(Namakamu) bersedekap dada menatap Iqbaal yang terlihat segar, tampan menuruni tangga. Iqbaal memakai baju kaos polo putihnya dengan jeans panjangnya yang berwarna hitam. (Namakamu) yang tengah duduk di kursi meja makan itu menatap sinis Iqbaal.
Iqbaal melewati (Namakamu) menuju kulkas. Ia mengambil minuman dinginnya.
"Kita bikin peraturan." (Namakamu) pun akhirnya mengeluarkan suaranya.
Iqbaal yang tengah meminum-minuman dinginnya hanya melirik sekilas ke arah (Namakamu), (Namakamu) meletakkan dua lembar kertas HVS itu di meja makan itu, Iqbaal meletakkan gelasnya di bar dapur itu.
"Kita memang hidup se rumah, tapi itu karena terpaksa. Garis bawahi kata ' terpaksa'nya," lanjut (Namakamu) dengan penuh penekanan.
Iqbaal hanya memperhatikan (Namakamu) dari dapur itu. (Namakamu) berdiri dari duduknya. "Lo boleh melakukan apapun yang lo mau, tapi jangan pernah ganggu apa yang gue buat. Termasuk matiin musik gue, gue sleding juga lo." Untuk kalimat terakhir (Namakamu) merendahkan suaranya, "gue udah buat beberapa peraturan yang harus ditaati selama kita bersama."
Iqbaal berjalan menuju meja makan, (Namakamu) hanya bersedekap dada melihat Iqbaal.
"Kalau gue nggak mau?" tanya Iqbaal yang kini mengambil posisi duduk di kursi meja makan.
"Gue tonjok."
Iqbaal terdiam, dia mulai mengambil kertas HVS itu untuk dibacanya.
Peraturan dalam Apartment.
1. Dilarang mengganggu kehidupan pribadi dari kedua belah pihak. Jika salah satu dari pihak tersebut mengganggu maka sanksi yang diterima adalah denda uang sebesar 3.000.000,- (Tiga juta rupiah).
2. Setiap hari harus ada pergantian dalam membersihkan Apartment untuk kesepakatan bersama. Jika salah satu dari pihak tidak menerimanya, diberi sanksi yaitu denda membelikan makanan jadi selama 10 Minggu berturut-turut. Masih tidak mau juga menurutinya, dijadikan samsak hidup oleh (Namakamu).
Iqbaal melirik (Namakamu) yang tersenyum sinis kepadanya, Iqbaal menghela napasnya. Kembali ia membaca peraturan itu.
3. Dilarang membawa tamu ke apartment jika tidak ada persetujuan kedua belah pihak. Jika melanggarnya, maka salah satu pihak tidur di luar apartament.
4. Jika keluarga kedua belah pihak datang dan menginap, kunci seluruh kamar yang ada, dan usahakan jangan menginap. Jika tidak berhasil juga, jadikan salah satu kamar untuk tidur bersama dengan BED YANG TERPISAH!
5. Terakhir, Belanja bulanan harus sama-sama. INGAT! SAMA-SAMA!
Iqbaal meletakkan kertas HVS itu ke atas meja makan itu lagi, ia menatap (Namakamu) dengan kedua jarinya ia satukan."Oke, gue sepakat."
(Namakamu) tersenyum kecil mendengar kata sepakat itu. Here we go!
**
Papi (Namakamu) tersenyum melihat anak gadisnya datang dengan suaminya, ia rindu dengan anak gadisnya ini.
Iqbaal tersenyum sembari menyalim mertuanya dengan sopan, Papi (Namakamu) mengusap kepala Iqbaal dengan lembut. "Kami ganggu nggak suruh kalian datang ke sini?" tanya Papi (Namakamu) ke arah Iqbaal yang kini menghadapnya.
"Nggak, Pi. Lagi pula, kami juga lagi liburan kalau hari Minggu. Sekalian mau kasih ini," Iqbaal memberikan sekantong plastik besar yang berisi makanan dan minuman."Kami juga takutnya jarang-jarang ke sini karena kesibukan kantor."
Papi (Namakamu) menerimanya dengan senyum bahagianya, "nggak perlu repot-repot, Baal. Dengan kalian datang saja kami sudah senang. Duduk, Nak," balas Papi (Namakamu) dengan ramah.
Iqbaal pun duduk di sofa itu ruang tamu itu, ia melihat di sekeliling dinding rumah itu yang terdapat foto-foto keluarga bahagia itu.
"Gimana belakangan ini, (Namakamu)nya banyak tingkah nggak?" tanya Papi (Namakamu).
Iqbaal menyunggingkan senyumnya, "namanya juga baru-baru nikah, Pi. Kami masih mencoba dekat dulu, mau mempelajari satu dengan yang lainnya, jadi ya, maklum-maklum aja," jawab Iqbaal dengan bijak.
Papi (Namakamu) terlihat puas dengan jawaban menantunya ini, tak lama mereka berbicara, (Namakamu) pun muncul dengan membawa nampan minuman ke arah Iqbaal dan Papinya. Papinya terlihat bahagia melihat anak gadisnya yang menyajikan minuman kepada mereka.
"Papi jadi iri anak gadis Papi bukan ngurus Papi lagi, tapi ngurus suaminya," ucap Papi (Namakamu) dengan godaannya.
Iqbaal hanya tersenyum kecil mendengar godaan mertuanya itu, (Namakamu) yang setelah meletakkan minuman itu pun langsung duduk di samping Iqbaal. "Papi kan ada Mami yang ngurusin, masih aja cemburu," balas (Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas.
Papi (Namakamu) tertawa khas laki-laki mendengar ucapan anak gadisnya. "Ya, wajar, Sayang. Kamu anak perempuan Papi tentu Papi cemburu," Papi (Namakamu) mulai meminum tehnya, "ayo, diminum, Nak."
Iqbaal pun mengangguk sembari mengangkat cangkir tehnya, ia meniup kecil kemudian mulai menyesapnya. Dia merasakan bukan teh, tapi air garam. Iqbaal melirik (Namakamu) yang tersenyum manis kepadanya, kini ia tahu sekarang. Iqbaal terpaksa menelannya.
"Gimana, Baal? Enak kan buatan istri kamu?" tanya Papi (Namakamu) kepada Iqbaal.
Iqbaal membasahi bibirnya yang terasa asin, "(Namakamu) memang pintar bikin teh," gumam Iqbaal melirik (Namakamu) yang terlihat bahagia mendengar gumaman Iqbaal. (Namakamu) yang mendengar itu memukul bahu Iqbaal sedikit kuat, Iqbaal terkejut.
"Kamu bisa aja," balas (Namakamu) dengan senyum malu-malu yang ia buat. Iqbaal benar-benar tidak habis akal dengan semua ini, (Namakamu) mulai mengusap bahu Iqbaal dengan lembut, Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Kalau gitu, habiskan dong, Baal. Aku buatnya khusus untuk kamu, dengan cinta pula. Ayo, habiskan." (Namakamu) merayu Iqbaal dengan imutnya.
Papi (Namakamu) merasakan anak gadisnya mulai berubah menjadi ke arah lebih baik, ia bangga dengan keputusannya. "Hahaha.. kalian ini memang serasi ya."
Iqbaal hanya bisa tertawa menderita mendengar ucapan (Namakamu)."Demi kamu, aku akan habiskan walaupun lidah aku melepuh." Dan benar, tanpa ada berhenti, Iqbaal menghabiskannya. Mungkin sehabis ini, dia akan di rawat di rumah sakit karena hipertensi.
(Namakamu) tertawa malu-malu, padahal dia sudah hampir melompat kesenangan. Iqbaal meletakkan cangkir itu ke atas meja itu dengan pelan. Asin.
'Siapa suruh matiin musik gue,' batin (Namakamu) menatap Iqbaal yang berusaha untuk tidak terlihat mengernyitkan dahinya.
**
"Menikah?"
Alwan menganggukkan kepalanya menatap seorang gadis cantik yang tengah terkejut itu. "Bukannya dia tidak ingin menikah?"tanya gadis cantik itu.
Alwan memberikan undangan itu ke meja gadis cantik itu,"buktinya dia nikah, kan? Sal, dia juga laki-laki yang perlu teman hidup kali."
Salsha- gadis cantik- itu bersedekap dada melihat undangan itu, ia merasakan hancur sehancurnya saat melihat undangan pernikahan itu. Cinta pertamanya, cinta yang selalu ia nanti-nanti itu telah menikah dengan perempuan lain. "Kenapa Iqbaal jahat sih, Wan?" tanya Salsha dengan sedih.
Alwan menatap Salsha dengan prihatin,"dari awal harusnya lo tahu kalau itu salah. Dia laki-laki yang susah untuk disentuh oleh cinta, lo lihat kan perlakuannya selama ini dengan lo? Lo baik, dia juga baik, lo senyum, dia juga senyum. Bahkan lo yang pergi aja untuk menyadarkan dia, dia malah membiarkan saja, karena apa? Dia nggak peka akan cinta lo."
Salsha membaca undangan itu dengan sakit hatinya,"harusnya nama gue yang di sana," gumam Salsha dengan sedihnya.
Alwan hanya menghela napasnya dengan pelan.
"Kita ke Indonesia, gue mau ketemu Iqbaal."
**
Bersambung
P.S : Minrik publish kembali ceritanya, jadi kalian yang merasa terspam notifikasinya, dihapus aja dulu karya Minrik. Setelah part lengkap, baru yang mau add dipersilahkan.
Ayo! Vote dan Komentar agar semangat menulisnya kembali =D
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Little Family
FanfictionCover by : @-Ventum "Gue punya teka-teki buat lo." Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Apa?" "Kenapa 'why' selalu 'always'?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersenyum manis, "karna lo bego!" "Lo yang bego! Malah ngatain gue. "