Chapter 20

3K 311 70
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

Beberapa menit kemudian.

Sesampainya dirumah, Kongpob langsung masuk begitu saja kedalam rumah. Anna mengambil alih Arra dari gendongan babysitternya, setelah menurunkan Kit dari dalam mobil.

"Ayo, phii. Masuk", ajak Anna pada Arthit. Arthit memandangi rumah di depannya.

"Phii, ayo", ucap Anna lagi. Arthit hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti Anna masuk kedalam rumah.

"Duduklah. Anna akan meletakkan Arra di tempat tidur", ucap Anna pada Arthit saat sudah di dalam ruang tamu. Arthit menganggukkan kepalanya dan melepaskan ranselnya dan duduk dikursi ruang tamu.

Tak lama kemudian Anna datang lagi dengan membawa minuman dan cemilan. Anna duduk di kursi di depan Arthit. 

"Silahkan dicicipi dan dimimun, phii", ucap Anna. Arthit menganggukkan kepalanya dan mengambil gelas berisi teh hangat dan meminumnya. 

"Sudah berapa hari Bian sakit?", tanya Anna yang merasa khawatir dengan keadaan Bian. 

"Sudah beberapa hari ini. Dia tidak mau makan, nong. Dia mau Kongpob yang menyuapkannya", jawab Arthit.

"Nong, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal sudah mengusir kalian waktu itu. Kumohon maafkan aku. Kumohon, tolong bujuk Kongpob untuk mau ikut bersamaku pulang. Bian sangat membutuhkannya", ucap Arthit tulus dan memohon.

"Anna pasti akan membuat P'Kongpob ikut bersamamu, phii", ucap Anna.

"Terima kasih. Terima kasih banyak, nong. Aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku. Aku benar-benar menyesal", ucap Arthit.

"Kami akan memaafkanmu kalau phii mau menerima lamaran kami", ucap seseorang yang baru masuk. Sontak membuat Anna dan Arthit menoleh padanya.

"P'Sing?", ucap Anna kaget dengan ucapan Singto. Anna langsung menoleh pada Arthit. Arthit tampak berpikir.

"Bagaimana? Kudengar dari istriku, katanya Bian sakit dan membutuhkan adikku. Aku tidak mungkin membiarkannya pergi bersama orang yang sudah mengusir kami begitu saja. Bisa saja setelah Bian sembuh, adikku kembali di usir lagi", ucap Singto.

"P'Sing, mengapa berbicara seperti itu?", tanya Anna. Tadi dia sempat menelpon Singto dan memintanya untuk jangan mengungkit masalah pengusiran itu, tapi suaminya malah mengungkit masalah itu.

"Kau masuklah. Ini urusanku dengannya. Mana anak nakal itu?", perintah Singto.

"P'Kong, ada dikamarnya", jawab Anna.

"Oh, baguslah. Dia memang tidak boleh lagi bertemu dengannya", ucap Singto terdengar dingin. "Jadi, bagaimana tawaranku?", tanya Singto pada Arthit. Arthit masih terdiam. "Kalau phii tidak mau, silahkan pergi dari rumah ini. Aku tidak mau melihat orang yang sudah mengusir kami dan menolak adikku", ucap Singto dingin.

"Phii....", ucap Anna kesal dengan kelakuan suaminya. "Jangan dengarkan dia, phii. Phii tenang saja. Aku pasti akan membuat P'Kong ikut denganmu pulang", ucap Anna padq Arthit.

"Kubilang MASUK", ucap Singto pada Anna.

"Aku sudah didalam. Kenapa phii menyuruhku masuk?", ucap Anna.

"MASUK KEKAMAR", ucap Singto geram pada istrinya.

"Jika kau ingin mengusir P'Arthit, aku tidak mau masuk", jawab Anna kesal.

"Aku memang ingin mengusirnya seperti apa yang sudah dia lakukan, jika dia menolaknya. Jadi masuk kekamar sekarang", ucap Singto.

"Tidak mau", ucap Anna malah bersandar di sofa. Singto semakin geram dengan istrinya.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang