Chapter 15

3.2K 318 69
                                    

SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

================================

"Tak akan pernah ada kesempatan untukmu. Aku sangat membencimu. Aku memintamu datang karena anakku, jika tidak, aku malas bertemu denganmu. Tidurlah", ucap Arthit lalu pergi meninggalkan Kongpob yang berlutut di dapur.

"Tapi Bian adalah anakku juga, phii. Kumohon berikan aku kesempatan. Aku akan menjadi ayah dan suami yang baik untuk kalian", ucap Kongpob mencoba meyakinkan Arthit. Arthit tak mempedulikan ucapan Kongpob dan pergi keruang tamunya dan memastikan bahwa pintu sudah terkunci.

Kongpob mengikuti Arthit ke ruang tamu. Arthit memeriksa jendela dan pintu lalu menguncinya. Saat Arthit mengunci pintu, Kongpob memeluknya dari belakang.

"Phii.... Kumohon, berikan aku kesempatan. Maaf kalau selama ini aku tidak tahu mengenai apa yang terjadi. P'Sing mengirimku untuk melanjutkan studiku ke Paris. Aku tidak tahu lagi kabar tentangmu setelah phii menghilang. Kumohon, berikan aku kesempatan", ucap Kongpob lirih dan membenamkan wajahnya di leher belakang Arthit. "Kumohon", ucap Kongpob saat Arthit hendak melepaskan pelukannya.

"Aku sangat mencintaimu, phii. Izinkan aku menjaga kalian. Kumohon", ucap Kongpob. Air mata mulai turun dari matanya. Mereka terdiam di posisi mereka.

"Papa..... Paman....", panggil Bian sambil menarik-narik ujung baju Arthit dan Kongpob. Arthit segera melepaskan dan mendorong Kongpob.

"Bian?", ucap Arthit kaget saat melihat Bian ada di depannya.

"Papa dan paman mengapa belpelukan?", tanya Bian dengan polosnya.

"Papa dan paman tidak berpelukan, sayang", ucap Arthit berbohong.

"Bian lihat. Papa dan paman belpelukan", ucap Bian.

"Bian kenapa bangun? Ayo kita tidur lagi", tanya Arthit mengalihkan pembicaraan.

"Bian bangun kerena papa dan paman tidak ada, telnyata papa dan paman belpelukan", jawab Bian.

"Bian, paman dan papa tidak berpelukan. Tapi hanya paman yang memeluk papa kamu. Berpelukan itu seperti ini", ucap Kongpob sambil memeluk Arthit dan Bian yang ada di gendongan Arthit.

"Waaaahhhh.... Papa dan paman belpelukan...", teriak Bian histeris saat Kongpob memeluknya dan papanya.

"Bian senang?", tanya Kongpob.

"Bian senang. Papa dan paman cocok. Bian sayang papa dan paman", ucap Bian sambil memeluk Arthit dan Kongpob. Kongpob semakin mengeratkan pelukannya. Arthit diam saja. Entah mengapa jantungnya berdebar tak karuan. Cukup lama mereka berada di posisi itu.

"Sekarang, ayo kita tidur. Paman sudah mengantuk", ucap Kongpob sambil mengambil alih Bian dari gendongan Arthit. Kongpob dan Bian pergi meninggalkan Arthit yang terdiam. Jantungnya berdetak tak karuan saat ini. Arthit memegangi dadanya.

"Ada apa denganku?", ucap Arthit pelan. "Ah... Sudahlah", ucap Arthit lalu menggelengkan kepalanya menghilangkan tatapan sendu Kongpob saat memeluk dia dan Bian.

Arthit berjalan ke kamarnya dan masuk ke kamarnya. Arthit melihat Kongpob sedang menepuk pelan paha Bian sambil bernyanyi.

"Suala paman meldu. Bian suka suala, paman", ucap Bian sambil memeluk leher Kongpob. Kongpob membalas pelukan Bian.

"Bian suka suara paman?", tanya Kongpob.

"Bian sangat suka. Suala paman bagus", ucap Bian.

"Papa", ucap Bian saat melihat Arthit berdiri di dekat pintu. Arthit tersenyum pada Bian. Bian langsung duduk di samping Kongpob.

After One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang