SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.================================
Beberapa bulan kemudian.
Seorang pria berjas hitam dengan kaca mata bulatnya tampak sedang sibuk membaca berkas yang ada di hadapannya. Seorang pria berkulit putih masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"Mengapa kau melakukan itu pada ayahku? Kau sampai membuatnya sakit", tanya pria itu kesal.
"Ao... P'Toptap? Bagaimana kabarmu?", tanya pria berkaca mata itu sambil memberi salam.
"Jangan berbasa-basi denganku. Katakan. Apa yang kau katakan pada ayahku?", tanya pria itu lagi. Pria berkaca mata itu hanya tersenyum
"Aku hanya mengatakan akan mengambil semua aset miliknya jika dia masih tidak mau mengakui kalau P'Arthit adalah bagian dari keluarganya", ucap pria berkaca mata itu dengan santainya.
"Kau sudah berjanji padaku bahwa kau tidak akan mengambil alih perusahaan ayahku apapun yang terjadi....", ucap pria itu terpotong.
"Aku tidak pernah berjanji apapun. Lagipula, apa susahnya mengakui pada dunia bahwa Arthit adalah anak dari istrinya? Tapi pria tua itu tetap teguh pada pendiriannya dan mengatakan Arthit itu tidak normal. Mendengar itu, tentu saja membuat darahku naik. Aku bilang saja padanya, akan membuat perusahaan yang sudah bobrok itu menjadi hancur, lalu aku akan mengambil alih semua aset perusahaan. Aku langsung pergi setelah mengatakan itu. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya setelah aku pergi. Tapi ku dengar dia tiba-tiba saja pingsan", ucap pria berkaca mata itu dengan santai.
"Dia pingsan setelah mendengar kabar dari TV bahwa omset perusahaannya semakin jatuh dan ada pengusaha muda yang akan mengambil alih perusahaan itu. Pengusaha muda yang di maksud itu pasti kau, bukan?", tanya pria berkulit putih itu.
"Oh karena berita itu?", tanya pria berkaca mata itu. "Memang setelah keluar dari ruangannya, aku menghubungi salah satu stasiun TV ternama dan memberikan berita itu. Tak ku sangka berita itu langsung menyebar dengan cepat. Stasiun berita itu ternyata sangat bisa di andalkan. Aku tidak sia-sia memilihnya", ucap pria berkaca mata itu dengan santai.
"Brengsek kau, Kongpob", teriak pria berkulit putih itu geram dengan mantan juniornya saat kuliah dulu.
"Brengsek? Tuan Jirakit yang terhormatlah yang lebih brengsek dariku. Aku hanya ingin keadilan pada P'Arthit. Phii sendiri yang rela membantuku untuk keadilan P'Arthit. Tapi kenapa sekarang phii malah marah-marah?", tanya pria yang tak lain adalah Kongpob itu.
"Aku tahu. Ayahku memang brengsek. Tapi haruskah kau melakukan hal itu pada ayahku?", teriak pria berkulit putih itu marah.
"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?", tanya pria lain yang baru saja masuk karena mendengar keributan.
"Tanyakan pada kembaran sialanmu itu", ucap pria berkulit itu sambil menunjuk Kongpob.
"Kong, apa yang kau lakukan hingga membuat P'Toptap berteriak-teriak seperti itu? Suaranya bahkan sampai terdengar ke ruanganku", tanya pria yang mirip dengan Kongpob itu.
"P'Toptap mengatakan bahwa ayahnya jatuh sakit dan semuanya karena Kong datang mengunjunginya kemarin", jawab Kongpob dengan santai.
"Ao, kau yang membuat tuan Jirakit jatuh sakit hingga masuk dalam berita itu? Kau sungguh keren", ucap Singto, kembaran Kongpob. Toptap yang mendengar itu langsung melayangkan tinjuannya pada Singto karena jarak mereka sangat dekat.
"Kalian memang sama-sama brengsek
Aku menyesal membantu kalian", ucap Toptap kembali hendak memukuli Singto, namun Kongpob dengan sigap menangkap tangan Toptap yang hendak memukul kembarannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand
Fanfiction"I hate him", - Arthit - "I really like him. But after that night, he disappeared" - Kongpob -