Iqbaal mengunci mobilnya. 5 jam yang lalu mereka baru sampai di Indonesia. Sekarang jam sudah menunjukkan jam 7 malam, dan segera mereka pergi ke rumah orang tua Iqbaal. Mama Iqbaal memanggil mereka untuk menginap.
Mereka pulang tanpa sepengetahuan Alwan dan Salsha.
Iqbaal tersenyum kecil melihat istrinya memeluk Mamanya dengan hangat, Iqbaal pun mengikuti arah jalan mereka sembari mengobrol tentang apapun itu.
"Kalian istirahat aja dulu di atas, Mama mau siapin makanan dulu. Sana," ucap Mama Iqbaal sembari membuka celemeknya.
(Namakamu) merasakan tarikkan Iqbaal, tetapi ia menahannya sebentar, Iqbaal bertanya-tanya. "Mama mau –"
"Nggak usah, Sayang. Mama bisa sendiri, kok," potong Mama Iqbaal yang sudah berlalu menuju dapurnya.
Kembali dipotong tanpa tahu kejelasaan yang pasti, (Namakamu) hanya menghela napasnya pelan. Iqbaal tersenyum saat istrinya akhirnya lebih dahulu pergi ke atas, "emang kamu tahu kamarnya di mana?" tanya Iqbaal yang berada di belakang (Namakamu).
(Namakamu) memberhentikan langkah kakinya, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Iqbaal. "Nggak tahu," jawab (Namakamu) dengan polosnya.
Iqbaal tertawa sembari menarik tangan istrinya dengan lembut, "itu makanya kenapa laki-laki dijadikan pemimpin di dalam keluarganya. Ayo, sini sama aku."
**
Kayla sembari bersenandung ceria ia mempersiapkan makanan untuk anak-anaknya, ia bahagia karena Iqbaal dan (Namakamu) pulang dari bulan madu mereka. Kayla tersenyum saat ia mulai meletakkan hasil masakannya ke dalam piringnya.
Arsen baru saja pulang mengunjungi rapat kecilnya bersama rekan-rekan kerjanya dulu, ia saat ingin berjalan ke arah kamarnya, ia melihat istrinya tengah di dapur mempersiapkan makanan. Terdengar nyanyian dari istrinya dari dapur, Arsen memang masih belum berbaikan juga bersama istrinya, karena Kayla memang susah untuk dibujuk.
Arsen berjalan ke arah dapur sembari menatap istrinya yang tidak menyadarinya bahwa ia telah pulang, Arsen yang telah sampai di dapur pun membuka kulkas untuk mengambil minuman asal.
"Lagi ada acara apa, Ma?" tanya Arsen dengan basa-basi.
Kayla memberhentikan nyanyiannya saat suara Arsen terdengar, ia melirik ke belakang bahunya sekilas kemudian mulai meletakkan makanan ke dalam piring. "Iqbaal dan (Namakamu) di sini," jawab Kayla dengan singkat.
Arsen berjalan mengambil gelas di bar dapur mereka bersebelahan dengan Kayla yang tengah sibuk. "Abang sama (Namakamu) tahu nggak kalau kita berantem?" Arsen menuangkan air dingin itu ke dalam gelasnya.
Kayla memberhentikan kegiatannya, ia pun segera menatap Arsen. Arsen menatap istrinya dengan senyuman kecil jahilnya."Mas mau ngancam aku?" tuduh Kayla dengan sengit.
Arsen meminum airnya sampai tandas, lalu menyandarkan dirinya di meja bar itu sembari bersedekap dada. "Mas cinta kamu, mana mungkin mas ngancam kamu," balas Arsen masih dengan senyuman kecil jahilnya.
Kayla kembali melakukan aktivitasnya, Arsen mengusap leher belakanganya dengan pelan. "Palingan mas aduin ke Iqbaal kali, ya? Biar tahu kalau orang tuanya lagi berantam," gumam Arsen sedikit keras seakan-akan tidak ada yang tahu.
Seketika Kayla meletakkan piring itu ke atas meja dapur itu. Arsen pura-pura tidak melihat, ia sibuk dengan menatap ke arah lain. Kayla menaikkan kedua lengan baju panjangnya ke sikut, ia menatap Arsen.
"Mau mas sekarang apa, sih?! Mau berantem di sini?" tantang Kayla yang terlihat kesal.
Arsen pun menatap Kayla yang terlihat menggemaskan, Arsen tersenyum. "Kamu tahulah mau Mas apa." Arsen menatap istrinya dengan rasa sayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Little Family
FanfictionCover by : @-Ventum "Gue punya teka-teki buat lo." Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Apa?" "Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersenyum manis, "karna lo bego!" "Lo yang bego! Malah ngatain gue. "