2%

4K 739 79
                                    

Iqbaal keluar dari kamarnya sembari memberantaki rambut belakangnya, ia haus hingga harus turun dan meninggalkan (Namakamu) untuk tidur sendiri di kamarnya. Rencananya setelah ia minum, ia akan kembali menemani istrinya tidur.

Iqbaal pun mulai berjalan ke dapur untuk minum, namun langkahnya mulai pelan saat melihat Mamanya ada di sana dengan gelas yang ia isi dengan kopi hitam.

"Ma, kapan pulang?" tanya Iqbaal yang sedikit mengernyitkan dahinya.

Mama Iqbaal membalikkan badannya menghadap Iqbaal, Iqbaal berjalan mengambil gelas. "Mana (Namakamu)?" tanya Mama sembari melihat Iqbaal mulai berjalan menuju kulkas.

"Lagi tidur di atas. Kabar Iqbaal nggak ditanya, Ma?" tanya Iqbaal yang terdengar nada merajuknya.

Mama Iqbaal kembali fokus kepada kopinya, "ngapain Mama tanya kalau udah punya istri yang lebih bisa ngurusin kamu," jawab Mama Iqbaal dengan tenang.

Iqbaal hanya menghela napasnya dengan pelan, lalu menuangkan air dingin itu ke dalam gelasnya. Ia minum hingga tandas.

"Nanti kalau istri kamu sudah bangun, tolong banguni ya. Mama mau ngomong-ngomong sama dia," pesan Mama Iqbaal sembari membawa gelas yang berisi kopi itu ke luar rumah.

Iqbaal menganggukkan kepalanya sembari berjalan menuju tangga ke kamar tidurnya. Sedikit berlari kecil ia menaiki anak tangga itu, tak butuh waktu yang lama, Iqbaal pun membuka pintu kamarnya.

Seketika ia tersenyum saat melihat (Namakamu) terbangun dengan posisinya yang sudah duduk, bersandar pada kepala ranjang itu.

Iqbaal segera menghampiri istrinya, (Namakamu) menguap kecil kemudian menggaruk pelan pipinya yang berona merah.

Iqbaal seketika mengecup pipi istrinya, lalu menatap istrinya dengan kondisi rambut acak-acakkaan. "Mama di bawah, katanya dia mau ngobrol sama kamu," ucap Iqbaal sembari merapikan rambut istrinya.

(Namakamu) menganggukan kepalanya, ia membiarkan Iqbaal menyampirkan di belakang telinganya. (Namakamu) menguap kembali, lalu hendak turun dari tempat tidur, tetapi ditahan oleh Iqbaal, (Namakamu) menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Kenapa?" tanya (Namakamu) dengan tatapan bertanyanya.

"Gak mau ngajak aku?"

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas, lalu menarik tangan Iqbaal untuk ikut turun. Iqbaal pun dengan senyuman bahagianya mengikuti istrinya.

**

"Mama.. apa kabar?" ucap (Namakamu) yang memeluk Mama Iqbaal seperti anak kecil. Iqbaal yang melihatnya hanya tersenyum sembari duduk di samping Papanya yang tengah membaca Koran di bangku teras.

Kayla mengusap bahu (Namakamu) dengan senyuman manisnya. "Mama bawain kamu oleh-oleh, sayang. Yuk, kita ke kamar Mama, banyak banget Mama bawain untuk kamu," ucap Kayla sembari mengajak (Namakamu) untuk mengikutinya.

(Namakamu) pun dengan riang mengikuti Kayla. Iqbaal melihat istrinya yang pergi meninggalkannya tanpa sesuatu kata perpisahan atau izin apapun itu, ia hanya menghembuskan napasnya dengan pelan kemudian mengambil makanan kecil di meja teras sana.

Arsen menutup korannya setelah ia puas membacanya, ia melipatnya dengan rapi kemudian menaruhnya di atas meja itu. Ia tersenyum melihat anak pertamanya yang mengunyah makanan itu dengan raut wajah yang sedikit kesal.

"Sekarang tahu kan kenapa Papa selalu ngambek, kalau abang sama adek Laras, dan Miskha ambil alih Mama?" sindir Arsen dengan tawanya.

Iqbaal menjauhkan piring camilan itu dari jangkauan Papanya, Papanya mengernyit bingung.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang