13%

6K 899 91
                                    

Dan sepulang mereka bekerja, Iqbaal pun mengikuti (Namakamu) untuk memenuhi kebutuhan mereka di rumah. Iqbaal mendorong troli, (Namakamu) yang memilih-milih. (Namakamu) yang masih dengan style rok kantornya yang sedikit di atas lutut dengan bentuk roknya yang span, kemeja kantor putihnya yang membentuk tubuh mungilnya, dan rambut yang dicepol sembarang terlihat cantik.

Begitupun dengan Iqbaal, stelan kantor tanpa jas dan dasi yang ia jadikan sebagai elapan lipstiknya (Namakamu) tadi dengan kedua lengan bajunya yang telah dinaikkan hingga ke sikutnya. Ia mengikuti ke mana arah (Namakamu) berjalan. Mereka terlihat seperti benar-benar pasangan yang sesungguhnya.

"Lo ada request makanan?" tanya (Namakamu) sembari melihat-lihat beberapa sayur yang segar itu.

Iqbaal yang tengah menatap jejeran sayur berbagai jenis itu pun menatap (Namakamu) kembali,"gue mau makan yang ada kuahnya," jawab Iqbaal dengan pandangannya kini teralihkan ke arah jejeran sayur itu kembali.

"Air putih campur nasi putih juga berkuah," ucap (Namakamu) yang berjalan menuju bahan-bahan makanan yang berikutnya.

Iqbaal menggaruk kepalanya dengan tidak gatal, "maksudnya kaya sup, mie kuah, yang berasa, lah," gumam Iqbaal dengan suara beratnya.

"Gue nggak bisa masak."

"Terus kenapa lo tanya kalau nggak bisa?"

"Basa-basi aja."

Iqbaal pun kembali terdiam, terserah dia saja asal jangan buat makanan anjing. Iqbaal pun kembali mengikuti ke mana arah (Namakamu) berjalan. (Namakamu) melihat Iqbaal yang terlihat memandang daging-daging segar terbungkus rapi itu, (Namakamu) sebenarnya bercanda untuk kalimat 'tidak bisa memasak' karena memancing emosi seseorang itu adalah salah satu hobinya juga, setelah terpancing, dirinya akan membalas dendam.

" Baal, gue punya teka-teki buat lo." (Namakamu) kini berdiri di sisi Iqbaal setelah ia memasukkan daging yang akan dibelinya.

Iqbaal mengernyitkan dahinya,"apa?" tanya Iqbaal sembari mendorong trolinya.

"Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu) dengan kedua alisnya dia naik turunkan.

Iqbaal yang mendengar pertanyaan itu pun memberikan senyuman manisnya kepada (Namakamu). "Karna lo bego."

(Namakamu) memukul lengan Iqbaal, Iqbaal meringis sakit. " Lo yang bego! Malah ngatain gue," ucap (Namakamu) tidak terima.

Iqbaal meringis kesakitan akibat pukulan (Namakamu), kecil-kecil tapi sadis. "Salah gue apa, sih? Nggak ada harga diri banget gue jadi suami lo," gerutu Iqbaal mengusap lenganya.

(Namakamu) tertawa mendengar gerutuan Iqbaal, ia pun mengusapnya dengan salah satu tangan mungilnya."Biar lo nggak bosan aja nemani gue belanja, ya walau ujung-ujungnya ada kekerasan juga, tapi gue bahagia kok kasarin lo."

Iqbaal menghembuskan napasnya dengan pelan, ia mendorongnya dengan pelan. "Di dalam hidup gue, perasaan nggak ada yang benar perempuannya, ya?" tanya Iqbaal kepada dirinya sendiri.

(Namakamu) tersenyum kecil melihat Iqbaal yang memang terlihat tidak bosan, tidak ada sama sekali rasa kesal ingin pulang malah ia terlihat santai melihat-lihat berbagai jenis belanjaan yang akan mereka simpan nanti.

"Oh iya, Baal."

Iqbaal yang kembali namanya dipanggil membuatnya menatap (Namakamu)."Hmm.."

"Lo nggak beli kondom?"

Iqbaal seketika teringat dengan kejadian di dalam mobil itu.

**

"Totalnya 680.000 ribu, Bu," ucap seorang kasir perempuan itu dengan ramah.

Iqbaal pun mengeluarkan dompetnya dari saku celananya, lalu memberikan salah satu kartu kreditnya. (Namakamu) melihat isi dompet Iqbaal dari samping walau sedikit berjinjit, ia melihat foto keluarga, adik-adiknya, dan Mamanya. Yang lebih menarik adalah berlembar-lembar uang merah di sana menanti untuk dihabiskan.

"Terima kasih,Pak. Selamat datang kembali," lanjut kasir perempuan itu dengan senyumannya. Iqbaal pun menaruh kembali kartu kreditnya ke dalam dompetnya, lalu memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.

Ia mengambil belanjaan itu kemudian ia membawanya dengan tanpa beban, (Namakamu) tidak membawa apa-apa, ia hanya membawa diri.

"Lo lapar, nggak?"tanya (Namakamu) kepada Iqbaal.

Iqbaal yang berada di sampingnya pun berjalan dengan tenang, ia melirik sekilas ke (Namakamu). "Lo lapar?" tanya Iqbaal kembali.

(Namakamu) hanya tersenyum manis menjawabnya, Iqbaal tersenyum kecil, "mau makan di mana?"

"PIZZA!" Iqbaal melihat (Namakamu) yang sedikit melompat kecil saat menyebut tempat makan yang ingin ia kunjungi, kenapa membuatnya bahagia?

"Ya udah, yuk."Iqbaal memberi kode kepada (Namakamu) untuk berjalan terlebih dahulu. (Namakamu). (Namakamu) pun berjalan di samping Iqbaal, ia terlihat bahagia dengan makanan yang akan ia makan nanti.

"Iqbaal." (Namakamu) menghentikan langkah kakinya saat ia mendengar suara yang memanggil Iqbaal, Iqbaal pun menghentikan langkah kakinya saat (Namakamu) berhenti.

Iqbaal melirik (Namakamu)," kenapa?" tanya Iqbaal bingung.

"Ada yang manggil—"

"Baal," (Namakamu) memberhentikan ucapannya saat melihat seorang gadis cantik dengan laki-laki tampan di sampingnya menghampiri mereka, bukan mereka tetapi Iqbaal. Terlihat begitu bahagianya perempuan itu bertemu Iqbaal, (Namakamu) melirik ke arah Iqbaal yang tersenyum kepada gadis cantik itu.

"Salsha, apa kabar?" sahut Iqbaal dengan senyuman manisnya.

Salsha dengan cepat memeluk Iqbaal, (Namakamu) membolakan kedua matanya saat melihat itu.

Iqbaal pun menjatuhkan belanja itu, ia membalas pelukan Salsha dengan erat. "Gue rindu sama lo, Sal," bisik Iqbaal dengan pelan.

"Gue juga, Baal."

(Namakamu) merasakan sesuatu yang panas di hatinya. Rasa ingin memisahkan tapi sesuatu mendorongnya untuk pergi juga.

**

Bersambung

P.S : HAPPY SUNDAY! VOTE MINIMAL 100 KOMENTAR MINIMAL 40.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang