Chapter 3

4.4K 428 100
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

"Maaf saya terlambat", ucap Kongpob sambil tersenyum pada Arthit.

"Kongpob?", ucap Arthit pelan saat mengetahui siapa yang datang.

"Khun Arthit, dia khun Kongpob. Dia adik dari pemilik perusahaan ini. Dia lah yang akan mengurus kerja sama kita", ucap sekretaris berambut sebahu itu sambil tersenyum.

"Damn. Mengapa aku harus berurusan dengan pria brengsek ini?", umpat Arthit yang menyesal karena dia menyetujui usulan Toptap yang menyuruhnya untuk menjalin kerja sama dengan sebuah hotel dan departemen store.

"Sawatdee khap, P'Arthit. Bagaimana kabarmu?", ucap Kongpob sambil memberi wai pada Arthit.

"Sawatdee, P'Arthit", ucap Em sambil memberi wai.

"Sawatdee khap", ucap Arthit yang mencoba sopan santun.

"Kau boleh pergi", ucap Em pada sekretaris Singto. Wanita itu langsung pergi.

"Bagaimana kabarmu, P'Arthit?", tanya Kongpob lagi.

"Baik", jawab Arthit malas.

"Oh syukurlah. Mengapa waktu itu kau tidak mengenaliku?", tanya Kongpob yang penasaran.

"Aku lupa dan sekarang baru ingat", jawab Arthit malas. "Sepertinya saya tidak jadi ingin bekerja sama dengan perusahaan anda. Sebaiknya saya pergi", ucap Arthit. Dia tidak ingin berlama-lama didekat pria brengsek bernama Kongpob itu.

Pria itu selalu mengingatkannya akan masa lalunya yang di usir oleh ayah tirinya yang selalu menganggapnya aneh itu. Arthit hendak berjalan keluar, namun ucapan Kongpob membuatnya memaki Toptap.

"P'Arthit tidak bisa membatalkan kerja sama ini, karena P'Toptap sudah menerima uang dari kami. Perusahaan kami sudah mentransferkan uang padanya untuk segera mengirimkan buah-buahan segar dan juga beberapa bahan makanan lainnya. Jadi jika P'Arthit ingin membatalkan kerja sama itu, phii harus mengganti rugi semua uang yang sudah perusahaan kami transferkan beserta bunganya", ucap Kongpob.

"Apa? Kau bercanda? Mengapa Toptap tidak pernah mengatakan apapun?", tanya Arthit mulai naik darah. Ucapan Kongpob tadi terkesan sombong menurutnya. Ya. Kongpob yang dulu dia kenal juga sama seperti Kongpob yang sekarang sombong dan sedikit arogan. Itu menurut Arthit.

"Coba saja phii tanyakan padanya jika phii tidak percaya padaku", ucap Kongpob. Arthit segera merogoh saku celananya dan menghubungi Toptap.

"Damn. Kau ini. Mengapa seenaknya saja menerima uang dari pria brengsek itu?", umpat Arthit pada Toptap di seberang telepon.

".........."

"Aku memang membutuhkan uang. Tapi tidak dengan cara seperti itu", ucap Arthit kesal.

".........."

"Kau tidak tahu siapa pemilik perusahaan itu? Mustahil", ucap Arthit tak percaya.

"..........."

"Sekarang juga kau kembalikan semua uang yang sudah mereka transferkan. Aku tidak sudi untuk menerima uang dari pria brengsek itu", perintah Arthit.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang