Chapter 27

2.9K 315 46
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Dua hari kemudian.

Seorang pria tampak sedang berbicara serius dengan orang di seberang sana.

"Cari tahu lagi semuanya. Aku ingin pria tua bangka itu hidup dalam penderitaan selamanya. Aku ingin dia menderita selama sisa hidupnya", ucap pria tampan itu dingin. Bahkan dinginnya bisa menusuk tulang bagi yang mendengarnya.

".........."

"Kalau mendapatkan informasi lagi, kabari aku. Aku akan segera membuat perhitungan pada tua bangka itu", perintah pria tampan itu.

Tanpa pria tampan itu sadari, ada pria lainnya yang tidak sengaja menguping pembicaraannya. Pria itu keluar dari tempat persembunyiannya.

"Kong, makan malam sudah siap. Ayo kita makan", ucap pria itu. Pria yang di panggil itu membalik badannya dengan wajah sedikit terkejut dengan kehadiran pria dihadapannya itu.

"Sejak kapan phii berdiri disitu?", tanya pria tampan yang tak lain adalah Kongpob itu.

"Baru saja. Mengapa kau memasang wajah terkejut seperti itu? Kau pikir aku hantu?", jawab pria manis yang tak lain adalah Arthit itu.

"Bukan begitu. Aku hanya keget saja karena phii tiba-tiba ada dibelakangku", ucap Kongpob masih memegang handphonenya yang masih menyala.

"Kau terlalu serius dengan teleponmu, makanya tidak menyadari kedatanganku", ucap Arthit. "Ayo kita makan. Bian dan bu Lee sudah menunggu", ajak Arthit. Kongpob menganggukkan kepalanya.

"Phii duluan saja. Aku akan menyusulmu sebentar lagi", ucap Kongpob. Arthit menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Kongpob.

"Em, sudah dulu na. Istriku sudah memanggil untuk makan malam", ucap Kongpob saat handphonenya sudah berada di samping telinganya. Kongpob masuk kedalam rumah dan menutup pintu depan. Lalu berjalan menuju dapur.

"Daddy.... Ayo kita makan. Bian mau disuapi daddy na", ucap Bian sambil mendekati Kongpob.

"Ao, princessnya daddy mau disuapi daddy na?", tanya Kongpob sambil membungkuk. Bian menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Daddy akan menyuapkan princess Bian", ucap Kongpob sambil tersenyum dan mencubit gemas kedua pipi Bian. Kongpob langsung menggendongnya dan duduk di samping kanan Arthit.

Mereka makan malam bersama sambil mengobrol ringan. Lebih tepatnya ketiga orang dewasa itu menanggapi ocehan Bian yang bercerita mengenai apa saja yang dia lakukan bersama temannya di sekolah.

Usai makan malam, Arthit membantu bu Lee membereskan meja makan.

"Phii, aku akan menidurkan Bian di kamarnya. Dia sudah mengantuk", ucap Kongpob. Arthit menoleh dan menganggukkan kepalanya. Kongpob pergi sambil menggendong Bian. Arthit terus memperhatikannya hingga menghilang di balik pintu.

"Nak, mau sampai kapan kau mengakui perasaanmu padanya? Bian juga membutuhkan sosok ayah yang sesungguhnya", ucap bu Lee.

"Oon masih bingung, bu", ucap Arthit.

"Hm. Ibu mengerti. Tapi pikirkanlah lagi", ucap bu Lee. "Kau istirahatlah. Sisanya biar ibu yang membereskannya", ucap bu Lee yang melihat Arthit selesai membilas piring terakhir yang dia cuci. Arthit menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan bu Lee seorang diri.

Arthit berjalan dilorong pendek rumahnya. Dia berhenti didepan kamar Bian yang sedikit terbuka. Tampak Kongpob sedang membacakan cerita pada Bian.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang