Chapter 10

3.4K 324 44
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

"Paman sudah mau pulang? Mengapa tidak tidul disini saja? Paman bisa tidul sama papa", ucap Bian dengan polosnya.

"Bian....", ucap Arthit kaget saat mendengar ucapan Bian. Kongpob senyum-senyum sendiri mendengar ucapan Bian.

"Tidak perlu, sayang. Paman pergi saja. Papa kamu tidak suka paman", ucap Kongpob dengan wajah sedihnya.

"Papa.... Papa tidak boleh tidak suka pada olang lain. Papakan selalu bilang pada Bian kalau Bian tidak boleh membenci olang lain. Kenapa papa malah tidak menyukai atau membenci daddy nya P'Kit?", tanya Bian polos. Arthit kembali berjongkok dan menangkup wajah Bian.

"Papa tidak membenci daddy nya P'Kit, sayang. Paman ini hanya bercanda saja. Iya kan, paman?", ucap Arthit pada Bian lalu pada Kongpob sambil mendelikkan matanya tajam.

"Hehehe... Iya, Bian. Paman hanya bercanda. Papa kamu bahkan sangat menyukai paman", ucap Kongpob lembut pada Bian lalu menatap Arthit dan mengedipkan matanya menggoda Arthit. Arthit memandangnya dengan geram.

"Kalau begitu ayo paman masuk. Paman tidul disini malam ini sama papa", ucap Bian sambil menarik Kongpob masuk kedalam rumahnya.

"Bian, paman ini mau pulang", ucap Arthit lembut.

"Tidak boleh. Sudah malam. Paman tidul disini sama papa", ucap Bian sambil tersenyum. "Ayo paman. Bian antalkan paman ke kamal papa. Paman tidul disini malam ini", ucap Bian pada Kongpob sambil terus menarik Kongpob. Kongpob memandangi Arthit lalu tersenyum licik. Arthit memandangnya tajam.

"Ini kamalnya papa. Paman tidul disini sama papa. Bian tidul sama nenek dikamal Bian. Bian mau tidul dulu. Paman tidullah sama papa. Besok kita main belsama ya paman", ucap Bian sambil mengucek matanya yang mulai mengantuk. Mereka sudah berada di depan sebuah pintu.

"Iya, sayang. Paman akan tidur disini. Terima kasih, Bian sayang. Kau sangat imut seperti papamu", ucap Kongpob tulus pada Bian sambil membelai kepalanya. Bian hanya menganggukkan kepalanya.

"Bian tidul dulu papa, paman", ucap Bian pada Arthit lalu pada Kongpob.

"Papa akan mengantarmu kekamar", ucap Arthit lalu menggendong Bian dan berjalan meninggalkan Kongpob sendirian.

"Meskipun hampir di pukuli warga karena di curigai sebagai pencuri, keberuntungan malah berpihak padaku. Terima kasih anak manis. Kau sangat imut dan lucu", ucap Kongpob sambil tersenyum senang. Kongpob bersandar di pintu kamar Arthit dan menunggunya. Senyum selalu terukir di wajah tampannya. Senyumnya semakin lebar saat melihat Arthit.

"Apa senyum-senyum?", tanya Arthit jutek.

"Ao... Kau semakin imut, phii", goda Kongpob.

"Kau pergilah. Aku tidak mau kau ada disini", ucap Arthit mengusir Kongpob.

"Ao, phii. Kau tega padaku? Ini sudah malam. Tidak mungkin aku kembali tidur di luar? Diluar banyak nyamuk, phii. Lagipula Bian anakmu yang imut itu memintaku tidur denganmu. Kalau aku pergi, besok pasti Bian akan mencari pamannya yang tampan ini", ucap Kongpob sambil memuji diri.

"Aissshhh...", ucap Arthit kesal. Dia tidak mungkin benar-benar mengusir Kongpob. Tadi Bian memintanya lagi agar Kongpob tidur disini malam ini. Dia pergi meninggalkan Kongpob ke ruang tamunya dan mengunci pintu. Kongpob mengikutinya.

"Kau tidurlah di kursi itu. Aku tidak mau tidur satu kamar dengan orang mesum sepertimu", ucap Arthit jutek. Kongpob hendak protes, namun Arthit menatapnya tajam.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang