12%

6.9K 978 106
                                    

"Sampai nanti sore." Kemudian (Namakamu) keluar dari mobil Iqbaal dengan wajah bahagianya. Iqbaal memberantaki rambutnya, ia terlihat frustasi dengan apa yang baru saja terjadi di dalam mobil.

Ia bahkan masih merasakan bibir (Namakamu) yang menempel di bibirnya, tapi yang membuatnya heran adalah kenapa dia ingin melebihkan lebih? Iqbaal melepaskan dua kancing kemeja atasnya, ia merasa masih panas di tubuhnya. Ia menarik napasnya kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan, ia melakukannya secara berulang kali untuk menetralkan rasa panas di dalam tubuhnya.

Saat semuanya ia rasa normal, ia pun sudah siap untuk turun. Ketika ia akan membuka pintu dering ponselnya membuat dirinya kembali duduk dibangku kemudiny. Terlihat nama Laras di layar ponselnya.

Iqbaal menjawabnya.

"Halo," ucap Iqbaal dengan suara beratnya.

"Apa?!"

Iqbaal mengernyitkan dahinya, "Apanya yang apa?"

"Ha? Apa-apa?"

Iqbaal menghela napasnya,"lo lagi di mana?"

"Oohh.. belum makan kok, Bang."

"Siapa yang nanya lo udah makan atau belum?"

"Ooh.. di kapal, Bang. Jadi memang agak berisik di sini, kami mau ke pelosok ujung pulau ngajar anak SD di sana."

Iqbaal membenturkan pelan kepalanya di stir mobil,"kapan gue tanya itu, Ras? Kapan?" tanya Iqbaal dengan menderitanya.

"Hahaha.. Abang bisa aja."

Iqbaal tidak ingin lagi berbicara, dia sudah lelah.

"Halo, Bang? Kok di sana berisik, Bang?"

Iqbaal benar-benar akan membanting ponselnya jika selalu seperti ini. Kenapa perempuan-perempuan kesayangnya harus ditakdirkan seperti ini? ."Mau lo apa sekarang, Laras?" tanya Iqbaal sudah tidak mau tahu lagi mau dengar atau tidak.

"Kirimin duit, Bang. Bilangin juga sama Mama kalau sebulan ke depan, Laras nggak bisa dihubungi setiap hari karena kata salah satu panitia di sana, jarang ada sinyal di pelosok itu," jawab Laras sedikit berteriak.

"Kenapa nggak bilang sendiri sama Mama?" tanya Iqbaal yang mulai membuka iPad-nya memulai transfer uang.

"Apaan sih, lo? Gue mana ada bawa pacar! Gila lo, Bang!"

Iqbaal hanya kembali menghela napasnya, sabar adalah kunci utama untuk hidup. "Terserah lo aja. Gue mau kerja, hati-hati di sana."

"Lah? Dia malah main sama istrinya. Gila... kerja woi kerja! Nanti malam kan bisa main. Memang kalau pengantin baru ini susah dipisahkan, ya."

Iqbaal seketika mematikan ponselnya. Sudah tidak sanggup lagi menahan emosinya. Iqbaal membawa iPad dan ponselnya, lalu keluar dari mobilnya. Tak lupa ia mengunci mobilnya.

Kembali ponselnya bergetar, ini ada pesan dari salah satu anggota keluarganya. Iqbaal pun membukanya kembali. Miska, ada perempuannya yang terakhir.

Miska : Bang, teman adek ada yang mau minta kenalan sama istri abang. Boleh, nggak?

Iqbaal :Siapa?

Miska :Mindo.

Iqbaal : Laki-laki?

Miska : Yaiyalah! Namanya juga laki-laki.

Iqbaal : Lo mau tawarin abang lo jadi duda ?

Miska :Yaelah! Cuma kenalan aja kok. Possesif banget, lo.

Iqbaal :Istri gue jangan lo ajarin selingkuh-selingkuh.

Miska :Lah? Gue nggak ngajarin, Bang. Gue cuma berbaik hati untuk mengenalkan dengan teman Miska. Emang gue salah?

Iqbaal :Gue kirimin kuota 2 abad sekali, mampus lo.

Miska : Sip! Teman gue nggak jadi kenalan.

Iqbaal : Dah.. abang mau kerja dulu.

Miska :Ne..[ Bahasa Korea ; Iya.]

Iqbaal kembali berjalan menuju ruangannya yang berada di lantai atas. Ia tersenyum singkat kepada karyawan yang menyapanya, tetapi ada juga yang tersenyum malu-malu melihat Iqbaal. Iqbaal tidak melihat apa yang telah diperbuat (Namakamu) ke bibirnya, warna lipstick (Namakamu) yang tertempel di bibir Iqbaal, bahkan ada yang keluar dari garis bibir Iqbaal membuat Iqbaal tidak sadar.

'Pak Iqbaal baru selesai main sama istrinya sampai lupa hilangin jejak, hehe.."

"Jadi pengin lihat gimana mainannya, hahaha.."

"Astaga! Nggak boleh gitu. Harusnya ramai-ramai dong lihatnya."

"Pak Iqbaal selalu hot, gue pengin jadi istrinya. Sumpah!"

"Gue rela deh begadang demi nemani pak Iqbaal main itu."

"Please.. jangan jadi pelakor. Dipecat lo mau?"

"Ya, maulah kalau hasilnya dapat pak Iqbaal."

"Ada apa, sih? Kayaknya ada gosip, nih."

"Itu, pak Iqbaal baru selesai main sama istrinya, tapi lupa hapus jejaknya."

"Dia nggak live streaming waktu main?"

"Lo kira pak Iqbaal acara berita Facebook?!"

"Tapi, kalau ada CD bajakannya gue mau deh belinya."

**

Iqbaal memperhatikan komputernya dengan serius kemudian kembali melihat dokumen yang terbuka di depannya. Aldi, teman seperjuangan Iqbaal sewaktu kuliah terlihat tengah mengunjungi temannya dalam rangka kerjasama antar perusahaan, dan rasa rindu ingin bertemu. Pasalnya, setelah memulai memasuki dunia kerja, mereka sibuk mengeluarkan semua ilmu yang telah mereka pelajari di dalam perkuliahan.

Ditambah Iqbaal yang telah memiliki seorang istri membuat mereka semakin susah untuk bertemu, jadi disaat seperti inilah Aldi akhirnya bisa bertemu dengan Iqbaal lewat kerjasama bisnis mereka.

Aldi menggelengkan kepalanya dengan pelan melihat Iqbaal begitu serius hingga tidak mengingat jejak bermainnya dengan istrinya. "Lo cinta banget ya sama istri lo?" tanya Aldi sembari menatap Iqbaal dengan tatapan mengarah ke arah lipstik itu.

Iqbaal yang tengah serius-seriusnya dalam melihat pekerjaan itu, tiba-tiba teralihkan ke arah Aldi. "Ha?"

Aldi menunjukkan sudut bibirnya sendiri, ia memberi kode ke arah Iqbaal. Iqbaal yang tidak mengerti pun langsung mengambil ponselnya, ia berkaca dengan kamera ponselnya. Seketika ia terkejut dengan apa yang ada di sudut bibirnya. "Kok ada—"

Iqbaal pun mulai mengingat dengan kejadian di dalam mobil itu, ia memejamkan kedua matanya lelah. (Namakamu) adalah perempuan pendendam. Iqbaal melirik Aldi yang tertawa terbahak-bahak melihatnya. Iqbaal dengan kesal pun menghapus lipstik itu dengan dasinya.

"Yang dulunya dingin sama cewek kini menjadi buas sama istri. Tau nggak sih, Baal? Gue pikir dulu lo itu homo, nggak taunya memang lelaki sejati. Wah.. istri lo harus banyak tenaga nih untuk layani kebutuhan biologis lo." Aldi sampai memegang perutnya yang sudah sakit akibat ketawanya.

Iqbaal melemparkan pena ke arah Aldi, Aldi menangkapnya. "Keluar, lo! Gue nggak minat kerja sama dengan lo! Sana!" usir Iqbaal yang kembali menghapus lipstik itu.

Aldi tertawa, ia tidak mendengarkan Iqbaal yang menggerutu kesal.

Iqbaal mengusap kasar sudut bibirnya. "Kenapa nggak bisa hilang-hilang, sih?!"

**

Bersambung


P.S : Vote minimal 100 & Komentar minimal 30.

"Minrik, malam ini lanjut?" tanya Readers yang penasaran.

"Iya, Minrik lanjut. Udah, lanjutin aja perjuangan kalian," jawab Minrik dengan lugas.

Be a Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang