Chapter 7

3.9K 365 49
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Dirumah mewah. Keesokan harinya.

Pagi ini Kongpob bangun lebih awal dari biasanya. Dia akan bersiap-siap untuk mengantarkan Kit ke sekolah dan bersiap untuk pergi kerja. Hari ini Singto memintanya untuk mengecek barang masuk. Tadinya dia tidak mau melakukannya, namun saat mendengar nama yang sangat dia cintaii, dia langsung menyetujuinya dengan senang hati.

Flashback.

Usai mengganggu Singto dan Anna, Kongpob keluar kamar kembarannya. Namun Singto menyeretnya ke ruang kerjanya yang berada di sebelah kamar.

"P'Sing..... Lepaskan aku......", ucap Kongpob sambil mencoba melepaskan pittingan kembarannya, namun Singto tidak mempedulikannya. Merekapun masuk keruang kerja Singto. Disana sudah ada Em yang menunggu.

"Duduklah", perintah Singto setelah melepaskan pittingannya. Singto berjalan menuju sofa di samping Em. Kongpob juga duduk di sofa lainnya.

"Mulai besok dan seterusnya, aku mau kau untuk melakukan pengecekan barang yang datang dari supplier untuk departemenstore dan juga hotel", perintah Singto.

"Aku? Kenapa harus aku? Kau saja. Atau suruh anak buahmu. Kau kan memiliki anak buah. Mengapa harus kau yang turun tangan? Aku tidak mau melakukan hal itu", ucap Kongpob sambil memandangi Em.

"Aku memang memiliki anak buah, tapi untuk urusan barang masuk, aku ingin memastikannya sendiri", ucap Singto.

"Begitu? Lalu kenapa harus aku? Kau saja yang melakukannya. Aku mau bersantai menikmati kerja kerasmu", ucap Kongpob dengan santai.

"Aku ingin cuti selama beberapa hari. Aku ingin bersama istriku", jawab Singto.

"Kau ingin cuti dan memintaku menggantikanmu? Enak sekali kau?", tanya Kongpob. "Aku semakin tidak mau. Biar aku saja yang menjaga Anna dan my princess", ucap Kongpob. Singto memandangi kembarannya dengan kesal.

"Kau mau menggoda istriku lagi selama aku bekerja, huh?", tanya Singto sambil mendelikkan kedua matanya. Kongpob hanya menaikkan bahunya acuh. "Baiklah. Em, kau boleh menggoda P'Arthit", ucap Singto pada Em. Em memandang horror pada Singto. Singto hanya memandangi Em dengan wajah santai.

"P'Arthit? Kenapa kau berkata seperti itu? Em, awas kau jika kudapati kau menggoda calon istriku. Aku akan langsung membunuhmu saat itu juga", tanya Kongpob pada Singto lalu beralih menatap tajam pada Em. Em menelan ludahnya mendengar ucapan Kongpob.

"Karena P'Arthitlah yang menjadi supplier kita. Jika kau tidak mau, maka aku akan menyuruh yang lain saja. Ah... Aku akan menyuruh Maprang saja. Kudengar dia pernah menyukai P'Arthit. Aku juga akan memintanya untuk menggoda P'Arthit", ucap Singto dengan santai.

"Maprang? Tidak tidak tidak. Aku yang akan melakukannya. Maprang tidak boleh mendekati calon istriku. Dia itu sangat menyukai calon istriku. Aku tidak mau dia benar-benar menggodanya", ucap Kongpob. Dia sangat tahu jika sahabat saat kuliahnya dulu itu sangat menyukai Arthitnya.

"Bagus. Mulai besok dan seterusnya, kau urus masalah itu. Aku akan kembali kekamar. Em, kau bantu si nakal itu. Jangan sampai dia membuat kekacauan. Kau laporkan saja jika dia selalu menggoda P'Arthit selama bekerja", ucap Singto pada Kongpob lalu pada Em. Em menganggukkan kepalanya. Singto pun pamit kembali ke kamarnya.

"Em, sejak kapan P'Arthit ku menjadi supplier kita? Bukankah dia menolak untuk bekerja sama dengan kita?", tanya Kongpob sambil berpindah duduk mendekati Em.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang