Iqbaal terbangun dari tidurnya saat mendengar deringan ponselnya, Iqbaal mengusap matanya ketika melihat cahaya lampu kamarnya yang sedikit meneranginya. Iqbaal dengan malas mengambil ponselnya yang sejak tadi berdering mengganggu tidurnya, tanpa melihat nama di layar ponselnya, Iqbaal pun menjawab panggilan telepon itu.
"Halo," sahut Iqbaal dengan suara serak habis bangun tidurnnya.
"Lo sekarang di mana, Baal? Gue datang ke apartemen lo, lo nggak ada! Lo di mana sekarang?"
Iqbaal memejamkan kedua matanya sembari berdecak kecil, ia sedang tidak ingin diganggu oleh Salsha – si penelpon itu- untuk kali ini.
"Lo mau apa, Sal? Mending lo pulang ke London, gue lagi malas untuk diajak bicara sama lo," balas Iqbaal dengan suara seraknya.
"Gue mau kita bicara dulu, Baal! Gue mau lo tahu kalau (Namakamu) itu tidak sebaik apa yang—"
Iqbaal seketika terkejut saat ponselnya diambil langsung oleh istrinya, (Namakamu) mengambil alih ponselnya.
"Siapa?" tanya (Namakamu) dengan tatapan menyelidikinya ke Iqbaal.
"Salsha," jawab Iqbaal yang sepenuhnya menghadap (Namakamu).
(Namakamu) mendengar panggilan nama Iqbaal dari ujung sana membuat (Namakamu) mulai menjawabnya.
"Kenapa lagi sih? Ganggu suami gue mulu! Cari sana laki-laki lain! Shuu...," usir (Namakamu) bak mengusir kucing.
"Lo diam! Gue nggak ada urusan sama lo, bidab!" teriak Salsha di ujung sana.
(Namakamu) menjauhkan terlebih dahulu ponsel itu dari telinganya, lalu kembali meletakkannya seperti semula.
"Biadab.. biadab... lo kali yang biadab, ngerebut bisa! Tapi balikkinnya nggak bisa. Sal, Iqbaal bukan manusia yang tersedia untuk umum lagi, dia suami gue, pemimpin keluarga gue, mau bukti? Bisa kok lo tanya langsung ke Iqbaalnya. Gue juga punya bukti buku pernikahan kami, mau di pap?" balas (Namakamu) dengan santai.
Iqbaal yang mendengar ucapan istrinya hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak mengerti lagi, tidak ada perempuan yang beres di dalam kehidupannya.
"BACOT LO! KASIH KE IQBAAL!" bentak Salsha dengan seluruh amarahnya.
(Namakamu) benar-benar ingin meninjui perempuan jelmaan kuyang siluman biawak. Ia menarik napasnya dengan pelan, lalu membuangnya dengan perlahan. "Gue selama ini nahan-nahan untuk gak bakal balas dengan kekerasan sama lo, Sal.Tapi, karena lo yang mancing-mancing selama ini, gue rela deh masuk penjara 2 bulanan kalau bisa bikin lo diem aja. Nggak perlu sampai masuk kuburan, bikin lo diem anteng di rumah sakit aja gue udah senang banget. Cuma satu itu, kalau lo masih nantangi hubungan gue sama Iqbaal. Mau?" tawar (Namakamu) dengan penuh kelemah lembutan tiada tara.
Salsha terdiam, dia benar-benar tidak lagi mengeluarkan suara bentakkan.
Iqbaal yang mendengar itu pun juga merasa gemas dengan istrinya ini sejak tadi. (Namakamu) pun menghela napasnya saat panggilan itu diakhiri oleh Salsha walau tanpa sepatah kata.
Iqbaal menarik (Namakamu) hingga jatuh di atasnya, (Namakamu) pasrah saja lagi pula ia tidak sampai dibuat patah tangan.
"Dengarin aku," intrupsi Iqbaal kepada (Namakamu) yang ada di atas dadanya, (Namakamu) merasakan kedua tangan besar Iqbaal berada di sisi wajahnya. (Namakamu) menatap Iqbaal dengan bibirnya sedikit mengerucut.
"Di setiap pasangan yang sudah menjalin sebuah ikatan cinta seumur hidupnya, akan selalu tantangan demi tantangan, Sayang. Entah itu dalam tantangan materi, sosial, lingkungan kita, bahkan dalam cinta. Kita tentu gak bakal bisa menghindari semua itu, kan? Karena Tuhan ingin tahu seberapa kuat kita bisa menjalani semua ini. Kamu khawatir aku selingkuh? Gak, kamu nggak perlu khawatirkan aku, karena kemarin, sekarang, hingga hari yang akan datang, kamu akan tetap di samping aku sampai saatnya Tuhan manggil aku nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Little Family
FanfictionCover by : @-Ventum "Gue punya teka-teki buat lo." Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Apa?" "Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersenyum manis, "karna lo bego!" "Lo yang bego! Malah ngatain gue. "