukkan Iqbaal kembali. "Siapa?" tanya (Namakamu) dengan suaranya yang pelan.

"Salsha," jawab Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) membuka kedua matanya, ia menatap Iqbaal dengan kedua mata indahnya. Iqbaal melihat rasa khawatir di kedua mata (Namakamu).

"Itu urusanku, aku akan peringati dia nanti." Iqbaal mengucapkannya dengan tegas.

(Namakamu) hanya kembali menelusupkan wajahnya di dalam pelukkan Iqbaal. Iqbaal mengusap punggung itu kembali, ia ingin membuat (Namakamu) bahagia bersamanya.

**

Salsha merapatkan kardigannya saat angin pantai menyelimutinya, dengan usahanya yang sejak tadi terus-menerus menelpon Iqbaal, akhirnya Iqbaal mengajaknya bertemu. Salsha bahagia saat Iqbaal mengajaknya untuk bertemu, sepertinya mereka akan berjalan bersama untuk hari ini.

Salsha pun memakaikan baju cantiknya untuk membuat Iqbaal terpesona akan dirinya, ia bahkan sudah bersiap sebelum jam ditentukan itu, ia terlampau semangat.

Tak lama kemudian, pintu penginapan Iqbaal memang terbuka, dan benar! Iqbaal kali ini sendirian, ia tidak bersama perempuan biadab itu. Salsha semakin bahagia, ia menyampirkan rambutnya ke belakang telinganya. Ia menyambut kedatangan Iqbaal dengan senyuman manisnya.

Iqbaal terlihat tampan dengan stelan baju kaos polo hitamnya yang membentuk dada bidangnya kemudian celana jeans hitamnya yang menggantung indah di pinggulnya, dan tak lupa jam tangan kulitnya. Rambut hitam legam Iqbaal terlihat basah dan tersisir rapi ke belakang, Iqbaal memang selalu tampan.

Iqbaal menyunggingkan senyumnya saat melihat Salsha tersenyum kepadanya.

"Hai, Baal," sapa Salsha dengan lembutnya. Iqbaal pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda balasannya, " udah lama nunggu?" tanya Iqbaal sembari menyandarkan punggungnya ke jembatan panjang itu.

Salsha menggelengkan kepalanya dengan senyuman manisnya, "gue juga baru-baru sampai, sih," jawab Salsha dengan lembutnya.

Iqbaal menghela napasnya dengan pelan, ia pun mengeluarkan sebuah kalung yang sama persis dengan kalung yang ia beri kepada (Namakamu). Ia menunjukkan kepada Salsha, Salsha mengernyitkan sedikit dahinya.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang