SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.================================
Tiga jam kemudian.
Arthit terus memperhatikan jam dinding yang ada di dapurnya. Ada kecemasan di wajahnya karena seseorang yang sedari tadi pergi, namun belum juga kembali.
"Kemana anak itu? Handphonenya juga tidak dibawa. Apa dia benar-benar tersesat?", ucap Arthit khawatir sambil memperhatikan handphone berwarna hitam di tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menggenggam handphone berwarna merah miliknya.
Sedari tadi Arthit hanya mondar mandir di dalam rumahnya menuju teras. Dia sangat khawatir saat ini karena seseorang yang sedari tadi mengatakan akan ke pasar, namun sampai sekarang belum juga kembali.
"Dimana kau, Kong", ucap Arthit sambil memperhatikan wallpaper yang terpampang di layar handphone milik juniornya itu.
Saat sedang melamun, terdengar pintu depan rumahnya terbuka. Arthit langsung berlari kedepan. Kelegaan tampak diwajahnya saat melihat orang yang dia tunggu akhirnya muncul bersama bu Lee.
"Darimana saja kau, huh? Mengapa baru pulang sekarang?", teriak Arthit pada pria yang baru datang itu. Pria itu tak lain adalah Kongpob.
"Aa... Aku", ucap Kongpob kaget karena Arthit tiba-tiba berteriak padanya.
"Nak, mengapa kau memarahinya?", tanya Bu Lee lembut.
"Aaahh.. Itu...", ucap Arthit tergagap. "Tidak ada apa-apa, bu", ucap Arthit berbohong.
"Tadi nak Kong tersesat. Beruntung ibu menemukannya saat hendak ke pasar. Jadi kami ke pasar bersama", ucap bu Lee berbohong.
"Apa phii mengkhawatirkanku?", tanya Kongpob dengan nada menggoda.
"Khawatir?", tanya Arthit. "Aku khawatir padamu? Jangan bermimpi. Aku tidak akan pernah khawatir padamu. Aku hanya tidak mau repot-repot mencarimu yang tersesat", teriak Arthit lalu pergi meninggalkan Kongpob dan Bu Lee, namun Arthit berbalik lagi dan mendekati Kongpob.
"Kalau mau pergi keluar, bawa handphonemu. Jadi kalau tersesat bisa menghubungi orang lain", ucap Arthit sambil memberikan handphone Kongpob pada pemiliknya. Arthit pun masuk lagi kedalam rumah. Kongpob hanya memandanginya.
"Nak, maafkan kelakuan Oon ya. Dia memang seperti itu. Dia memang tidak pernah menunjukkan kekhawatirannya pada orang-orang yang dia sayangi. Tapi ibu sangat mengenalnya. Sebenarnya, dia tadi sangat khawatir padamu. Ibu bisa melihatnya dari tatapan matanya padamu. Tapi Oon terlalu gengsi untuk mengakuinya. Kau harus bersabar dalam menghadapinya, nak", ucap bu Lee sambil menepuk pelan pundak kanan Kongpob. Kongpob menganggukkan kepalanya.
"Iya, bu", jawab Kongpob.
"Berjuanglah sedikit lagi, nak. Ibu mendukungmu", ucap bu Lee lagi. Kongpob menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih, bu. Kong akan berjuang", ucap Kongpob sambil tersenyum. Bu Lee membalas senyuman Kongpob.
"Ayo kita masuk", ajak bu Lee. Saat ini mereka masih berdiri di luar.
Bu Lee dan Kongpob pun masuk kedalam rumah. Bu Lee langsung menuju kedapur, sedangkan Kongpob berjalan menuju ke kamar Arthit kareba tadi Kongpob melihat Arthit berjalan menuju ke kamarnya. Arthit yang menyadari kedatangan seseorang langsung menghapus air matanya. Kongpob sempat melihat Arthit menghapus air matanya meskipun Arthit membelakanginya.
"Aku mau berganti baju. Bajuku penuh keringat", ucap Kongpob canggung. Arthit hanya diam saja. Arthit berdiri dan hendak keluar kamar dengan melewati Kongpob. Kongpob menahan tangan kiri Arthit, namun Arthit sama sekali tidak membalik tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand
Fanfiction"I hate him", - Arthit - "I really like him. But after that night, he disappeared" - Kongpob -