Chapter 24

3.2K 325 40
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

"Kau tak perlu tahu bagaimana masa laluku. Bian memanggilmu. Dia tidak bisa tidur. Dia mau kau membacakan cerita untuknya", ucap Arthit dingin lalu pergi meninggalkan Kongpob yang terdiam, namun dia berbalik. "Dan juga, siapa yang menyuruhmu membuka laci di dalam lemariku? Kau terlalu lancang", ucap Arthit berbalik sesaat memandangi Kongpob dengan tajam. Kongpob merasa semakin tak enak hati. Arthit pergi meninggalkannya.

"Darimana dia tahu? Bukankah tadi dia tidak melihatnya?", tanya Kongpob pelan pada dirinya sendiri.

Kongpob pergi meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamar Arthit. Disana hanya ada Bian yang sedang membuka-buka sebuah buku bergambar.

"Daddy.....", teriak Bian senang saat melihat Kongpob. Kongpob tersenyum dan berjalan mendekati tempat tidur.

"Bian tidak bisa tidur?", tanya Kongpob. Bian hanya menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Daddy akan membacakan cerita untuk Bian. Sini bukunya. Daddy akan membacakannya untuk Bian", ucap Kongpob lembut pada Bian. Bian langsung memberikan buku yang dia pegang pada Kongpob. Kongpob mengambil buku itu dan memposisikan dirinya dengan bersandar di tempat tidur.

Kongpob mulai membaca cerita yang ada didalam buku. Sambil membaca cerita itu, tangan kiri Kongpob mengelus lembut rambut Bian yang berada didalam dekapannya. Kongpob bersandar di headboard dan Bian bersandar di dekapan Kongpob. Keduanya sama-sama melihat buku cerita bergambar itu sambil sesekali Bian bertanya ini itu saat melihat gambar dibuku cerita itu.

"Daddy, menikah itu apa?", tanya Bian yang memang penasaran. Kongpob baru saja selesai membacakannya cerita yang endingnya putri dan pangeran menikah.

"Menikah itu....", ucap Kongpob bingung mencari kata-kata yang pas untuk di beritahukan pada Bian. "Menikah itu seperti ini. Sang putri dan pangeran akhirnya bersama. Mereka hidup di istana yang sama. Mereka juga nantinya akan memiliki anak yang lucu seperti Bian. Hm...apalagi ya?", Kongpob mencoba menjelaskan dengan kata-kata yang mudah Bian mengerti.

"Kalau begitu, sama sepelti daddy dan mama ya, daddy?", tanya Bian.

"Sama seperti daddy dan mama?", Kongpob balik bertanya.

"Iya. Menikah itu sepelti daddy dan mama. Daddy dan mama sama-sama tinggal di istana ini", jawab Bian.

"Istana?"

"Iya daddy. Mama sering mengatakan lumah ini sebagai istana mama, Bian dan nenek juga. Makanya mama mengajak Bian kembali kesini. Bian juga suka disini dalipada di kota. Dikota banyak asap, tidak sepelti disini. Mama bilang udala disini sangat baik buat Bian", jelas Bian. Kongpob menganggukkan kepalanya mengerti.

"Jadi daddy, menikah itu sama sepelti daddy dan mama kan?", tanya Bian.

"Sayang, daddy dan mama itu bukan menikah. Kami hanya tinggal bersama saja", ucap Kongpob.

"Kenapa daddy?", tanya Bian.

"Karena menikah itu harus di awali dengan sebuah perjanjian suci di depan seorang pendeta. Seperti ini", jawab Kongpob sambil menunjuk gambar pendeta yang ada di buku cerita bergambar itu. "Dia yang menikahkan putri dan pangeren. Putri dan pangeran sama-sama mengucapkan janji suci di depannya dan dihadapan Tuhan. Keluarga dan teman-teman putri dan pangeran juga akan hadir untuk mendengar janji suci itu, sayang", jelas Kongpob.

"Oh, begitu", ucap Bian. "Kalau begitu, daddy dan mama menikah saja. Daddy dan mama juga sudah tinggal belsama", ucap Bian. Ucapan Bian membuat Kongpob kaget, namun dia tersenyum.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang