26%

9.4K 1K 178
                                    

WARNING! 17 TAHUN KE ATAS. TOLONG YANG MASIH DI BAWAH UMUR UNTUK TIDAK MEMBACANYA. TERIMA KASIH.

**

Alwan menyandarkan kedua tangannya di atas kayu jembatan itu, ia menatap foto-foto dirinya dengan (Namakamu), ia melihat masih ada raut wajah bahagia mereka saat pertama kali bertemu, Alwan tersenyum sedih melihat raut wajah mereka.

"Maafin gue, (Namakamu). Gue harus ikut menghancurkan hubungan lo dengan Iqbaal, gue nggak mau kehilangan Salsha, maafin gue," bisik Alwan dengan sedih.

Di sini ia merasa posisi yang tertekan. Di satu sisi, sahabatnya sejak kecil akan mengakhiri hidupnya jika ia tidak ikut turut serta dalam merebut Iqbaal, di satu sisinya lagi ia tidak ingin menyakiti perempuan yang disukanya ini. Ya, Alwan menyukai (Namakamu) pandangan pertamanya.

Alwan mengusap foto senyuman bahagia (Namakamu) di dalam foto itu, "gue harus kehilangan senyuman ini untuk selamanya."

**

Arsen mencoba menarik tangan Kayla yang telah berlari keluar dari ruang kerjanya itu, "La.. kamu salah paham, Sayang," ucap Arsen yang telah berhasil menangkap tangan istrinya ini.

Kayla mencoba melepaskan tangan Arsen dari genggamannya, ia menatap Arsen yang menatapnya dengan khawatir. "Salah paham dibagian mananya, Mas? Kamu jelas-jelas ciuman sama wanita itu. Kalau kamu udah bosan sama aku, jangan giniin aku, Mas. Biarkan aku hidup sendiri sama anak-anakku! Kamu pergi sama wanita itu!" balas Kayla yang kini sudah memangil Arsen dengan 'Mas' untuk disaat tengah dalam situasi masalah yang berat.

Arsen menatap tajam Kayla, "Kayla! Kita nikah sudah lama, kamu masih belum percaya sama aku? Aku cinta kamu seperti Tuhan mencintai aku. Aku serahkan semuanya untuk kamu, termasuk nyawaku sendiri. Kamu masih meragukan aku?" Arsen kembali mencoba menggenggam tangan Kayla.

Kayla menangis karena melihat Arsen yang berada di ruangan kerja Iqbaal berciuman dengan seorang wanita yang juga karyawan di dalam perusahaan ini. Ia begitu sakit hati saat Arsen juga ikut memejamkan matanya dalam berciuman itu, Kayla menarik tangannya dari genggaman Arsen. Arsen melihat itu.

"Aku mau berpikir terlebih dahulu. Mas bisa pulang ke rumah, aku yang pergi," ucap Kayla dengan airmatanya. Arsen menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia menahan Kayla untuk pergi, Kayla sudah menangis di hadapan Arsen. Arsen melihat wanitanya menangis karenanya membuatnya sakit, sangat sakit.

"M-as.. lep-ass," isak Kayla dengan memohon.

"Sampai kapanpun kamu tidak pernah tergantika, La. Kamu milikku, bukan milik siapapun.Tolong..jangan pergi, aku mau bersama kamu sampai aku dipanggil Tuhan nanti. Aku mohon, Sayang," bisik Arsen dengan memohon sangat.

Kayla menggelengkan kepalanya dengan isakkan tangisnya, Arsen menarik istrinya ke dalam pelukkannya, ia tidak ingin kehilangan perempuan ini.

"Kayla, jangan nangis, Sayang... tangisan kamu adalah luka buatku," bisik Arsen dengan suaranya yang pelan.

**

(Namakamu) yang tengah berkutat dengan krim-krim wajahnya, tiba-tiba saja Iqbaal memberinya sebuah kalung berwarna putih dengan lambang kuno di sana, Iqbaal tersenyum di belakang (Namakamu), (Namakamu) dapat melihatnya di cermin itu.

"Hadiah pernikahan," bisik Iqbaal dengan suara beratnya. (Namakamu) tersenyum saat mendengar bisikkan itu, Iqbaal mengecup pipi (Namakamu) dengan penuh kasih sayangnya. "Cantik," puji Iqbaal dengan suaranya yang ia bisikkan tepat di telinga (Namakamu).

(Namakamu) merasakan kedua tangan Iqbaal melingkar di perutnya, ia merasakan Iqbaal mulai menciumi bahu telanjangnya dengan mesra. (Namakamu) menggigit bibir bawahnya saat Iqbaal mulai menaikkan kecupannya hingga ke lehernya."Baal, kita mau makan siang dengan –"

"Mereka bisa nunggu, (Namakamu)," sela Iqbaal dengan suaranya yang mulai serak.

(Namakamu) merasakan Iqbaal mulai menciumi tengkuknya dengan hangat, (Namakamu) memejamkan kedua matanya saat Iqbaal dengan perlahan-lahan membuka kancing kemejanya itu, (Namakamu) merasakan tangan Iqbaal mulai mengusap pahanya, lalu perutnya hingga menuju dadanya yang masih terbungkus bra.

"Ba-al," panggil (Namakamu) dengan terbata-bata. Iqbaal tidak menjawabnya tetapi ia dengan cepat mengangkat (Namakamu) dan membaringkannya ke tempat tidur mereka, (Namakamu) merasakan gairah Iqbaal yang lebih mendominan. Ia melihat Iqbaal ada di atasnya- yang mana menatapnya dengan napasnya yang sedikit memburu.

"Aku menahannya dari tadi," ucap Iqbaal sembari menundukkan kepalanya untuk mencium bibir (Namakamu). (Namakamu) menutup kedua matanya saat Iqbaal menciuminya seakan-akan tidak ada hari esok.

Iqbaal pun berhasil membuka kemejanya, ia bahkan mulai menanggalkan bra-nya. (Namakamu) merasakan kejantanan Iqbaal yang sudah bangun, Iqbaal menurunkan ciuman itu ke lehernya, (Namakamu) mendesah.

Iqbaal pun melempar bra yang telah ditanggalkannya ke sembarang arah. (Namakamu) membuka kedua matanya saat melihat Iqbaal membuka gespernya, ia melihat Iqbaal menanggalkan pakaiannya.

Iqbaal mengecup dahi (Namakamu) dengan sedikit lama, lalu turun ke kedua matanya, ke kedua pipi (Namakamu), terakhir bibir (Namakamu). (Namakamu) merasakan Iqbaal menyatakan sebuah perasaan disetiap kecupannya ini.

"Terima aku, Sayang."

**

Salsha melirik jam di pergelangan tangannya, ia menhentakkan kakinya saat Iqbaal juga belum muncul juga. Alwan melihat Salsha begitu khawatir saat Iqbaal tidak muncul-muncul juga dijanji makan siang mereka, Alwan mengusap bahu Salsha. "Sabar, Sal, mungkin dia lagi istirahat," ucap Alwan dengan pelan.

Salsha melirik Alwan yang menatapnya khawatir, "tapi ini udah lama, Wan! Istirahatnya kelamaan! Gue mau Iqbaal datang ke sini, Wan," gumam Salsha dengan desakkannya.

Alwan melihat wajah sahabatnya kembali sedih, ia tidak ingin Salsha terlihat sedih."Coba lo telepon dia," usul Alwan.

Salsha yang mendengar usul itu pun segera menelpon Iqbaal, ia tidak ingin Iqbaal berlama-lama dengan perempuan binatang itu. Panggilan pertama belum dijawabnya, kedua, ketiga hingga panggilan kelimanya barulah Iqbaal mengangkatnya, Salsha tersenyum bahagia.

"Halo, Baal," sapa Salsha dengan suara lembutnya dan bahagianya.

"Iya, Sal, kenapa?" suara Iqbaal di ujung sana terdengar rasa kesal.

"Lo nggak makan siang? Ini udah hampir lewat jam makan siang, Baal," ucap Salsha dengan lembut.

"Hmm... gue sama (Namakamu) makan siang di dalam kamar aja, Sal. Gue udah pesan antar ke kamar. Sorry, ya udah buat kalian nunggu. Nanti malam kita kumpul bareng lagi, oke? Bye." Iqbaal menutupnya tanpa menunggu balasan Salsha.

Salsha melemparkan ponselnya ke sembarangan arah, Alwan terkejut melihat Salsha mulai melampiaskan amarahnya dengan melempar gelas kaca itu ke sembarangan arah."GUE BENCI WANITA JALANG BIADAB ITU! " teriak Salsha dengan amarahnya.

Alwan menahan Salsha untuk meredakan amarahnya, Salsha menatap Alwan dengan kedua matanya memerah. "Gue mau Iqbaal, Wan.. gue mau dia," isak Salsha dengan keras.

Alwan menganggukkan kepalanya, ia memeluk Salsha kembali dengan sayangnya, ia benci harus melihat kembali Salsha menangis menderita seperti ini. "Iqbaal akan untuk lo, Sal," bisik Alwan dengan suaranya yang berat.

Salsha terisak terluka, ia menangisi kepedihan hatinya. Ia bukan perempuan yang bodoh, yang tidak tahu apa yang dilakukan Iqbaal hingga mereka lebih memilih makan siang di dalam kamar daripada mereka.

Ia mengeratkan pelukkannya kepada Alwan.

**

Bersambung


P.S : KOMENTAR MINIMAL 100, VOTE MINIMAL 100.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang