Iqbaal keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk di pundaknya, ia masih bertelanjang dada dengan mengenakan celana jeans hitam panjangnya.
Hari ini mereka akan pulang ke rumah baru mereka, Iqbaal telah membeli sebuah rumah untuk keluarga kecilnya bersama (Namakamu), apartemennya telah ia sewakan untuk para laki-laki berstatus lajang.
Apartemen tidak tepat untuk dirinya yang tidak hidup sendiri lagi, apartemen adalah saksi hidupnya selama ia belum menjalin hubungan serius. Jadi, dengan sedikit pembahasan kepada (Namakamu) mengenai pemindahan tempat tinggal, (Namakamu) pun meresponnya dengan baik pula membuat Iqbaal segera membeli sebuah rumah untuk mereka.
Iqbaal keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada, dan memakai celana jeans hitamnya. Ia mengusap rambutnya yang basah dengan handuk di bahunya, Iqbaal sembari mengeringkan rambut dengan handuk, ia mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan di atas nakas, ingin melihat kabar penting dengan seriusnya.
Pintu kamarnya terbuka, (Namakamu) masuk dengan sedikit berlari kecil menghampiri Iqbaal. Iqbaal meletakkan ponselnya di atas nakas saat melihat istrinya menghampiri dirinya.
"Baal, aku punya gosip," ucap (Namakamu) dengan girangnya. Iqbaal mengernyitkan dahinya,"kamu mau ngajak aku menggosip?" tanya Iqbaal memastikan.
(Namakamu) mengambil posisi di tepi ranjang sembari menatap Iqbaal yang berdiri menghadapnya, "biar gosipnya halal, kalau misalnya aku gosip sama yang lain, jadi haram dong."
Iqbaal hanya tersenyum kecil, lalu berjalan menuju lemari bajunya, (Namakamu) mengikuti Iqbaal di belakangnya. Iqbaal mengambil salah satu bajunya kemudian menutup pintu lemari itu. Iqbaal membalikkan badannya dan melihat istrinya tersenyum kepadanya.
Iqbaal mengecup puncak rambut (Namakamu) singkat, lalu melepaskan handuk di pundaknya dan mulai memasang bajunya.
"Memang mau gosipin apa?" tanya Iqbaal yang telah selesai memasang bajunya, ia kini menatap istrinya dengan fokusnya.
"Kata Papi, Mami itu marah sama Papi makanya dia pergi ke Eropa sendiri untuk syarat damai mereka. Baru tahu, kan?" cerita (Namakamu) dengan bangganya.
Iqbaal melempar handuknya sembarangan kemudian dengan cepat ia membawa (Namakamu) ke dalam gendongannya, ia membawanya ke atas ranjangnya.
"IQBAAL!" tegur (Namakamu) terkejut karena Iqbaal menggendongnya secara tiba-tiba.
Iqbaal meletakkan (Namakamu) di ranjang dengan lembut, Iqbaal tersenyum melihat istrinya mengomel tak menentu. "Tadi pagi langsung pergi aja tanpa permisi, terus sekarang mau gosipin mertuanya sendiri. Mau nambahi dosa suami?" ucap Iqbaal dengan suara beratnya, Iqbaal menatap (Namakamu) yang ada di bawahnya.
(Namakamu) mencoba mendorong Iqbaal yang ada di atasnya, tetapi Iqbaal menahannya. "Kenapa didorong?" tanya Iqbaal sembari menatap (Namakamu).
"Berat! Kamu, ih!" jawab (Namakamu) dengan gerutuannya. Iqbaal dengan gemasnya mengecup bibir istrinya, lalu kedua pipi (Namakamu) dengan lembut kemudian kembali mengecup bibir istrinya.
"Besok-besok, banguni aku. Aku nggak mau kamu kerja sendirian, kamu bukan pembantu. Oke?" bisik Iqbaal tepat di hadapan (Namakamu).
(Namakamu) memainkan kancing baju Iqbaal dengan dahinya yang ia kernyitkan, "tugas seorang istri bukannya memang melayani suaminya, ya? Dari masak, cuci, bersihin rumah, ngurus suami. Aku cuma ikutin Mama," balas (Namakamu) yang memainkan kancing baju Iqbaal.
Iqbaal menenggelamkan wajahnya di sekitar pundak (Namakamu), "kamu cukup layani di sini, di ranjang," bisik Iqbaal dengan suaranya yang menggoda.
(Namakamu) memukul punggung Iqbaal dengan pelan, Iqbaal tertawa dengan suaranya yang terdengar berat. "Gak usah macam-macam di sini!" peringat (Namakamu) yang mulai merasakan Iqbaal mengecup lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Little Family
FanfictionCover by : @-Ventum "Gue punya teka-teki buat lo." Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Apa?" "Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersenyum manis, "karna lo bego!" "Lo yang bego! Malah ngatain gue. "