15%

7.1K 1K 169
                                    

Sambil dengarin lagu di mulmed.  Yang orang awak,  angkek tanganyo!

**

(Namakamu) mengusap airmatanya dengan cepat, ia menelungkupkan badannya dengan setelan kemeja kantornya. Ia menangis setelah perkelahiannya dengan Iqbaal di dalam mobil. Rasanya sakit saat dibentak seperti itu, (Namakamu) kembali mengusap airmatanya.

"Di-dia pe-peluk Sal-salsa.. g-gue nggak ada marah, kan?" isak (Namakamu) dengan suaranya serak.

(Namakamu) terisak sembari bermain games di ponselnya. "I-ni juga.. nga-ngapa nggak mati-mati?" isak (Namakamu) yang terlihat gemas dengan permainannya.

**

Iqbaal menghembuskan napasnya dengan pelan, lalu ia mengusap wajahnya dengan lelah. Baru kali ini ia lepas kontrol dengan emosinya, seharusnya ia tidak pernah seperti ini marah, tapi kali ini (Namakamu) memang membangkitkan emosinya.

Ia membasahi bibir bawahnya kemudian membuka jam tangannya, ini pertengkaran pertama kalinya dengan (Namakamu), dan ini akan terus terjadi jika (Namakamu) tidak pernah menganggapnya sebagai suami saat ini.

Iqbaal menatap dinding yang dihiasi dengan warna hijau lumut itu, di sebelah sanalah kamar (Namakamu) berada. Entah apa yang diperbuat oleh gadis itu, tapi membuat Iqbaal terbesi rasa bersalah akibat membentak (Namakamu).

Iqbaal kembali menghembuskan napasnya, lalu berdiri dari duduknya. Ia akan membersihkan dirinya.

**

Salsha mengetik sesuatu di ponselnya sembari tersenyum lembutnya.

Salsha : Iqbaal, besok bisa temani gue pergi?

Iqbaal : Ke mana?

Salsha : Gue kan udah lama nggak di Indonesia, gue sekali-sekali mau jalan-jalan keliling Jakarta.

Iqbaal :Gue besok kerja.

Salsha : Sekali-sekali, Baal. Ayolah..

Iqbaal : Okelah, tapi lo datang ke apartament gue dulu.

Salsha : Oke, see u tomorrow.

Iqbaal : See u too.

Salsha tersenyum dengan bahagianya saat melihat Iqbaal menyetujui untuk menemaninya jalan-jalan, ia akhirnya akan menghabiskan hari-hari bersama Iqbaal. Salsha dengan bahagianya mulai menatap cermin di depannya, ia mulai perawatan wajahnya agar terlihat cantik untuk besok.

"Gue yakin gue bisa rebut hati Iqbaal," gumam Salsha dengan senyuman manisnya sembari menyisir rambutnya.

**

Iqbaal turun dari tangga dengan penampilan casual-nya, ia memakai kemeja putihnya dengan jeans hitamnya yang belel, rambutnya tampak basah tertata rapi di sisir ke belakang, jam di pergelangan tangannya yang berwarna hitam membuatnya semakin tampan. Ia menuju dapur untuk meminum sebentar.

Namun langkah kakinya terhenti saat melihat (Namakamu) merapikan bahan-bahan makanan yang kemarin mereka beli. Iqbaal pun akhirnya berjalan dengan pelan menuju dapur, ia melirik (Namakamu) tampak berjinjit menyimpan minyak goreng di lemari gantung itu.

(Namakamu) tampak berusaha untuk memasukkan kemasan minyak goreng itu ke dalam lemari gantung itu.

"Biar gue masukkan." (Namakamu) mendengar suara berat itu mengulurkan bantuannya, (Namakamu) tidak memberikannya, ia ingin melakukannya sendiri.

Iqbaal melihat (Namakamu) tidak menanggapi bantuannya membuatnya pun mengambil kemasan minyak goreng itu, lalu memasukkannya ke dalam lemari gantung itu. (Namakamu) melihat pintu lemari gantung itu ditutup oleh Iqbaal.

(Namakamu) pun mengabaikan itu, ia mulai mengambil beberapa bahan makanan lagi yang perlu disimpan. Iqbaal melihat (Namakamu) yang diam, ia pun mengambil gelasnya untuk ia minum sembari menatap (Namakamu) yang sibuk. Di antara mereka terbentang dinding tak kasat mata, sehingga membuat mereka terasa lebih tidak akan menegur siapapun.

Dering ponsel Iqbaal membuat Iqbaal seketika mengangkatnya. "Halo," sahut Iqbaal dengan suara beratnya.

"Gue udah di depan pintu apartemen lo, Baal."

"Oke, tunggu." Iqbaal pun mematikan panggilan itu, ia berjalan menuju pintu utama apartementnya.

Iqbaal pun membuka pintu apartementnya, ia tersenyum melihat Salsha yang tersenyum. "Masuk, Sal," ucap Iqbaal mempersilahkan.

Salsha pun masuk dengan senyumannya, Iqbaal menutup kembali apartement itu. "Lo mau minum apa?" tanya Iqbaal yang mulai mempersilahkan Salsha duduk.

"Ah..nggak usah, Baal. Gue baru selesai sarapan," tolak Salsha dengan lembut.

Iqbaal pun mengangguk singkat kepalanya, " gue ke dapur bentar, ya?" izin Iqbaal.

Salsha pun menganggukkan kepalanya mengizinkan. Iqbaal pun berlari kecil menuju dapur. (Namakamu) tampak telah selesai merapikannya, ia melirik jam di dapurnya, jarum jam menunjukkan angka 7, dia harus segera siap-siap untuk berangkat kerja.

Ketika ia akan keluar dari dapur, terlihat dengan jelas ada seorang tamu tanpa ia ketahui telah duduk di ruang tamu. (Namakamu) memberhentikan langkah kakinya saat ia tahu bahwa itu Salsha, kapan dia datang?

Iqbaal melihat (Namakamu) yang menatap Salsha di ruang tamu, Iqbaal memasuki dapur.

"Lo ngundang Salsha ke sini?" tanya (Namakamu) yang kini menatap Iqbaal.

Iqbaal menutup pintu dapur mereka agar tidak terdengar percakapan mereka. "Gue ngundang dia karena mau pergi temani dia jalan-jalan. Dia butuh jalan-jalan setelah lama pergi dari Indonesia."

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan tatapan herannya, "lo ngundang dia ke sini tanpa ada meminta izin dari gue? Lo tau surat peraturan nggak sih, Baal? Jelas-jelas di sana dibilang kalau mau bertamu harus izin dari salah satu pihak, kan? Kok lo malah nge langgar, sih?"

Iqbaal mencoba mendekati jaraknya dengan (Namakamu),"dia sahabat gue. Masa itu juga harus minta izin juga, sih? Lagian dia cuma datang untuk nitip mobil di sini, kami berangkat sama-sama dari sini. Intinya cuma menghemat waktu, (Namakamu)."

"Mau dia sahabat lo, mau di saudara lo sekalipun yang namanya peraturan harus dituruti! Kenapa lo bilang sepakat kalau cuma untuk dilanggar? Lo maunya apa sih, Baal? Kalau lo mau suka-suka lo untuk hidup, lo ceraikan gue!" Tutup (Namakamu) dengan amarahnya. Ia berjalan meninggalkan Iqbaal di dapur.

Iqbaal pun segera berlari kecil mengejar (Namakamu). Salsha yang melihat itu pun seketika berdiri dari duduknya, ia melihat Iqbaal berlari mengejar (Namakamu). Ia ingin menahan Iqbaal, tapi terlalu tampak jika ia ingin merebut Iqbaal, Salsha menahannya.

"(Namakamu), dengarin gue dulu," panggil Iqbaal mencoba menarik (Namakamu) untuk menatap dirinya.

(Namakamu) mencoba menulikan pendengarannya, ia marah dengan Iqbaal. Iqbaal berusaha mengejar (Namakamu) kini dengan cepat menangkap lengan (Namakamu). (Namakamu) berhenti dari jalannya, Iqbaal menarik (Namakamu) agar menatapnya. (Namakamu) menatap Iqbaal. "Apa? Lo butuh apa lagi? Mau gue keluar dari sini? Oke, hari ini juga gue keluar," ucap (Namakamu) dengan dinginnya.

"Dengarin gue dulu, (Namakamu)," balas Iqbaal mencoba memberi penjelasan kepada (Namakamu).

(Namakamu) melepaskan genggaman Iqbaal, " gini deh ya, Baal. Lo bebas bawa siapa aja di sini, gue juga bebas bawa siapa aja di sini. Peraturan yang disepakati itu dibuang aja, nggak gunanya, kan? Di depan orang tua kita aja baik, di belakang itu kaya orang asing. Itu mau lo, kan?"

Iqbaal menatap tajam (Namakamu)."Lo kira gue main-main saat gue ngucapin kalimat meresmikan hubungan pernikahan di depan penghulu? Gue hafalin itu demi bawa lo ke dalam hubungan pernikahan ini dan lo seenaknya minta cerai, minta kaya orang asing. Gue akuin kalau gue salah, tapi nggak seharusnya lo bawa kalimat cerai di sini!"

(Namakamu) melepaskan tangannya dari Iqbaal, Iqbaal melihat kemarahan itu. "Dari awal, gue juga nggak mau pernikahan ini terjadi!" ucap (Namakamu) dengan penuh penekanan.

Iqbaal terdiam, ia membiarkan (Namakamu) pergi meninggalkannya sendiri di atas tangga itu.

**

Bersambung

P.S: KOMENTAR 50 MINIMAL, VOTE MINIMAL 200.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang