Epilog

4.4K 279 45
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Beberapa jam kemudian.

Kongpob yang setia menunggu di samping tempat tidur Arthit itupun kembali di kagetkan dengan pergerakan tangan dari Arthit. Kali ini Arthit membuka matanya. Benar-benar membuka matanya. Kongpob sangat senang karena Arthit membuka matanya dan kembali.

"P'Arthit", ucap Kongpob saat melihat Arthit yang mengerjapkan matanya secara perlahan. Merasa ada yang berbicara, Arthit menoleh dan mendapati Kongpob yang tersenyum padanya.

"P'Arthit.... Aku sangat senang kau kembali. Aku sungguh takut kehilanganmu.....", ucap Kongpob terpotong.

"Kau siapa? Dimana aku?", tanya Arthit saat melihat Kongpob dan sekekilingnya. Kongpob terdiam mencerna pertanyaan Arthit.

"Aku Kongpob, phii. Kau lupa padaku? Sekarang kau ada dirumah sakit", jawab dan tanya Kongpob. Arthit menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mengenalmu. Aku bahkan tidak mengingat siapa namaku. Dan mengapa aku ada dirumah sakit?", ucap Arthit. Kongpob kembali terdiam. Arthit menarik tangannya dari genggaman tangan Kongpob. Kongpob tersadar.

"Phii benar-benar tidak ingat padaku?", tanya Kongpob saat tersadar. Arthit menggelengkan kepalanya.

"Phii tunggulah sebentar. Aku akan memanggilkan dokter", ucap Kongpob panik. Kongpob langsung berlari keluar kamar rawat Arthit dan mencari perawat ataupun dr. Sam.

Tak lama kemudian Kongpob datang lagi bersama seorang dokter.

"Ada apa dengannya, dok? Mengapa dia tidak bisa mengingat namanya dan aku?", tanya Kongpob pada dokter pria yang sedang memeriksa Arthit.

"Mengapa saya bisa ada disini, dok?", tanya Arthit.

"Apa khun mengingat nama khun?", tanya dr. Sam. Arthit menggelengkan kepalanya.

"Nama saya siapa, dok? Dia memanggil saya P'Arthit. Apa nama saya Arthit?", tanya Arthit sambil menunjuk Kongpob.

"Nama khun memang Arthit. Khun benar-benar tidak mengingat nama khun?", tanya dr. Sam lagi. Arthit kembali menggelengkan kepalanya. Dokter itu melakukan beberapa tes pada Arthit seperti menunjukkan jari-jarinya dan meminta Arthit menyebutkan angka dari jari-jarinya.

"Apakah khun mengingat Bian?", tanya dokter tersebut yang mengingat nama itu. Arthit menganggukkan kepalanya. "Siapa itu Bian?", tanya dokter itu lagi.

"Bian adalah putri saya, dok", jawab Arthit penuh keyakinan. Dokter itu menganggukkan kepalanya mengerti.

"Putri khun?", tanya dokter itu. Arthit menganggukkan kepalanya. "Bisa khun ceritakan mengenai Bian?", tanya dokter itu lagi.

"Saya tidak ingat. Namun yang sangat saya ingat, saya memiliki rahim dan Bian adalah anak yang saya lahirkan", jawab Arthit. "Apa saya memang memiliki rahim? Saya pria, bukan?", tanya Arthit sambil meraba rambut dan juga selangkangannya.

"Khun memang memiliki rahim dan bisa melahirkan. Khun adalah pria yang istimewa", ucap dokter tersebut sambil tersenyum.

"Baiklah. Saya rasa cukup. Saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut", ucap dokter tersebut pada Arthit.

"Ada apa dengannya, dok?", tanya Kongpob yang khawatir.

"Kita bicara diluar saja", ucap dr. Sam. "Sebaiknya khun kembali beristirahat. Jangan terlalu memaksakan ingatan khun untuk sementara waktu", ucap dr. Sam pada Arthit. Arthit menganggukkan kepalanya mengerti. Dr. Sam pun pamit keluar.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang